Home » News » Yuk Pahami, Apa Itu Eldest Daughter Syndrome?

Yuk Pahami, Apa Itu Eldest Daughter Syndrome?

Bincang Perempuan

News

Eldest Daughter Syndrome

Bincangperempuan.com- Tahukah BPer’s apa itu Eldest Daughter Syndrome, atau Sindrom Anak Perempuan Sulung? Yakni istilah yang digunakan untuk menggambarkan beban emosional, psikologis, dan sosial yang sering dialami oleh anak perempuan sulung dalam sebuah keluarga.

Fenomena ini tidak hanya terjadi dalam satu budaya atau satu wilayah, tetapi dapat ditemukan di berbagai belahan dunia dengan berbagai variasi manifestasi. Meski istilah ini belum sepenuhnya diakui secara klinis, banyak individu yang merasakan tekanan dan tanggung jawab yang berat sebagai anak perempuan tertua.

Sebagai anak pertama, terutama perempuan, seringkali mereka diharapkan untuk menjadi panutan bagi adik-adiknya, membantu orang tua dalam pekerjaan rumah tangga, dan bahkan berperan sebagai pengganti orang tua ketika orang tua mereka sibuk atau tidak ada.

Tuntutan ini tidak jarang menyebabkan tekanan psikologis yang besar, yang kemudian dikenal sebagai Eldest Daughter Syndrome. Beban ini biasanya mencakup tanggung jawab yang berlebihan, harapan yang tinggi, serta perasaan harus selalu “sempurna” di mata keluarga.

Salah satu aspek utama dari Eldest Daughter Syndrome adalah beban tanggung jawab yang sering kali melebihi kapasitas mereka. Sejak usia muda, anak perempuan sulung sering kali diperlakukan sebagai “orang dewasa kecil”. Mereka diminta untuk membantu mengasuh adik-adik mereka, melakukan pekerjaan rumah, dan menjadi penengah dalam konflik keluarga. Tanggung jawab ini dapat mengganggu masa kanak-kanak mereka, mengakibatkan mereka kehilangan kesempatan untuk menikmati masa kecil seperti anak-anak pada umumnya.

Selain itu, harapan tinggi dari orang tua dan masyarakat juga menjadi bagian dari Eldest Daughter Syndrome. Anak perempuan sulung sering diharapkan untuk sukses dalam akademik, karier, dan kehidupan pribadi mereka. Tekanan ini bisa sangat besar, terutama jika anak tersebut merasa bahwa mereka harus selalu menjadi yang terbaik atau “sempurna” dalam segala hal. Perasaan ini dapat menyebabkan stres kronis, rendahnya harga diri, dan bahkan gangguan kecemasan.

Perasaan harus selalu kuat dan mampu juga menjadi bagian dari Eldest Daughter Syndrome. Dalam banyak kasus, anak perempuan sulung merasa bahwa mereka tidak memiliki ruang untuk menunjukkan kelemahan atau meminta bantuan. Mereka merasa harus selalu menjadi “pilar” keluarga, yang kuat dan mampu menghadapi segala situasi. Padahal, seperti halnya orang lain, mereka juga memiliki kebutuhan emosional dan fisik yang perlu dipenuhi.

Baca juga: Perempuan Alam Lestari : Menghidupkan Kearifan Lokal dan Melawan Perubahan Iklim

Dampak dan Cara Berdamai dengan Eldest Daughter Syndrome

Salah satu dampak jangka panjang dari Eldest Daughter Syndrome adalah perasaan burnout atau kelelahan emosional. Karena selalu berada di bawah tekanan untuk memenuhi harapan orang lain, anak perempuan sulung sering kali merasa lelah secara mental dan emosional. Mereka mungkin merasa tidak punya waktu untuk diri sendiri, atau merasa bersalah jika mereka meluangkan waktu untuk kepentingan pribadi. Kondisi ini bisa mempengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka dalam jangka panjang.

