Bincangperempuan.com- Perempuan sejati menurut pandangan masyarakat adalah mereka yang terlahir dengan jenis kelamin perempuan dan menjalani hidup sesuai dengan peran gender feminin yang diharapkan. Inilah yang disebut dengan perempuan cisgender (dibaca sisgender).
Secara sederhana, cisgender adalah istilah yang merujuk pada individu yang identitas gender atau ekspresi dirinya sesuai dengan jenis kelamin yang mereka miliki sejak lahir. Namun, dalam konteks keberagaman gender yang semakin banyak dibicarakan saat ini, apakah perempuan sejati itu hanya perempuan cisgender?
Apa Itu Perempuan Cisgender?
Sebelum mengetahui lebih detail pengertian dari perempuan cisgender, penting untuk membedakan antara gender dan seks. Mansour Fakih dalam bukunya menjelaskan bahwa gender adalah konstruksi sosial yang mencakup peran, sifat, dan harapan masyarakat terhadap individu berdasarkan identitas feminin atau maskulin. Sementara itu, seks atau jenis kelamin adalah kategori biologis yang terdiri dari jantan atau betina, yang didasarkan pada fungsi reproduksi, seperti melahirkan, menyusui, atau menghasilkan sperma.
Perempuan cisgender, dalam hal ini, adalah individu yang lahir dengan jenis kelamin perempuan dan merasa identitas gender mereka sesuai dengan kategori feminin. Misalnya, mereka merasa nyaman dengan tubuh mereka yang sesuai dengan norma masyarakat dan menjalani peran-peran yang diharapkan dari perempuan, seperti lembut, keibuan, atau penyayang.
Privilege Perempuan Cisgender
Sebagai perempuan cisgender, ada beberapa privilege yang sering tidak disadari. Privilege ini muncul karena identitas mereka dianggap “normal” dalam masyarakat yang sangat berpegang pada pandangan bahwa hubungan dan peran gender yang sesuai dengan jenis kelamin sejak lahir adalah standar. Beberapa bentuk privilege ini meliputi:
- Diakui Sebagai Perempuan Sejati
Perempuan cisgender tidak perlu berjuang untuk diterima sebagai perempuan. Identitas mereka secara otomatis diakui oleh masyarakat, institusi, dan sistem hukum tanpa menghadapi pertanyaan atau diskriminasi. - Bebas dari Risiko Stigma Identitas Gender
Tidak seperti perempuan transgender, perempuan cisgender tidak menghadapi risiko dikucilkan atau diperlakukan tidak adil hanya karena identitas gender mereka. Mereka tidak perlu menghadapi penghakiman sosial atau diskriminasi di tempat kerja, layanan kesehatan, atau ruang publik. - Reprsentasi yang Kuat di Media dan Budaya Populer
Narasi perempuan dalam media dan budaya populer hampir selalu berfokus pada perempuan cisgender. Cerita tentang perjuangan perempuan cisgender menjadi norma yang dominan, sementara cerita perempuan transgender cenderung minim atau hanya muncul dalam konteks tertentu.
Namun, privilege ini juga membawa tanggung jawab sosial untuk memastikan kelompok minoritas gender, seperti perempuan transgender, mendapatkan hak dan pengakuan yang sama.
Tantangan Perempuan Cisgender
Meskipun memiliki privilege tertentu, perempuan cisgender juga tidak terlepas dari tantangan sosial. Tantangan ini berkaitan dengan ekspektasi yang seringkali membatasi kebebasan mereka, seperti:
- Tekanan dari Patriarki
Perempuan cisgender biasanya diharapkan untuk menjalani peran-peran tradisional seperti menjadi istri, ibu, atau pengasuh. Mereka juga sering menghadapi diskriminasi berbasis gender, seperti pelecehan seksual, ketimpangan gaji, dan kurangnya representasi di bidang-bidang strategis. - Ekspektasi Sebagai “Role Model Perempuan”
Sebagai kelompok mayoritas dalam kategori perempuan, perempuan cisgender sering dianggap sebagai representasi “perempuan ideal.” Hal ini menciptakan tekanan untuk memenuhi standar-standar sosial, seperti harus feminin, cantik, atau menjadi super mom. - Ketidaktahuan terhadap Ragam Gender
Sebagian perempuan cisgender mungkin tidak menyadari privilege mereka, sehingga tanpa sengaja mengeksklusi perempuan transgender dari percakapan tentang feminisme atau kesetaraan gender. Misalnya, gerakan feminisme arus utama terkadang hanya berfokus pada isu perempuan cisgender, tanpa mengakomodasi kebutuhan kelompok gender lainnya.
