Home » Opini » Menikmati “Kesendirian” Tanpa Perlu Merasa Sepi 

Menikmati “Kesendirian” Tanpa Perlu Merasa Sepi 

Betty Herlina

News, Opini

Bincangperempuan.com– Setelah memutuskan untuk resign dan memilih menjadi jurnalis independen, di pertengahan tahun 2021 lalu, saya menjadi sadar, bahwa saya lebih sering “sendirian” secara fisik.  Saya menjadi sadar bahwa meluangkan waktu untuk bertemu teman tidak sama dengan bangun setiap hari untuk bertemu keluarga atau terus-menerus berinteraksi dengan sekelompok orang yang sama seperti waktu saya masih menjadi buruh di sebuah perusahaan media.

Menjadi independen jurnalis seperti saat ini, membuat saya lebih banyak menghabiskan waktu berjam-jam dalam sehari tanpa berinteraksi secara offline dengan orang lain. Maklum saja sistem kerja remote yang saya jalani membuat saya lebih banyak berinteraksi secara online sambil duduk dipojokan cafee. Dan di saat-saat seperti itu, saya merasa menjadi mangsa kesepian.

Terlepas dari fase kehidupan apa yang sedang saya jalani saat ini sebagai seorang single parents dengan usia di zona 40, setiap orang pasti pernah menghabiskan waktu yang lama sendirian. Namun, sendirian tidak harus disamakan dengan merasa kesepian bukan?

Baca juga: Sentimen Negatif, Ketika Ibu Tunggal Menikah Lagi 

Membedakan Kesendirian dan Kesepian

Dalam masyarakat kita, kesendirian kerap kali diasosiasikan dengan kesepian. Hal ini membuat banyak orang menghindari waktu sendiri dan lebih memilih berada di tengah keramaian meskipun kadang tidak memberikan kebahagiaan sejati.  Mengutip psikolog sosial sekaligus penulis buku Singled Out, Dr. Bella DePaulo, menjelaskan bahwa stigma sosial terhadap kesendirian berasal dari pandangan bahwa manusia harus selalu terhubung secara sosial untuk merasa utuh. Padahal, kesendirian memiliki manfaat besar untuk kesehatan mental. 

Kesendirian adalah keadaan fisik tanpa orang lain di sekitar, sedangkan kesepian adalah perasaan emosional yang bisa muncul bahkan saat kita dikelilingi banyak orang. Menghabiskan waktu sendirian tidak berarti seseorang merasa kesepian. Sehingga penting untuk memahami perbedaan ini penting untuk mengatasi rasa takut terhadap kesendirian.  Kesepian adalah respons terhadap kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, tetapi kesendirian dapat menjadi ruang untuk pemulihan diri.   

Kesendirian untuk Pengembangan Diri

Waktu sendiri membuka peluang untuk fokus pada hal-hal yang sering kali terabaikan dalam keseharian yang sibuk, seperti: 

  • Perawatan Diri: Kesendirian memberi kesempatan untuk merenung, bermeditasi, atau sekadar menikmati hobi tanpa gangguan. 
  • Eksplorasi Minat: B’Pers dapat mencoba hal baru, seperti belajar alat musik, membaca buku, atau mengeksplorasi tempat baru.
  • Peningkatan Produktivitas: Dengan sedikit distraksi, pekerjaan atau studi dapat diselesaikan dengan lebih efektif. 

Menurut  Dr. Sherrie Bourg Carter, seorang psikolog klinis, dalam artikelnya di Psychology Today, waktu sendirian memberikan manfaat besar untuk meningkatkan kreativitas dan memperkuat fokus. “Otak membutuhkan waktu tenang untuk memproses informasi dan menemukan solusi kreatif,” jelasnya. 

Melawan Ketakutan Terlihat Sendirian

Pengalaman seperti makan sendirian di tempat umum atau berjalan tanpa teman sering kali dianggap aneh. Namun, aktivitas ini justru dapat menjadi terapi untuk melawan rasa takut akan kesepian. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Personality and Social Psychology Bulletin menyebutkan bahwa individu yang berani menikmati aktivitas solo memiliki tingkat kepuasan diri yang lebih tinggi. 

Ketika benar-benar hadir dalam kesendirian, B’Pers dapat memahami pikiran dan perasaan lebih mendalam. Misalnya, berjalan-jalan di taman atau mendengarkan musik favorit sambil memasak memungkinkan B’Pers untuk terhubung kembali dengan diri sendiri. Aktivitas semacam ini membantu menciptakan lingkungan nyaman yang membuat kesendirian menjadi pengalaman menyenangkan. 

Refleksi diri yang dilakukan selama kesendirian dapat membantu seseorang memahami kebutuhan emosional mereka, karena kesendirian memberi ruang untuk mengevaluasi diri dan membangun strategi untuk hubungan yang lebih bermakna.  Kesendirian yang sehat membantu membangun fondasi emosional yang kuat.

Baca juga: Dilema Ketika Ibu Memutuskan Sekolah Lagi

Cara Menikmati Kesendirian

Ada beragam kegiatan yang dapat dilakukan disaat tengah sendiri.

  • Mulai dengan Aktivitas Kecil: Lakukan aktivitas yang B’Pers sukai secara solo, seperti membaca buku atau berjalan kaki.
  • Jauhkan Distraksi Digital:Hindari media sosial selama waktu menyendiri agar fokus pada refleksi diri. 
  • Ciptakan Lingkungan yang Nyaman: Dekorasi ruang pribadi atau buat suasana yang mendukung kenyamanan. 
  • Fokus pada Hal Positif: Alihkan perhatian dari rasa takut terlihat sendirian ke manfaat yang didapat. 

Kesendirian untuk Keseimbangan Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi. Namun, menghabiskan waktu sendiri juga penting untuk menjaga keseimbangan. Menikmati kesendirian, membuat B’Pers dapat memberikan perhatian penuh kepada orang lain saat berada bersama mereka. Kesendirian yang sehat membantu menciptakan hubungan yang lebih dalam dan bermakna dengan orang lain. 

Ingatlah, menikmati kesendirian bukanlah tanda kelemahan atau kesepian, melainkan wujud keberanian untuk mengenal dan mencintai diri sendiri. Mengubah perspektif terhadap kesendirian, kita dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk pertumbuhan pribadi, menemukan kebahagiaan sejati, dan menciptakan hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Ingatlah, menjadi nyaman dengan diri sendiri adalah langkah pertama menuju kehidupan yang lebih bahagia dan seimbang. 

Referensi:

  • DePaulo, Bella. Singled Out: How Singles Are Stereotyped, Stigmatized, and Ignored, and Still Live Happily Ever After.
  • Bourg Carter, Sherrie. The Benefits of Being Alone. Psychology Today. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Reuters Hanya 24% Perempuan Menempati Posisi Senior Editor

Reuters: Hanya 24% Perempuan Menempati Posisi Senior Editor

Drakor A Virtuous Business 2024: Seksualitas, Perceraian, dan Ketidakadilan Gender

Kamus Bahasa Gen Z: Very Demure, Very Mindful, Very Cutesy

Leave a Comment