Meskipun Eldest Daughter Syndrome bisa menimbulkan berbagai dampak negatif, ada beberapa cara untuk berdamai dengan kondisi ini. Pertama, penting bagi anak perempuan sulung untuk mengenali dan menerima perasaan mereka. Memahami bahwa apa yang mereka rasakan adalah valid dan bukan tanda kelemahan adalah langkah pertama dalam proses penyembuhan. Kesadaran ini bisa membantu mereka untuk mulai menetapkan batasan dan mengurangi beban yang mereka tanggung.

Kedua, komunikasi dengan anggota keluarga adalah kunci dalam mengatasi Eldest Daughter Syndrome. Anak perempuan sulung perlu belajar untuk mengungkapkan perasaan mereka kepada orang tua dan saudara-saudara mereka. Dengan berbicara secara terbuka, mereka bisa menjelaskan beban yang mereka rasakan dan meminta bantuan atau dukungan ketika dibutuhkan. Komunikasi yang baik juga bisa membantu keluarga untuk lebih memahami dan menghargai peran mereka.

Selain itu, penting bagi anak perempuan sulung untuk mencari dukungan eksternal. Ini bisa berupa teman, pasangan, atau bahkan terapis yang bisa mendengarkan dan memberikan perspektif yang berbeda. Dukungan dari luar keluarga bisa membantu mereka merasa didengar dan dipahami, serta memberikan mereka ruang untuk melepaskan tekanan yang mereka rasakan.

Baca juga: Anakku Bukan Pelaku Klitih

Menetapkan batasan juga merupakan langkah penting dalam berdamai dengan Eldest Daughter Syndrome. Anak perempuan sulung perlu belajar untuk mengatakan “tidak” ketika beban terlalu berat. Mereka harus menyadari bahwa mereka tidak harus memikul semua tanggung jawab sendiri dan bahwa meminta bantuan adalah hal yang wajar dan perlu.

Mencari waktu untuk diri sendiri adalah cara lain untuk mengurangi dampak negatif dari Eldest Daughter Syndrome. Anak perempuan sulung sering kali terlalu sibuk mengurus orang lain sehingga lupa untuk merawat diri mereka sendiri. Meluangkan waktu untuk hobi, relaksasi, atau kegiatan yang menyenangkan bisa membantu mereka untuk melepaskan stres dan menjaga keseimbangan emosional.

Penting juga untuk mengubah pola pikir dan ekspektasi diri. Anak perempuan sulung harus menyadari bahwa mereka tidak harus sempurna dalam segala hal. Mereka perlu memahami bahwa membuat kesalahan adalah bagian dari kehidupan dan bukan tanda kegagalan. Dengan menerima bahwa tidak ada yang sempurna, mereka bisa mengurangi tekanan yang mereka rasakan dan lebih mudah menerima diri sendiri apa adanya.

Terakhir, mencari makna dan tujuan di luar peran keluarga bisa membantu anak perempuan sulung menemukan kedamaian. Lewat mengejar karier, hobi, atau kegiatan lain yang mereka nikmati, mereka bisa menemukan rasa kepuasan dan identitas di luar tanggung jawab keluarga. Ini bisa memberikan mereka rasa pencapaian dan kebahagiaan yang lebih dalam, serta mengurangi ketergantungan mereka pada pengakuan dari keluarga.

Eldest Daughter Syndrome menjadi fenomena yang nyata dan dapat memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan seorang anak perempuan sulung. Meskipun demikian, dengan kesadaran, komunikasi, dukungan, dan perubahan pola pikir, seseorang dengan kondisi ini bisa berdamai dengan peran mereka dan menemukan kedamaian. Tantangan yang mereka hadapi bisa menjadi kekuatan, asalkan mereka belajar untuk merawat diri mereka sendiri dan menetapkan batasan yang sehat. Eldest Daughter Syndrome bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah perjalanan untuk menemukan keseimbangan antara tanggung jawab dan kesejahteraan pribadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Tubuh Perempuan saat Masa Menopause

Islamofobia dan Larangan Berjilbab

Memaknai Keterwakilan Perempuan 30%, Mendorong Putusan MA Berkeadilan Gender

Leave a Comment