Home » News » PAPA DALI & MAMA KAMARI

PAPA DALI & MAMA KAMARI

Retno Wahyuningtyas

News, Opini

POTRET KELUARGA KECIL YANG MENERAPKAN POLA MINDFULL & SETARA

Meski pasangan ini, memiliki usia pernikahan yang masih kurang dari dua tahun, dan minggu lalu kita semua dikagetkan dengan kabar duka meninggalnya Papa Dali. Namun, para penggemar mendapat pelajaran luar biasa dari keseharian sosok Dali Wassink yang masih berusia muda (22 tahun) yang merupakan suami dari Jennifer Coppen & buah hatinya Kamari Sky Wassink.

Dali mampu memberikan inspirasi mengenai potret ideal seorang suami & ayah yang baik & bertanggungjawab dalam keluarga kecil mereka. Dali memberikan “kebebasan” kepada istrinya untuk mengeksplorasi diri tanpa membatasinya dengan tugas domestik yang seringkali dibebankan kepada perempuan dalam pernikahan.

Menariknya, Dali sukarela membantu istrinya untuk menjaga anaknya sepanjang waktu, membuat makanan MPASI, sekaligus mengasuh dan menyuapi buah hati mereka. Pasca kematian Dali, banyak komentar “kontra” yang tidak sepakat karena banyak yang bersedih dan melebih-lebihkan sosok Dali Wassink.

Namun, di mata para penggemarnya, praktik hidup kesehariannya adalah hal sederhana, berkesan, dan fakta bahwa tidak semua laki-laki mau dan mampu lakukan dalam keluarga. Dali mampu melakukan rutinitas rumah tangga dengan penuh cinta, suasana hangat, menyenangkan, dan bahagia. Tidak seperti laki-laki patriarkis pada umumnya, Dali tidak membebani dan menuntut istrinya, kerennya bahkan mertua Jennifer yang akrab disapa “Yaya” juga sangat menghargai & mencintai istri Dali sebagai anak perempuan baru dalam keluarga. Sehingga diperlakukan setara penuh cinta dan menyebut Jennifer Coppen sebagai, “keluarga kami”.

Banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan orang tua, kekerasan seksual, penipuan, pembunuhan, dan lainnya. Semua itu terjadi, dimana tidak hanya anggota keluarga dekat sebagai “korban” tetapi juga “pelaku”. Di tengah peliknya fenomena keluarga dan pernikahan di Indonesia, ditambah lagi dengan label Indonesia sebagai “fatherless country”.

Tindakan keseharian yang dilakukan Dali, adalah tindakan inspiratif dan mengagumkan. Tanpa disadari, rusaknya hubungan keluarga (terutama orang tua) ini berpengaruh pada tumbuh kembang anak & tangki cintanya kosong. Kondisi ini berdampak pada mental anak-anak menjadi “hancur”, terganggu, dan lemah. Akibatnya, anak mencari sendiri”sosok yang hilang” dengan subyek apa saja yang dianggap mampu “mengisi diri” dan “haus kasih sayang” sehingga mencari perhatian pada “pihak yang salah”.

Pola ini sangat berbahaya bagi anak (laki-laki dan perempuan) karena pada akhirnya anak akan kehilangan keutuhan diri.

Terima kasih Papa Dali Wassink, Rest in love. Semoga keluarga dan sahabat yang ditinggalkan dapat tabah dan kuat. Semoga segala inspirasi melalui video keseharianmu dalam menjaga Kamari dapat terus menjadi tauladan yang dicontoh laki-laki dan para suami di Indonesia…

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Sindrom Menyalahkan Perempuan: Menyoroti Beban Tidak Adil

HKSR Inklusif untuk Tekan Angka HIV/AIDS

Petani Sawit Perempuan Jadi Pelopor Pertanian Ramah Lingkungan

Leave a Comment