Home » Budaya » Film » Empat Isu Seksisme yang Disentil dalam Drakor Love to Hate You

Empat Isu Seksisme yang Disentil dalam Drakor Love to Hate You

Yuni Camelia Putri

Film

Bincangperempuan.com- Kemajuan Korea Selatan ternyata tidak dapat melindungi kebebasan dan hak perempuan dalam kehidupannya. Tuntutan berlapis terhadap perempuan membuat mereka harus berjuang ekstra untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Nah, drakor Love to Hate You hadir untuk menyentil kehidupan masyarakat Korea Selatan secara halus. Negara ginseng yang kemajuannya sudah tidak dapat dipungkiri namun belum mampu mengikis patriarki

Love to Hate You, drama Korea original Netflix yang tayang pada Februari 2023 lalu mengusung nuansa romantis dan komedi. Drama 10 episode yang dibintangi Kim Ok Vin dan Yoo Teo ini terbilang sebagai drama yang ringan dan menyenangkan untuk ditonton.

Drama ini menceritakan tentang kisah kehidupan pengacara perempuan dan aktor yang memiliki stigma tertentu terhadap lawan jenis. Drama Love to Hate You juga mengangkat isu seksisme dan diskriminasi gender yang umumnya terjadi di Korea Selatan.


Review Drakor Love to Hate You

Yuk, simak beberapa isu seksisme yang diangkat dalam drama Love to Hate You yang perlu kalian diketahui!

Budaya Patriarki yang Kental di Kehidupan Masyarakat

Dalam drakor Love to Hate You, tokoh perempuan (Yeo Mi-Ran) digambarkan sebagai sosok yang memiliki trauma terhadap laki-laki dan enggan menikah. Hal ini dikarenakan budaya patriarki yang masih sangat kental di Korea Selatan. Fakta ini didukung oleh data dari Global Gap Gender yang menunjukkan bahwa kesenjangan gender di Korea Selatan telah menempati posisi ke-99 dari 46 negara.

Baca juga: Patriarki di Partai Politik, Sulitnya Perempuan Jadi Politisi

Sosok Yeo Mi-Ran kerap kali dianggap remeh oleh masyarakat karena statusnya sebagai perempuan. Tidak hanya diremehkan, perempuan di Korea Selatan selalu diposisikan sebagai objek seksual oleh pria di sekitarnya. Ini digambarkan melalui adegan ketika Park Jae-Hyun yang mengambil foto Yeo Mi-Ran untuk bahan masturbasinya. Selain itu, Yeo Mi-Ran harus mengorbankan karier yang telah dibangun untuk mengurus anaknya. Adegan ini didasari oleh kondisi budaya di Korea Selatan yang masih memaksa perempuan untuk mengutamakan keluarga daripada karier atau kebahagiaan sendiri.

Misoginis yang Membebani Perempuan di Korea Selatan

Selain budaya patriarki yang masih kental, sikap misoginis yang dialami perempuan di Korea Selatan telah membebani kehidupan mereka. Beban ini tidak hanya didapatkan dari luar melainkan orang terdekat seperti keluarga justru melanggengkan sikap misoginis.

Seperti, ayah Mi-Ran digambarkan sebagai sosok yang selalu meremehkan perempuan. Yeo Mi-Ran harus melihat ibunya yang menderita karena sikap ayahnya. Bahkan, ia juga diremehkan oleh ayahnya sendiri karena keputusannya untuk menempuh pendidikan dan bekerja sebagai pengacara. Sebaliknya, ayahnya hanya peduli kepada kakak laki-lakinya daripada Yeo Mi-Ran dan ibunya.

Diskriminasi Gender di Tempat Kerja

Drakor Love to Hate You juga menyentil persoalan praktik diskriminasi gender di ruang publik atau di tempat kerja. Dalam drama tersebut, firma hukum tempat Mi-Ran bekerja selalu menolak pengacara perempuan karena dinilai akan membebani kantor. Perempuan dinilai sebagai sosok yang manja karena harus diberikan hak cuti haid, hamil, dan melahirkan. Belum lagi penilaian terhadap perempuan yang hanya mengandalkan perasaan di atas logika semakin menyulitkan mereka untuk bekerja di firma hukum tersebut.  

Kehadiran Yeo Mi-Ran yang mengalahkan seluruh kandidat laki-laki di mulai karena permintaan klien yang menginginkan kasusnya ditangani oleh pengacara perempuan. Ini membuat lingkungan firma hukum yang patriarki tersebut pada akhirnya menerima kehadiran perempuan. Meskipun begitu, Yeo Mi-Ran tetap mendapatkan diskriminasi dari rekan kerjanya.

Kesuksesan Perempuan Dilihat dari Pasangannya

Pemikiran ini disinggung ketika Nam Kang Ho yang berperan sebagai aktor populer memandang perempuan hanya menginginkan pria kaya untuk mendapatkan kesuksesan. Hal ini didasarkan atas pengalaman hidup Kang Ho yang melihat ibunya yang menikahi pria kaya karena harta. Selain itu, sikap mantan Kang Ho yang meninggalkannya demi popularitas semakin memperkuat pandangan negatifnya terhadap kesuksesan perempuan.

Baca juga: Diskriminasi Berlapis pada Perempuan Disabilitas 

Pandangan ini seolah menjadi nilai yang harus dilestarikan oleh masyarakat setempat. Perempuan diyakini hanya tertarik untuk menikahi laki-laki sukses dan kaya demi mendapatkan kehidupan yang diinginkannya. Stereotipe atas kesuksesan perempuan yang dilihat dari status sosial pasangannya menunjukkan bahwa masyarakat Korea Selatan yang ‘modern’ masih memiliki pemahaman yang terbatas terhadap peran gender dalam karier dan hubungan.

Adegan ketika rekan kerja Mi Ran memperlakukannya dengan layak setelah mengetahui tentang hubungannya dengan Kang Ho seolah mengaminkan bahwa kesuksesan yang diraih perempuan karena kekuasaan yang dimiliki oleh pasangannya. Pandangan ini terus membebani perempuan hingga saat ini. Meskipun perempuan mengatakan kesuksesan yang diraih atas upaya sendiri, masyarakat tetap memandang remeh karena gender yang dimiliki. Tetap saja, perempuan yang sukses didorong oleh pasangan yang sukses pula.

Sumber:

S. M. Fatimah, 2023. “5 Bahasan Seksisme di Drakor Love to Hate You, Kamu Sadar Gak?”, dalam IDN Times

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Drakor

Artikel Lainnya

Trope Seksis: Ketika Perempuan Jadi Alat supaya Laki-Laki Terlihat Keren 

Menanti keadilan bagi hantu-hantu perempuan

Menanti Keadilan Bagi Hantu-Hantu Perempuan

Film Vina, Kekerasan Seksual Berbasis Gender dan Femisida

Leave a Comment