Home » Kesehatan » Memperjuangkan Kesehatan Reproduksi Perempuan

Memperjuangkan Kesehatan Reproduksi Perempuan

Delima Purnamasari

Kesehatan

Memperjuangkan reproduksi perempuan

Bincangperempuan.com- Terjaminnya akses dan layanan reproduksi adalah pintu masuk untuk menyelesaikan persoalan yang membelenggu perempuan. Memahami perbedaan dan kebutuhan biologis ini adalah cara paling sederhana untuk memperjuangkan kesetaraan. 

Ada lima juta perempuan yang tak terjangkau layanan kesehatan reproduksi meski menginginkannya. Karena itu, 1-2 ibu meninggal setiap jam akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Praktik sunat perempuan juga menempatkan mereka dalam bahaya. 

Organ reproduksi perempuan melintas dari vagina sebagai tempat untuk berhubungan seksual, indung telur yang menyebabkan menstruasi, rahim untuk tumbuh kembang janin, hingga payudara untuk menyusui. Sedangkan laki-laki, hanya terdiri dari penis dan kantong sperma yang berfungsi untuk berhubungan seks selama 5-9 menit dengan dampak yang menyenangkan bagi tubuhnya.

Baca juga : Perempuan dan Beban Kontrasepsi

Ketika perempuan menjalankan seluruh fungsi itu, akan menghasilkan lelah dan sakit yang berurut-turut. Suami, keluarga, masyarahat, bahkan negara memiliki kewajiban untuk membantu mereka menjalaninya dengan nyaman dan aman. 

Belajar seks melalui konten pornografi 

Imel yang berusia 9 tahun tanpa sengaja menemukan majalah dewasa milik ayahnya. Di lain waktu, ia juga memergoki ayahnya menyetel tayangan pornografi di televisi. Hingga saat memasuki sekolah menengah pertama, ia mulai menjelajahi konten pornografi di internet. Imaji soal aktivitas seksual jadi tervisualisasi dengan gamblang di kepalanya. 

Imel jelas tak sendiri. Pendidikan seks yang masih dianggap tabu membuat banyak anak mengenal mekanisme reproduksi lewat konten-konten pornografi yang begitu mudah diakses. Rasa penasaran atas seksualitas mereka jadi salah satu dorongannya. Hal yang sebenarnya lumrah terjadi. 

Ada banyak kekosongan mengenai seks yang aman dari konten pornografi. Risiko-risiko yang mungkin dialami tidak ditampilkan. Misalnya, luka, pendaharan, dan kesakitan. Seks digambarkan secara berlebihan sebagai sesuatu yang luar biasa menggairahkan. 

Pendidikan selalu menjadi kunci dalam membangun kesadaran dan mengubah tingkah laku manusia. Dengan demikian, pendidikan mengenai kesehatan reproduksi menjadi pondasi dalam membangun tanggung jawab untuk menghormati alat reproduksi sendiri maupun orang lain. 

Pendidikan seks ini perlu diberikan sejak remaja karena alat reproduksi mereka mulai berfungsi. Pengetahuan yang memadai akan menjadikan mereka sadar untuk menjalani masa reproduksi dengan sehat serta mempertimbangkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Pendidikan juga jangan dibiarkan bersifat netral. Dengan kata lain, menggunakan perspektif keadilan gender sehingga kemaslahatan perempuan dan laki-laki bisa diutamakan.

Digdaya kontrasepsi

Perempuan kerap menjadi korban dari hastrat seksual yang tinggi. Pernikahan juga masih dipandang hanya sebagai sarana mendapat kepuasan seksual dan menghasilkan keturunan. Karena pemikiran semacam itu, perkawinan kemudian dipraktikan dengan cara yang membahayakan dan menistakan organ reproduksi perempuan. 

Penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia sendiri masih menitikberatkan pada kaum perempuan. Partisipasi laki-laki dalam program KB begitu rendah. Laki-laki yang menggunakan kondom hanya 2,5% dan vasektomi sebesar 0,2%. Perempuan jadi pihak yang masih harus menanggung dampak penggunaan alat konstrasepsi ini. Umumnya mual, kenaikan berat badan, sakit kepala, sampai flek berkepanjangan selama masa haid.

Baca juga : KB Suntik, Alat Kontrasepsi yang Paling Banyak Digunakan di Bengkulu

Beberapa waktu lalu, pengguna Twitter juga sempat diramaikan dengan penggunaan menstrual disc. Sebuah alat yang dianggap bisa menjadi pengaman apabila berhubungan seksual saat sedang menstruasi. Darah mampu ditahan sehingga tidak merembes. 

Alat tersebut memang mungkin digunakan untuk melakukan hubungan seks kala menstruasi. Namun, bukan berarti tanpa risiko. Salah satunya bahayanya kerap dikaitkan dengan toxic shock syndrome. Sebuah kondisi yang menyebabkan gejala mendadak, seperti ruam dan tekanan darah rendah. 

Larangan berhubungan ketika haid bukan karena perempuan dianggap menjijikan. Namun, mencegah mereka mengalami sakit yang berlipat-lipat. Ini adalah salah satu bentuk perlindungan atas alat reproduksi perempuan. Baik itu vagina maupun rahim yang terkait langsung dengan keselamatan jiwa mereka. 

Perjalanan masih panjang

Persoalan organ reproduksi perempuan sesungguhnya tidak hanya menyangkut isu kesehatan, tetapi meliputi ekonomi, budaya, agama, hingga infrastuktur. Banyak perempuan yang hak-haknya masih belum terpenuhi. Salah satunya pasien di Garut yang kehilangan rahim saat melahirkan bersama dukun beranak. Untuk itu, progam-program perbaikan mesti terus didukung. 

Salah satu program tersebut adalah kampanye three-zero yang mengutamakan tiga hal. Tidak ada lagi perempuan yang ingin memakai alat kontrasepsi, tetapi tidak dilayani. Tak ada kekerasan berbasis gender dan praktik berbaya bagi perempuan. Selain itu, tidak ada lagi kematian ibu melahirkan

Dalam mendukung pemenuhan hak-hak perempuan di lingkungan kerja, termasuk reproduksi, setidaknya ada enam hal yang jug bisa dilakukan. Pertama, mempertimbangkan identitas lain perempuan, seperti status perkawinan, ras, budaya, dan sebagainya. Ibu tunggal akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan yang sudah menikah. Kedua, tawarkan berbagai bentuk fleksibilitas. Ini bisa dilakukan dengan pemberlakukan jam kerja fleksibel sehingga memungkinkan orang tua untuk menjemput anak dari sekolah ataupun penitipan anak.

Ketiga, melakukan perubahan pada ruang kantor, seperti menghadirkan ruang laktasi dan ruang bermain anak. Keempat, mempekerjaan perempuan dari berbagai budaya sehingga menciptakan budaya perusahaan yang berpikiran terbuka serta menghargai perbedaan.

Kelima, memberi cuti khusus, seperti cuti menstruasi atau melahirkan. Keenam, berinvestasi pada pendidikan seputar masalah perempuan. Peraturan semacam ini dibuat melalui mekanisme kebijakan yang panjang. Terobosan yang lahir hanya jika perempuan memiliki hak-hak yang setara. (**)

Sumber :

  • “Six Ways Companies Can Better Support Women In The Post-Pandemic Workplace”, dalam Forbes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Premenstrual Syndrome, Gejala dan Cara Mengatasinya

Keperawanan Mitos yang Menghantui Perempuan

Selaput Dara, Mitos Keperawanan yang Menghantui Perempuan

Ibu Rumah Tangga, Kelompok Rentan Risiko HIVAIDS

Ibu Rumah Tangga, Kelompok Rentan Risiko HIV/AIDS

Leave a Comment