Home » News » Tubuh Perempuan saat Masa Menopause

Tubuh Perempuan saat Masa Menopause

Delima Purnamasari

News

Bincangperempuan.com- Pertumbuhan anak perempuan menjadi orang dewasa terus diikuti dengan perubahan hormon. Termasuk saat memasuki masa menopause. Ada konsekuensi dan dampak yang mengubah tubuh mereka ketika hormon estrogen ini mulai menurun.

Menopause adalah proses alamiah yang dialami perempuan pada usia 45-55 tahun. Dengan bertambahnya usia maka akan semakin sedikit sel telur yang diproduksi sehingga perempuan sudah tidak bisa hamil lagi. Perempuan dapat dikatakan telah memasuki masa menopause apabila tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Menopause juga dapat terjadi karena operasi pengangkatan rahim. 

Otot, kulit, otak, bahkan emosi akan terdampak karena penurunan level estrogen ini. Karena itu, akan terjadi perubahan pada penampilan fisik hingga hastrat seksual. Gejala yang dialami perempuan ini bervariasi dari jenis dan waktunya. 

Hormon estrogen sendiri memiliki beragam fungsi. Utamanya adalah mengatur siklus menstruasi dan menunjang kehamilan. Selain itu, hormon ini dapat memengaruhi suasana hati, libido perempuan, memori, hingga kesehatan jantung. 

Perubahan yang mungkin dialami

Hormon estrogen turut berperan dalam melidungi kesehatan tulang. Oleh sebab itu, menopause dapat meningkatkan risiko pengeroposan tulang atau osteoporosis. Penyakit ini menyebabkan kepadatan tulang berkurang sehingga dapat meningkatkan peluang terjadinya patah tulang. Karena itu, penting mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium tinggi. Perempuan hanya perlu kalsium sebesar 800 mg/hari. Namun, ketika memasuki menopause kebutuhan itu meningkat menjadi 800—1.500 mg/hari. Perlu perhatian khusus mengenai osteoporosis karena kerapkali tidak menyebabkan gejala apapun ketika pengeroposan terjadi. 

Baca juga: Mendobrak Stigma Negatif Masyarakat Terhadap Aborsi 

Gejala umum lain yang kerap terjadi adalah hot flashes. Sebuah fenomena ketika tubuh merasakan panas secara tiba-tiba sehingga menimbulkan banyak keringat dan rasa tak nyaman. Pada beberapa kondisi juga diikuti dengan detak jantung yang cepat. Gejala ini terjadi karena estrogen turut berperan dalam kerja termostat tubuh yang berada di otak. Fungsi pengaturan suhu yang berada di tubuh terganggu sehingga otak berpikir bahwa tubuh terlalu panas, padahal tidak demikian. Tingkat keparahan hot flashes ini berbeda-beda pada tiap wanita. 

Menopause juga meningkatkan risiko jantung koroner. Hormon estrogen yang bersifat kardioprotektif memiliki peran penting dalam proteksi jantung. Penurunan jumlah hormon ini menyebabkan perubahan signifikan dalam sistem vaskular, kadar lemak darah, dan distribusi lemak tubuh. Hal inilah yang membuat tubuh cenderung lebih gemuk sekaligus meningkatkan risiko jantung koroner. 

Gambaran lain yang mungkin terjadi adalah masalah infeksi saluran kemih dan inkontinensia urine (tidak dapat menahan buang air kecil) secara berulang. Selain itu, kekeringan vagina maupun perubahan suasana hati. 

Penerimaan diri

Jutaan perempuan menjalani masa menopause dan tetap dapat hidup bahagia. Karena itu, penting untuk menerima terjadinya perubahan tubuh sebagai proses yang alami. Merasa kecantikan berkurang karena penurunan hormon ini tentu merupakan hal wajar. Meski demikian, jangan pernah merasa rendah diri. 

Hal yang terpenting kala menjalani masa-masa ini adalah terus mengamalkan gaya hidup sehat. Konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi yang diperlukan tubuh. Misalnya, kacang-kacangan dan susu untuk memperlambat osteoporosis. Olahraga dan tidur yang cukup juga perlu dilakukan secara rutin. Selain itu, penting untuk mengembangkan pikiran positif sekaligus menghindari alkohol maupun rokok. Apabila diperlukan, pemeriksaan jantung ataupun langkah medis lainnya juga dapat diambil. 

Beberapa perempuan memilih untuk melakukan terapi penggantian hormon atau HRT. Hormon yang diberikan dalam terapi ini adalah estrogen sintetis dengan atau tanpa tambahan progesterone. Ada dua jenis terapi, yakni hormon sistemik untuk meringankan gejala menopause di seluruh tubuh dan terapi non-sistemik yang berfungsi untuk meringankan gejala pada vagina saja. Terapi hormon sistemik dilakukan melalui suntk, tablet, maupun pil harian. Di sisi lain, terapi non-sistemik umumnya berupa gel atau krim yang dioleskan pada vagina.

Terapi-terapi tersebut tentu bukan tanpa risiko. Efek samping yang umum terjadi adalah diare, mual, sakit kepala, bahkan perdarahan vagina. Terapi ini juga disebut dapat meningkatkan risiko penyakit stroke. Penting diketahui bahwa risiko yang ditimbulkan akibat menopause sebenarnya dapat diminimalkan dengan melakukan pencegahan sedari dini. 

Pentingnya dukungan sosial

Pada November tahun 2021 lalu, YouTube Narasi Newsroom mengunggah video bertajuk “Menguak Sisi Lain Mentoring Poligami Berbayar”. Video itu bercerita tentang Kiai Hafidin yang dikenal sebagai mentor poligami berbayar. Ia mengaku pernah menikah hingga enam kali. Istri keduanya ia ceraikan karena menopause. Sedangkan dirinya, masih menginginkan banyak anak. 

Menopause memang dipenuhi dengan banyak perubahan hidup. Beberapa perempuan bahkan berduka atas akhir dari masa kesuburan ini. Mereka kehilangan identitas dan menganggap diri seakan telah menjadi sarang kosong. Karena itu, tak jarang banyak yang memilih untuk menarik diri. Pada kondisi semacam ini dukungan sosial jadi amat diperlukan. Baik itu oleh keluarga, tetangga, teman, bahkan kehadiran negara melalui jaminan-jaminan kesehatan. Dukungan semacam ini dapat membantu perempuan mengatasi perubahan fisik maupun emosional yang terjadi. 

Baca juga: Pentingnya Consent dalam Pelaksanaan Body Checking

Manusia adalah makhluk sosial sehingga terus membutuhkan interaksi. Dalam hal ini, kualitas hubungan antar-personal jadi amat penting. Lingkungan mesti jadi ruang aman untuk perempuan berbagi pengalaman khasnya sekaligus memvalidasi perubahan fisik dan emosional yang dirasakan. Dengan begitu, setidaknya bisa mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan. 

Para perempuan yang mengalami menopause juga jangan ragu untuk bergabung dengan komunitas lokal dengan memiliki ketertarikan sama. Usaha-usaha dalam hal peningkatan kualitas hidup perempuan semacam ini sesungguhnya selalu layak diperjuangkan!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

RUU Penyiaran: Mengkriminalisasi Hak Perempuan 

FLP dan JMS :  Jangan Tunggu Lama Pengesahan RUU TPKS

AMSI dan Unib: Bahas Peran Media dalam Literasi Masyarakat

Leave a Comment