Bincangperempuan.com- Besingal atau pengantin keciek berarak merupakan tradisi adat yang berlaku bagi anak perempuan menjelang beranjak dewasa (akil baligh). Lewat besingal, orang tua mendoakan agar anak mereka diberikan keselamatan dan setelah dewasa nanti memiliki kepribadian yang sesuai dengan tuntunan Islam maupun nilai adat istiadat.
Tradisi ini masih berkembang di suku Pasemah Padang Guci, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu dan sebagian besar masyarakat yang beragama Islam. Beberapa daerah di Bengkulu Selatan, seperti Kedurang juga melakukan hal serupa, namun dengan nama yang berbeda yakni kayiek.
Hingga saat ini tradisi ini dipertahankan sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang dan sebagai sarana syiar ajaran Islam.
Rusdah, pemimpin tradisi besingal, menjelaskan dalam kepercayaan mereka jika anak perempuan belum besingal maka anak perempuan tersebut dianggap belum masuk agama Islam dan akan menjadi aib keluarga.
“Bagi setiap masyarakat, melaksanakan tradisi ini wajib sebagai bentuk rasa syukur orang tuanya yang siap memiliki anak perempuan maka bersyukur kepada Allah SWT dan sebagai jamuan untuk berdoa agar setiap anak perempuannya diberikan kesehatan dan serta keselamatan,” jelasnya.
Besingal berlaku untuk anak perempuan dengan rentang usia 5-9 tahun. Ini menunjukkan fase ketika anak perempuan akan menginjak usia baligh. Tujuannya dengan melakukan tradisi ini, anak perempuan dapat disucikan dan dijauhkan dari hal-hal buruk yang tidak diinginkan.
Baca juga: Lima Mahasiswi Bengkulu Raih Medali Emas di Kompetisi Inovasi Sedunia
Tahapan prosesi besingal
Ada beberapa tahapan yang berlaku sebelum prosesi besingal dilakukan. Diawali dengan rapat sekampung atau dikenal dengan nunggal dusun laman. Dimana apabila ada orang tua yang memiliki anak perempuan dan ingin melakukan besingal mereka harus mengadakan nunggal dusun laman atau rapat sekampung yang umumnya dilaksanakan pada malam hari. Dalam rapat ini, keluarga dan masyarakat akan membahas syarat untuk melakukan tradisi besingal dan pelaksanaan tradisi ini.
Setelah rapat selesai si pokok rumah atau orang tua anak perempuan memberikan syarat untuk melakukan sebuah ritual dan menyerahkan ritualnya kepada nenek sesepuh atau nenek yang dituakan.
Tradisi besingal dilaksanakan bersamaan dengan acara aqiqah. Malam hari dilakukan pengajian untuk aqiqah, kemudian pagi harinya proses besingal diadakan dengan gotong royong memasang tenda dan memasak bersama. Pelaksanaan besingal biasanya diadakan selama 2 hari dimana hari pertama disebut begangan atau memasak bagi ibu-ibu dan hari kedua yakni pelaksanaan besingal.
Baca juga: [HOAKS] Akun Facebook Atasnama Gubernur Bengkulu Dr. H. Rohidin Mersyah
Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk melaksanakan besingal yakni daun sirih, daun sedingin, rokok daun nipah, beras, rebana, pohon tunas kelapa yang masih kecil, kunyit, baju adat, limau nipis dan basahan. Setelah bahan-bahan tersebut disiapkan, besingal mulai dilaksanakan.
Pertama, di pagi hari nenek sesepuh atau nenek yang melakukan ritual, bersama anak perempuan, orang tua anak, dan para tetangga sekitar rumah pergi ke sungai di desa untuk memandikan anak tersebut. Saat memandikan anak perempuan, nenek sesepuh membacakan mantra atau doa untuk anak tersebut. Kemudian, setelah anak perempuan tersebut selesai dimandikan, ia akan dibacakan doa dan diusap dengan air dari perasan jeruk nipis.
Setelah proses mandi, anak perempuan diajak pulang ke rumah dan mengenakan baju adat dengan dirias seperti seorang pengantin atau disebut juga pengantin kecik atau pengantin kecil. Di bagian balik sanggul pengantin kecik diselipkan daun sirih serta daun sedingin. Kemudian dilanjutkan dengan persiapan ritual menari, dimana sebanyak 2 buah tikar anyaman dibentangkan, di tengahnya diletakkan tunas kelapa yang nantinya akan dikelilingi saat proses menari. Setelah persiapan selesai, pengantin kecik menari sebanyak 7 keliling. Pada saat kelilingan ketujuh ibu dari pengantin menghamburkan beras yang telah dicampur kunyit menandakan berakhirnya besingal tersebut.