Perempuan Transgender: Perempuan yang Sering Diabaikan
Di sisi lain, mereka yang berjenis kelamin laki-laki lalu mengidentifikasi diri sebagai perempuan (perempuan transgender) sering menghadapi stigma yang lebih besar karena identitas gender mereka dianggap “menyimpang” oleh sebagian besar masyarakat.
Perempuan transgender sering kali tidak diakui sebagai perempuan oleh sebagian masyarakat, terutama karena pandangan biologis yang kaku. Pandangan ini mempersempit definisi perempuan dan mengesampingkan pengalaman perempuan transgender, yang sering menghadapi tantangan lebih besar dibandingkan perempuan cisgender.
Menurut berbagai sumber membuktikan banyak perempuan transgender masih mengalami diskriminasi.
- Diskriminasi dan Kekerasan: Perempuan transgender menghadapi tingkat kekerasan fisik dan verbal yang jauh lebih tinggi. Perempuan transgender memiliki peluang kerja yang lebih sempit karena penampilan dan ekspresi gender mereka dianggap aneh atau menyimpang. Selain itu kasus kekerasan juga terus terjadi, bahkan pada tahun 2020, di Indonesia terjadi penganiayaan seorang perempuan transgender hingga dibakar hidup-hidup.
- Stigma Sosial: Identitas mereka sering dipertanyakan atau diragukan, sehingga mereka harus terus-menerus membuktikan keberadaan mereka sebagai perempuan. Terutama ketika identitas sipil atau KTP (Kartu Tanda Penduduk) masih menggunakan foto lama, karena tidak sesuai ekspresi gender mereka orang-orang akan terus mempertanyakan keaslian identitas mereka.
- Akses: Banyak perempuan transgender bahkan tak memiliki identitas sipil karena dikeluarkan dari keluarga, sehingga mereka kesusahan mengakses fasilitas publik dan pekerjaan.
Padahal, identitas gender seseorang tidak seharusnya ditentukan hanya oleh tubuh mereka. Perempuan transgender adalah perempuan berdasarkan cara mereka mengidentifikasi diri, pengalaman hidup mereka, dan perjuangan mereka untuk diakui sebagai bagian dari komunitas perempuan.
Pentingnya Gerakan Kesetaraan Gender yang Inklusif
Perempuan transgender sering menghadapi tingkat kekerasan, diskriminasi, dan stigma yang jauh lebih tinggi. Tetapi yang perlu diketahui bahwa perempuan cisgender dan perempuan transgender sama-sama menjadi korban dari konstruksi patriarki yang menindas mereka. Oleh karena itu, perempuan cisgender memiliki tanggung jawab untuk memastikan gerakan kesetaraan gender lebih inklusif. Ini bisa dilakukan dengan:
- Menyuarakan Isu Transgender di Gerakan Feminisme
Perempuan cisgender perlu mengedukasi diri tentang tantangan yang dihadapi perempuan transgender dan mendorong feminisme yang inklusif. - Menggunakan Privilege untuk Menciptakan Ruang Aman
Misalnya, perempuan cisgender bisa menggunakan posisi mereka di komunitas untuk memastikan bahwa perempuan transgender mendapatkan akses yang setara di ruang-ruang kerja, pendidikan, atau sosial. - Menghindari Eksklusi dalam Narasi Perempuan
Alih-alih membandingkan perjuangan perempuan cisgender dengan perempuan transgender, kita bisa fokus pada kolaborasi untuk melawan diskriminasi berbasis gender secara kolektif.
Menjadi perempuan cisgender memang membawa privilege, tetapi privilege tersebut juga disertai dengan tanggung jawab sosial. Untuk memperjuangkan kesetaraan gender, penting bagi perempuan cisgender untuk menyadari posisi mereka dan memastikan bahwa kelompok yang lebih rentan, seperti perempuan transgender, dan ragam gender lainnya tidak tertinggal. Solidaritas adalah kunci untuk menciptakan dunia yang lebih adil bagi semua identitas gender.
Referensi:
- Fakih, M. (2006). Analisis gender dan transformasi sosial. Pustaka Pelajar.
- SEJUK. (2024, September 16). Yang tersingkir: Dari keluarga, tempat kerja, hingga pemakaman mereka. Diakses dari https://sejuk.org/2024/09/16/yang-tersingkir-dari-keluarga-tempat-kerja-hingga-pemakaman-mereka/
- Verywell Health. (n.d.). What does it mean to be cisgender? Diakses dari https://www.verywellhealth.com/what-does-it-mean-to-be-cisgender-3132607
- VOA Indonesia. (2020, April 8). Dituduh mencuri, seorang waria dibakar hidup-hidup dan tewas. Diakses dari https://www.voaindonesia.com/amp/dituduh-mencuri-seorang-waria-dibakar-hidup-hidup-dan-tewas/5365353.html