Home » News » Film Vina, Kekerasan Seksual Berbasis Gender dan Femisida

Film Vina, Kekerasan Seksual Berbasis Gender dan Femisida

Zefanya Preticia

Film, News

Bincangperempuan.com- Film Vina sebelum 7 hari, sebuah film yang diangkat dari kisah nyata yang terjadi pada tahun 2016. Film ini mengisahkan seorang gadis berusia 16 tahun asal Cirebon yang meninggal karena diperkosa dan dibunuh oleh sejumlah anggota geng motor. Vina dan kekasihnya, Rizky (dalam Film dipanggil Eky) menjadi korban yang tewas akibat pembunuhan berencana yang dilakukan oleh teman geng motornya Rizky sendiri. 

Film ini menuai kontroversi dan memunculkan pihak pro dan kontra film di kalangan netizen dan masyarakat. Tim Pro terhadap film ini mengatakan kisah Vina digambarkan melalui adegan dengan tujuan untuk menguak kembali siapa saja para pelakunya dan 3 pelaku yang masih menjadi DPO dan bagaimana kronologi kejadian yang sebenarnya terjadi.

Baca juga: Tren ‘Man or Bear’, Ketakutan yang Berakar dari Pengalaman Nyata Perempuan  

Namun, disisi lain, Tim Kontra mengatakan film ini tidak etis, dikarenakan secara terang-terangan menampilkan adegan kekerasan seksual terhadap perempuan yang sangat parah. Sutradara dinilai tidak mempertimbangkan bagaimana perspektif atau perasaan penonton perempuan yang mungkin juga pernah mengalami kekerasan seksual. Apalagi pemain utama film tersebut yaitu Nayla Purnama yang memainkan peran Vina, merupakan seorang remaja yang masih dibawah umur yang berusia 17 tahun.

Fenomena Femisida

Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Andy Yentriyani mengatakan bahwa kisah Vina diangkat ke layar lebar adalah sebuah fenomena femisida, yang artinya adalah pembunuhan perempuan yang berlatar belakang atau didorong oleh bias gender.

Kasus ini mengungkapan bahwa pihak laki-laki melakukan pembunuhan karena didorong oleh rasa marah akibat maskulinitas dan otoritasnya yang tidak dipatuhi oleh korban.. 

Ironisnya, film ini menuai kecaman netizen juga di mana ada salah satu konten kreator TikTok yang menyalahkan perempuan sebagai korban. Ia malah menyalahkan Vina karena menolak perasaan lelaki tersebut, yang membuatnya diperkosa dan dibunuh. Konten kreator tersebut menyalahkan kecantikan Vina dan menyalahkan tindakan Vina karena menolak mentah-mentah perasaan Egi, si pelaku kejam tersebut. 

Baca juga: Femisida dan Pemberitaan yang Tidak Memihak Korban

Disini juga dapat kita lihat bahwa pola pikir masyarakat Indonesia yang membuat mayoritas korban kekerasan seksual merasa tersudutkan. Bahkan, karena seringnya menyalahkan korban, hingga membuat penegakan hukum dan keadilan bagi korban menjadi sulit didapatkan. 

Mirisnya, film ini juga memperlihatkan adegan sadis dan kejam hingga adegan pemerkosaan yang dialami oleh korban perempuan yaitu Vina yang diperankan oleh Nayla Purnama, yang juga adalah perempuan, yang masih tergolong sangat muda dan tidak etis dan layak mendapatkan perlakuan kekerasan walaupun hanyalah dilakukan secara akting. 

Sumber:

  • Rossa, Vania; Efendi, Dini Afrianti, 2024. “Komnas Perempuan Angkat Bicara Soal Film Vina: Sebelum 7 Hari: Bukan Cuma Kekerasan Seksual, Tapi Femisida!”, dalam Suara.com
  • Aurellia, Anindyadevi, 2024 “Sinopsis Film Vina Sebelum 7 Hari, Kisah Nyata dan Fakta Terbarunya”, dalam Detik.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Anakku Bukan Pelaku Klitih

Cegah dan Kenali Kekerasan Seksual pada Anak

Perempuan Pesisir Melawan Kerusakan Lingkungan

2 Comments

  1. Film ini seharusnya jadi cambukan KPI Untuk faham-faham hukum kemanusian. Film yang tidak layak tayang, belum lagi penuh pembiasan. Knp pembiasaan, krn film di angkat cuma dari 1 sisi.

    Reply

Leave a Comment