Home » News » Kenapa Perempuan Bisa Menawar Sampai Harga Tak Masuk Akal?

Kenapa Perempuan Bisa Menawar Sampai Harga Tak Masuk Akal?

Ais Fahira

News

Bincangperempuan.com- B’Pers, pernahkah kamu membandingkan cara berbelanja ayah dan ibu? Atau mungkin pasangan kamu? Kalau ibu biasanya mencari barang yang murah, berburu diskon supaya bisa belanja lebih banyak. Bahkan bisa menawar harga sampai membuat kita geleng-geleng kepala. Berbeda dengan ayah yang cenderung membeli barang sesuai kebutuhan saja, tanpa harus menunggu diskon, yang penting tahan lama

Fenomena ini menunjukkan pola belanja yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Umumnya, perempuan lebih suka belanja dalam jumlah banyak dan menawar harga sebelum membeli. Sementara laki-laki cenderung membeli barang secara langsung tanpa tawar-menawar yang panjang.

Tapi, tahukah B-pers ternyata ada alasan ilmiah di balik perbedaan perilaku belanja ini?

Baca juga: Gen Z Generasi Digital Paling Sering Kena Scam? Kok Bisa?

Peran Evolusi: Perempuan sebagai Pengumpul

Jika ditarik ke masa lampau, perbedaan ini dapat dijelaskan secara evolusioner. Di zaman prasejarah, perempuan memiliki peran penting sebagai pengumpul sumber daya, seperti makanan dan bahan-bahan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara laki-laki lebih fokus pada perburuan, yang biasanya melibatkan tugas spesifik seperti mencari daging.

Daniel Kruger, seorang psikolog evolusi juga menjelaskan bahwa aktivitas mengumpulkan yang dilakukan perempuan prasejarah, biasanya dilakukan bersama. Oleh karena itu kebiasaan mengumpulkan tidak hanya sebagai strategi bertahan hidup tetapi juga ajang untuk bersosialisasi. 

Kebiasaan ini akhirnya turun-temurun hingga generasi modern. Tercermin dari perilaku perempuan modern yang sering menjadikan belanja sebagai aktivitas sosial.

Sedangkan laki-laki, yang nenek moyangnya berperan sebagai pemburu. Mereka terbiasa menyelesaikan tugas belanja dengan cepat dan efisien, mirip dengan tugas perburuan di masa lalu. Mereka lebih memilih membeli barang yang langsung sesuai dengan kebutuhan tanpa proses membandingkan dengan waktu yang lama.

Tekanan Sosial dan Peran Domestik Perempuan

Selain pengaruh evolusi, tatanan sosial juga turut membentuk pola belanja perempuan. Dalam banyak masyarakat, perempuan sering diasosiasikan dengan peran domestik, seperti mengelola kebutuhan rumah tangga dan keuangan keluarga.

Perempuan dituntut untuk menjadi ahli dalam mengelola anggaran agar dapat memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tanpa menghabiskan banyak uang. Oleh karena itu, mereka cenderung lebih hemat dan jeli saat belanja.

Sebuah artikel di Wharton School of Business mengatakan bahwa perempuan menghabiskan lebih banyak waktu membandingkan harga dan mencari diskon. Sedangkan, laki-laki cenderung lebih impulsif dan tidak terlalu peduli dengan harga selama barang tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka.

Baca juga: Stop Normalisasi Kemiskinan! Tren Rp5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat

Perbedaan Pengeluaran Laki-laki dan Perempuan

Menariknya, meskipun perempuan lebih sering belanja, penelitian justru menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak menghabiskan uang. Studi yang dilakukan oleh JungleScout di Amerika Serikat pada tahun 2021, menyebutkan bahwa laki-laki cenderung membeli barang-barang berharga lebih tinggi, seperti gadget, alat elektronik, atau kendaraan.

