Bincangperempuan.com– Pergantian tahun menuju 2025 menandai awal dari kelahiran generasi Beta. Yaitu kelompok anak-anak yang lahir mulai tahun 2025 hingga 2039. Istilah ini diciptakan oleh seorang pakar demografi dari Australia, Mark McCrindle. Generasi Beta menggantikan Generasi Alpha yang lahir dari tahun 2010 hingga 2024.
Istilah “Generasi Beta” banyak diperbincangkan di kalangan akademisi, pengamat sosial, dan media. Generasi ini akan tumbuh di dunia yang sepenuhnya didominasi oleh teknologi digital, kecerdasan buatan, dan perubahan sosial yang sangat cepat.
Generasi Beta juga diperkirakan akan mencapai sekitar 16% dari total populasi dunia pada tahun 2035. Mereka akan menjadi anak-anak dari generasi Y paling muda dan generasi Z yang paling tua.
Baca juga: Gen Z Bicara Lawan Kekerasan Terhadap Perempuan
Sejarah Istilah Generasi dan Evolusinya
Untuk memahami Generasi Beta, penting untuk meninjau istilah-istilah generasi yang sudah ada sebelumnya. Berikut adalah beberapa istilah generasi yang populer.
- Generasi Baby Boomers (1946-1964), yakni generasi ini lahir setelah Perang Dunia II dan dikenal dengan tingkat kelahiran yang tinggi. Baby Boomers hidup di era stabilitas ekonomi dan sering diasosiasikan dengan nilai-nilai tradisional.
- Generasi X (1965-1980), dikenal sebagai generasi yang mandiri dan adaptif, karena mereka tumbuh di masa transisi dari nilai tradisional ke era modern.
- Generasi Y atau Milenial (1981-1996), generasi ini lahir di era perkembangan teknologi awal, seperti internet dan ponsel. Mereka dikenal dengan karakteristik kreatif, inovatif, dan melek teknologi.
- Generasi Z (1997-2010), adalah digital natives pertama yang tumbuh dengan internet, media sosial, dan teknologi canggih sejak usia dini.
- Generasi Alpha (2011-2024), generasi ini adalah anak-anak dari Milenial, yang tumbuh di era kecerdasan buatan dan perangkat pintar. Mereka sangat terpapar teknologi sejak lahir.
- Generasi Beta (2025 dan seterusnya), generasi Beta diprediksi akan menjadi generasi pertama yang sepenuhnya dibentuk oleh teknologi masa depan, seperti realitas virtual, kecerdasan buatan tingkat lanjut, dan robotika.
Karakteristik Generasi Beta
Generasi Beta diperkirakan memiliki beberapa karakteristik unik yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya:
- Ketergantungan Tinggi pada Teknologi, generasi ini akan tumbuh di lingkungan di mana hampir semua aspek kehidupan terhubung dengan teknologi, mulai dari pendidikan hingga kehidupan sehari-hari.
- Memiliki pola belajar yang berbeda. Sistem pendidikan tradisional mungkin tidak relevan lagi bagi Generasi Beta. Mereka akan belajar melalui platform digital, game edukasi, dan kecerdasan buatan.
- Keterhubungan Global, generasi ini akan memiliki akses langsung ke dunia global sejak usia dini, memungkinkan mereka untuk lebih memahami keragaman budaya dan perspektif.
- Kesadaran Lingkungan. Mengingat krisis iklim yang semakin nyata, Generasi Beta diprediksi akan lebih sadar akan isu-isu lingkungan dan berperan aktif dalam mencari solusi.
Baca juga: Trash2Move: Inisiatif Gen Z, Ubah Sampah Plastik Jadi Furnitur
Tantangan yang Akan Dihadapi Generasi Beta
- Kesehatan Mental. Paparan teknologi sejak dini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan ketergantungan pada perangkat digital.
- Kesenjangan Digital. Meskipun teknologi semakin maju, tidak semua anak memiliki akses yang sama. Kesenjangan digital ini dapat memperburuk ketimpangan sosial.
- Ketahanan terhadap Perubahan. Perubahan teknologi yang cepat akan menuntut Generasi Beta untuk terus belajar dan beradaptasi, yang bisa menjadi tantangan besar.
- Dampak Sosial Media. Media sosial akan menjadi bagian integral dari kehidupan mereka, sehingga penting untuk mengajarkan literasi digital sejak dini agar mereka dapat mengelola informasi dengan bijak.
Bagaimana Mempersiapkan Generasi Beta?
- Meningkatkan Literasi Digital. Pendidikan literasi digital harus dimulai sejak dini agar Generasi Beta dapat menggunakan teknologi secara bijak dan produktif.
- Mengajarkan Keseimbangan Teknologi dan Kehidupan Nyata. Orang tua dan pendidik perlu menanamkan pentingnya interaksi sosial di dunia nyata agar anak-anak tidak hanya bergantung pada teknologi.
- Memperkuat Sistem Pendidikan. Kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan masa depan, termasuk pengajaran keterampilan seperti pemrograman, pemecahan masalah, dan kreativitas.
- Mengatasi Kesenjangan Digital. Pemerintah dan organisasi non-profit perlu bekerja sama untuk memastikan akses teknologi yang merata bagi semua anak.
Generasi Beta adalah generasi yang akan menghadapi dunia yang sepenuhnya berbeda dari apa yang kita kenal saat ini. Mereka akan membawa peluang besar, tetapi juga tantangan yang tidak kalah besar.
Penting bagi masyarakat, pendidik, dan pemerintah untuk bekerja sama dalam mempersiapkan Generasi Beta agar dapat tumbuh menjadi individu yang tangguh, kreatif, dan adaptif di tengah perubahan yang terus berlangsung.
Melalui literasi digital, pendidikan yang relevan, dan kesadaran sosial yang kuat, Generasi Beta tidak hanya akan menjadi penonton di era teknologi, tetapi juga aktor utama yang membentuk masa depan dunia.