Home » Tokoh » Rahmiana Rahman: Menebar Jala hingga ke Pelosok Negeri 

Rahmiana Rahman: Menebar Jala hingga ke Pelosok Negeri 

Nurul Hasanah

Tokoh

Rahmiana Rahman

Bincangperempuan.com- Rahmiana Rahman perempuan kelahiran Makassar 20 Juni 1988 sudah aktif berkecimpung menjadi relawan menebar jala pendidikan hingga ke pelosok negeri. Ami, sapaan akrabnya menghadirkan ruang untuk berbagi kepada anak-anak yang tertinggal lewat komunitas bersama relawan lainnya. 

Sejak masa remaja, Ami ingin mendedikasikan dirinya sebagai seorang pekerja sosial, terutama menjadi relawan pendidikan untuk dapat mengajar anak-anak pulau terpencil yang tidak terjangkau sekolah. 

“Saya ingin menjadi full time social worker,” kata Ami saat ditemui di kediamannya pada Kamis (25/05/2023).

Sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib anak-anak yang tertinggal, Ami menggagas sebuah wadah menggalang relawan lainnya untuk mengajar ke pulau-pulau terpencil hingga pelosok Sulawesi Selatan. Komunitas itu dinamai Yayasan Floating School didirikan saat berkuliah di Universitas Negeri Makassar pada tahun 2016. 

Baca juga: Berdaya Bersama Komunitas Single Moms Indonesia

Usai mengubah status menjadi seorang istri pada tahun 2017. Ami kini lebih aktif menyusuri pelosok Bumi Serambi Mekkah. Ia menikah dengan Perdana Romi laki-laki asal Aceh Selatan kelahiran 4 Februari 1987 yang juga merupakan seorang relawan sekaligus pendiri Komunitas Rumah Relawan Remaja (3R).

Setelah menikah dengan Romi dan menetap di Aceh, ia dipercayai menjadi Ketua 3R sebuah komunitas yang bergerak pada pendidikan perdamaian serta aktif menebar literasi dengan menghadirkan Perpustakaan Kampung Impian di sejumlah desa terpencil antara lain Desa Bah dan Desa Serempah (Aceh Tengah), Lapeng dan Klieng Cot Aron (Aceh Besar), Sarah Baru (Aceh Selatan), Balingkarang (Aceh Tamiang), dan Meuke Beurabo (Pidie).

“Pustaka Kampung Impian hadir awalnya karena melihat anak usia sekolah belum bisa membaca, misalnya ada usia 5 SD tetapi belum mengenal huruf dengan baik. Maka tahun 2016 kita mulai program jangka panjang. Harapannya memfasilitasi anak-anak dengan konsep belajar yang lebih menyenangkan,” katanya. 

Di samping mendirikan Pustaka Kampung Impian, 3R juga menerjunkan para relawan untuk mengajar anak-anak di desa terpencil. Misinya, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan teknik pendekatan personal dan konsep pendidikan menyenangkan. 

Pendidikan menyenangkan yang dimaksudkan itu memfasilitasi anak-anak dengan hal yang disukai dan kebutuhannya. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan basis bermain untuk meningkatkan minat anak belajar dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 

“Alhamdulillah seiring berjalan waktu semangat anak-anak untuk belajar semakin tinggi karena ada pustaka desa sarana buat membaca,” katanya. 

Selain pustaka impian, masih banyak program-program lainnya yang dilakukan oleh 3R seperti program wirausaha pengolahan bahan bekas menjadi totebag (Greevi), Peace Camp, Aceh Baby Class, Aceh Toodler Class, bedah buku, handbook for book, dan saat ini juga ada pertanian organik di Pulo Aceh.

Baca juga: Petani Perempuan Karisma, Bangun Gerakkan Pertanian Berkelanjutan

“Pertanian organik di Pulo Aceh itu bisa jadi camping side atau lokasi belajar tentang pertanian organik,” katanya. 

Dalam waktu dekat ini, 3R berencana membangun sekolah yang diperkirakan akan segera diresmikan pada bulan September mendatang. 

Menjadi Ibu Tak Surutkan Semangat Menjadi Relawan 

Setahun menikah, Ami dan Romi dikaruniai seorang putra dan lima tahun kemudian seorang putri hadir melengkapi bahtera rumah tangga mereka. 

Meskipun telah menikah dan menjadi ibu dua orang anak, semangat Ami menebar jala pendidikan tidak kendur. Bersama suaminya, mereka berbagi peran mengelola kegiatan 3R dan membawa anak-anaknya ikut serta dalam kegiatan relawan mereka.

Rahmiana Rahman
Rahmiana Rahman bersama anak-anaknya

Aktivitas relawan Komunitas 3R pun dipusatkan di tempat tinggal mereka di Desa Lam Lumpu, Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Bagian lantai satu dijadikan ruang bersama untuk para relawan. Di situ ada dapur, toilet, dan ruang belajar. Lantai dua difungsikan sebagai ruang baca, ada banyak buku yang dapat ditemukan di sana. Lalu, lantai tiga menjadi tempat tinggal Ami dan Romi. 

Di bangunan lantai kayu itu, Ami aktif mengajar anak-anak sekitar dan kegiatan-kegiatan relawan lainnya sembari mengasuh putra dan putrinya yang masih kecil. Bahkan, buah hatinya itu selalu diikutkan dalam aktivitas relawan dan kegiatan pengembangan diri ibunya. 