Perempuan, di sisi lain, lebih fokus pada pengeluaran kecil tetapi dalam jumlah yang lebih sering, seperti pakaian, perawatan kecantikan, atau kebutuhan rumah tangga. Dengan kata lain, perempuan memang lebih sering berbelanja, tetapi pengeluarannya cenderung lebih terkontrol.

Perkembangan teknologi juga memengaruhi kebiasaan belanja antara laki-laki dan perempuan. Platform e-commerce memungkinkan perempuan untuk dengan mudah membandingkan harga dan mencari diskon tanpa harus pergi ke toko fisik.

Di sisi lain, laki-laki memanfaatkan teknologi untuk membeli barang yang sudah mereka incar sebelumnya. Mereka cenderung menggunakan fitur seperti “buy now” untuk menghemat waktu.

Psikologi di Balik Belanja: Kenikmatan atau Fungsi?

Pada akhirnya belanja lebih dari sekadar mendapatkan barang. Banyak orang, terutama perempuan, merasa belanja itu semacam hiburan atau bahkan terapi untuk meredam stres. Menurut psikolog Susan Albers, proses memilih dan membeli barang bisa memicu hormon kebahagiaan—bahkan sebelum kita masuk toko! Mulai dari rencana belanja sampai memilih barang di rak, bisa membuat hati lebih bahagia.

Riset dari Journal of Consumer Psychology di tahun 2014 juga mendukung hal ini. Ketika kita belanja, kita sebenarnya lagi mengambil kendali atas situasi. Memilih barang itu bikin kita merasa punya kontrol dan lebih mandiri, yang akhirnya bisa ngurangin rasa sedih. Bahkan, belanja bisa jadi pencapaian kecil yang bikin kita ngerasa menang, apalagi kalau dapet barang bagus dengan harga diskon.

Namun, perlu diingat untuk tetap menjaga keseimbangan. Jangan sampai kebiasaan belanja berubah menjadi impulsif atau menjadi pelarian utama dari stres. Fenomena impulse buying, seperti membeli barang secara spontan karena tergoda diskon atau promosi, bisa jadi menyenangkan sesaat tetapi berdampak buruk jika tidak terkendali. Menurut Dr. Albers, penting untuk tetap mindful saat belanja—belilah dengan pertimbangan matang agar tidak menguras dompet.

Sebagai alternatif,  kebiasaan belanja berlebihan dapat diganti dengan kegiatan yang lebih positif, seperti olahraga, seni, atau meditasi. Namun, kalau masih ingin menikmati aktivitas berbelanja, menabung untuk barang yang diinginkan bisa menjadi solusi. Proses menabung memberikan antusiasme dan kebahagiaan yang berkelanjutan, sehingga belanja menjadi lebih berarti.

Pada akhirnya, memang ada perbedaan pola belanja antara laki-laki dan perempuan. Jadi, B-pers, jangan heran kalau ibu atau teman perempuanmu bisa menawar harga sampai tidak masuk akal, sementara laki-laki lainnya cenderung langsung bayar tanpa banyak drama. Perbedaan ini, seperti yang dijelaskan sebelumnya, punya akar dari faktor psikologis dan evolusioner.

Namun, terlepas dari itu semua, belanja ternyata bukan hanya soal memenuhi kebutuhan, tapi juga bisa menjadi cara untuk menghilangkan stres dan memberi kebahagiaan, terutama saat dilakukan dengan mindful. Aktivitas belanja yang menyenangkan, selama tidak kebablasan, bukan masalah. Jadi, nikmati saja pengalaman belanjamu, tapi tetap ingat untuk selalu menjaga batas agar dompet tetap aman dan hati tetap senang!

Referensi:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

AJI Yogyakarta & Surakarta Kecam Pelecehan Seksual Suporter Sepak Bola terhadap Jurnalis Liputan6.com

Perempuan Membangun Desa Kopi Tangguh Iklim di Bengkulu

Perempuan Membangun Desa Kopi Tangguh Iklim di Bengkulu

Feminine Energy Bukan untuk Meraih Standar Cinta Ala TikTok

Leave a Comment