Home » News » Minim Riset dan Sensitivitas, Aplikasi Pemerintah Jadi Bias Makna

Minim Riset dan Sensitivitas, Aplikasi Pemerintah Jadi Bias Makna

Bincang Perempuan

News

Minim Riset dan Sensitivitas, Aplikasi Pemerintah Jadi Bias Makna

Bincangperempuan.com- Penamaan kegiatan pemerintah “Jebol Ya Mas” membuat Kota Bengkulu menjadi sorotan nasional. Program besutan Puskesmas Anggut Atas ini merupakan akromin dari Jemput Bola Layani Masyarakat yang digagas sejak tahun 2022. 

Dilansir dari detik.com, Kepala Puskesmas Anggut Atas, Armailis, mengatakan “Jebol Ya Mas” adalah program inovasi untuk memaksimalkan pelayanan di wilayah kerja Puskesmas Anggut Atas yang cukup luas dan padat penduduk. Sehingga tidak memiliki makna yang negatif.

Melalui program “Jebol Ya Mas”, lanjut Armailis, pihak puskemas berharap setiap warga Kota Bengkulu yang mengalami sakit serius namun tidak bisa datang sendiri untuk berobat dapat dijemput oleh tim dari puskesmas.

“Kita membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan pengobatan, yang mengalami kesulitan untuk datang ke Puskesmas. Kita jemput bola dengan program Jebol Ya Mas,” katanya.

Akademisi Universitas Bengkulu (Unib), Wahyu Widiastuti mengatakan, penggunaan nama-nama aplikasi yang “saru” dan bias makna tersebut merupakan bentuk kurangnya riset dan sensitivitas. Nama aplikasi sering kali dibuat tanpa riset yang mendalam tentang bagaimana nama tersebut dapat diinterpretasikan oleh berbagai kelompok masyarakat.

Serta sensitivitas terhadap makna ganda atau konotasi negatif mungkin tidak diperhatikan dengan baik.  Proses penamaan juga tidak melibatkan ahli bahasa atau pakar budaya yang bisa membantu mengidentifikasi potensi masalah dalam penggunaan nama tertentu.

Widi menambahkan jika program tersebut bagus maka tidak menutup kemungkinan akan diadopsi oleh tempat lain.

“Ketika membuat nama/brand, harus hati-hati, apalagi someday produk tersebut akan digunakan di tempat lain, sehingga tidak akan memiliki makna negatif jika digunakan di tempat lain,”

“Untuk menghindari hal ini di masa depan, penting bagi pemerintah dan pembuat aplikasi untuk melakukan riset dan uji nama secara menyeluruh, melibatkan berbagai pihak yang memiliki pemahaman bahasa dan budaya yang baik, serta membuka diri terhadap masukan dari masyarakat sebelum meluncurkan sebuah aplikasi,” Widi menambahkan.

Hal ini juga menunjukan tingkat kreativitas yang berlebihan dan terkesan ingin populer.

“Terkadang, dalam upaya untuk membuat nama yang unik dan menarik, kreator aplikasi bisa terjebak dalam penggunaan kata-kata yang sebenarnya tidak pantas atau memiliki arti ganda yang tidak diinginkan,” imbuhnya.

Aplikasi pemerintah bias makna lainnya

Untuk diketahui selain “Jebol Ya Mas” di Bengkulu, masih ada beberapa program inovasi pemerintah lainnya yang mendapatkan sorotan akibat penamaan yang bias makna. Diantaranya, SiPEPEK (Sistem Informasi Administrasi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial) yang dikelola Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon, Sistem Informasi Konsultasi Hukum Online Pengadilan Negeri Semarang (SITHOLE) adalah aplikasi berbasis web yang dibuat Pemerintah Kota Semarang untuk memudahkan warga mendapatkan layanan umum secara online seperti mengajukan pertanyaan melalui teks, panggilan suara, atau panggilan video.

Kemudian adapula SIPEDO merupakan akronim dari Sistem Pelatihan Berbasis Data Online milik Pemerintah Kabupaten Sumedang yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat mencari informasi pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sumedang.  

Kata pedo kerap dikaitkan dengan pedofilia yang merujuk pada aktivitas seksual yang dilakukan orang dewasa pada anak-anak dibawah usia 12 tahun atau belum mencapai usia pubertas. Namun dalam Bahasa Sunda, kata pedo memiliki arti lezat atau enak.

SIMONTOK adalah aplikasi andalan Pemerintah Kota Solo untuk melakukan monitoring stok dan kebutuhan pangan di wilayah Surakarta. Aplikasi berbasis web ini adalah akronim dari Sistem Monitoring Stok dan Kebutuhan Pangan Pokok yang menyajikan 21 pilihan komoditas seperti beras, jagung, kedelai, telur, ikan, bawang putih, dan lain sebagainya.

Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma (SISKA KU INTIP) adalah program yang diluncurkan oleh Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan. Aplikasi ini bertujuan meningkatkan pendapatan peternakan dan perkebunan khususnya komoditas sawit dan sapi potong, percepatan swasembada sapi, serta meningkatkan pelestarian lingkungan.

Menariknya, aplikasi ini pernah mendapatkan penghargaan Tanda Kehormatan Satya Lencana Wirakarya 2024 dari Presiden Joko Widodo yang diserahkan kepada Gubernur Kalsel.

Mas Dedi Memang Jantan adalah kependekan dari Masyarakat Berdedikasi Memperhatikan Angkatan Kerja Rentan. Program ini adalah salah satu program BPJS Ketenagakerjaan Pemerintah Kota Tegal yang memiliki tujuan untuk memberikan perlindungan kepada para pekerja Bukan Penerima Upah (BPU).

i-Pubers adalah singkatan dari aplikasi Integrasi Pupuk Bersubsidi yang dikelola Kementerian Pertanian bekerjasama dengan PT Pupuk Indonesia (Persero). Tujuan dari aplikasi ini adalah mengoptimalisasi penyaluran pupuk bersubsidi kepada masyarakat yang dapat tercatat secara real time.  Aplikasi i-Pubers merupakan upaya kementerian yang menginginkan penebusan pupuk bersubsidi cukup membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) secara online dan offline.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Sri Astuti, Perempuan Pelestari Budaya Rejang Umeak Meno’o

Perempuan Pedagang Dilekat Stigma Negatif

Unbiased gender journalism in Indonesia, a road less traveled

Leave a Comment