“Berada dalam satu lingkungan ini juga merupakan previlege kemudahan yang saya dapati,” katanya. 

Ami juga pernah merasa kelelahan saat menjadi relawan sekaligus menjaga buah hatinya. Tetapi, berkat dukungan lingkungan dan terutama sekali dari suaminya, rasa lelah purna karena mengingat tujuan hidupnya menjadi social worker

“Karena memahami bahwa itu pilihan saya bukan karena mau ikut kegiatan orang, jadi apapun tantangan atau down saya teringat bahwa inilah yang dari dulu saya impikan,” katanya.

Baca juga: Mengenal KOALA, Ojek Online Khusus Perempuan di Kota Serambi Mekkah

Saat lelah menghampiri, ia tak sungkan untuk menyampaikan perasaannya itu kepada Romi. Sebelum menikah, keduanya sudah memahami prinsip kesetaraan sehingga mengasuh anak tidak cuma kewajiban ibu. 

“Saya bilang saya capek, lalu nangis. Dari komunikasi itu, coba cari jalan yang bisa jadi win win solution. Misalnya, saya minta tolong jaga dua sampai tiga jam,” katanya. 

Ami menganut bahwa dalam rumah tangga, ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya, sedangkan ayah menjadi kepala sekolah bagi keluarga. Dengan pemahaman itu, bukan berarti laki-laki menjadi komando secara mutlak, tetapi memahami peran masing-masing. 

“Tetap ada saling dan tidak selamanya garis komando, tetapi garis koordinasi,” katanya. 

Kehadiran Relawan Beri Perubahan Positif 

Kehadiran komunitas 3R membawa perubahan positif bagi anak-anak yang ikut serta dalam rangkaian kegiatan aktivitas yang dipusatkan di Peukan Bada, Aceh Besar. Sekretariat 3R menjadi rumah kedua yang nyaman untuk sekadar meluangkan pikiran, ide, dan tempat belajar tanpa henti.

Novi Rahmawati akrab dipanggil Nopi merasakan kehangatan yang diberikan oleh para relawan. Sejak duduk dibangku SMP, ia aktif mengikuti rangkaian yang diadakan oleh 3R. Ia pun terlibat lebih aktif dan menjadi pustakawan remaja 3R saat SMA. 

Semenjak itu pula, minat baca Nopi semakin meningkat karena sering dihadapkan dengan buku, pikirannya menjadi lebih terbuka dan juga membangkitkan motivasi untuk belajar lebih banyak yang akan membantunya meraih prestasi akademik. 

“Di 3R juga nopi belajar buat menjalin relasi dan belajar soft skill serta menjadi pribadi yang positive vibes sehingga tidak hanya di bidang akademik tapi itu bermanfaat dalam segi kehidupan nopi yang lainnya,” katanya. 

Baca juga: Peringatan Hari Ibu, Momentum Pergerakan Perempuan Indonesia

Setelah larut dengan 3R, ia juga merasakan perubahan positif dari segi karakter yang semula memiliki pribadi tertutup berubah menjadi perempuan yang lebih berani menyuarakan pendapat dan berjiwa sosial. 

“Tanpa sadar dengan kehadiran 3R membuat Nopi belajar jadi orang yang lebih bersosial, belajar buat berani berpendapat dan berani mengeluarkan ide,” kata dara kelahiran 2004 yang kini baru saja melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 

Perubahan positif itu juga dirasakan Meurah Raihanah Tulip, rumahnya tidak jauh dari sekretariat komunitas 3R. Ia sering memanfaatkan waktu senggang usai pulang sekolah dengan ikut menjadi pustakawan, les komputer, les bahasa inggris, dan bedah buku di 3R. 

Pengalaman yang didapatkan di 3R membuatnya lebih banyak mengetahui tentang dunia luar yang tidak didapatkan di dalam mata pelajaran sekolah. Terutama mengenal kebudayaan negara lain dan mengetahui banyak kosakata baru yang didapat dari kegiatan bedah buku. 

Program pustakawan di 3R pun membuatnya makin haus untuk membaca lebih banyak buku. Terlebih, 3R memiliki banyak bahan buku bacaan yang menarik buat dibaca. 

“Selama ikut kegiatan di 3R, jadi semakin tertarik dengan segala jenis buku, selain itu juga lumayan memupuk jiwa solidaritas,” katanya. 

Program yang diinisiasi oleh relawan pendidikan terutama di bawah besutan Ami ini telah melahirkan generasi-generasi yang semangat untuk menempuh pendidikan lebih tinggi. Mereka makin mencintai buku dan memiliki jiwa sosial untuk bisa berbagi lagi kepada anak-anak yang membutuhkan. (Nurul Hasanah/eL) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Henny Anggraini hakim perempuan

Henny Anggraini: Menjadi Hakim itu, Bekerja dalam Sunyi

Dayah Diniyah Darussalam Naungan untuk Korban Kekerasan di Aceh

Dayah Diniyah Darussalam: Naungan untuk Korban Kekerasan di Aceh 

Susilawati, Perempuan Penyintas Konflik Agraria di Jambi

Leave a Comment