Home » News » Cinta Tanpa Eksklusivitas, Mengenal Poliamori Lebih Dekat

Cinta Tanpa Eksklusivitas, Mengenal Poliamori Lebih Dekat

Ais Fahira

News

Bincangperempuan.com– Apakah cinta selalu harus tentang saling memiliki? Apakah dunia cinta hanya milik dua orang yang saling memadu kasih? Ternyata, ada hubungan yang melampaui konsep kepemilikan dan eksklusivitas. Dunia cinta tidak lagi hanya milik berdua, bisa jadi bertiga, berlima, atau bahkan lebih. Inilah yang disebut poliamori, sebuah bentuk hubungan non-monogami yang dapat menjadi alternatif hubungan non-eksklusif! 

Apa itu poliamori? Samakah dengan Poligami atau open relationship?

Jika monogami melibatkan dua individu yang berkomitmen dalam hubungan romantis dan seksual. Poliamori justru melibatkan lebih banyak individu dalam hubungan yang serupa, baik secara romantis maupun seksual.

Secara etimologi, poliamori berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu poly yang berarti banyak, dan amour yang berarti cinta. Dengan kata lain, poliamori adalah bentuk hubungan percintaan yang melibatkan lebih dari dua orang.  

Walau melibatkan lebih dari dua orang, hubungan ini tetap didasarkan pada kesepakatan bersama antara semua individu yang terlibat, dengan prinsip keterbukaan, kejujuran, dan penerimaan terhadap kemungkinan untuk menjalin hubungan lainnya.

Namun, apakah poliamori sama dengan poligami? Menurut Stephanie M. Sullivan seorang terapis  pernikahan, melalui wawancara bersama healthline menyebutkan bahwa poliamori berbeda dengan poligami. Menurut Sullivan, poliamori melibatkan seluruh orang yang terkait di dalamnya untuk saling menjalani beberapa hubungan secara bersamaan. Sedangkan, poligami adalah praktik menikahi lebih dari satu orang. Praktik poligami biasanya juga didasarkan oleh motif budaya dan agama tertentu. Poliamori justru berfokus pada bentuk non-monogami yang adil, di mana terdapat multi-pasangan yang jujur dan terkoneksi satu sama lain.

Poliamori mungkin terkesan sama seperti open relationship yang memungkinkan individu dalam suatu hubungan terbuka dengan hubungan lain. Namun situs Poly Coach menyebutkan bahwa poliamori dan open relationship adalah hal yang berbeda.  Open relationship selalu memiliki relasi utama yang tidak ditemukan dalam poliamori. Sedangkan dalam poliamori, setiap pihak dapat mencintai satu sama lain dengan takaran yang sama tanpa satu pun yang difavoritkan atau dianggap utama, berbeda dengan open relationship, di mana terdapat satu pasangan yang utama.

Baca juga: Backburner Relationship, Ketidakjelasan dalam Hubungan

Sejarah Poliamori

Menurut berbagai sumber, jenis hubungan serupa telah ditemukan pada abad ke-19, tepatnya di sebuah komunitas utopis Oneida di Amerika Serikat. Komunitas ini mempraktikkan hubungan berbasis komunitas di mana semua anggota dianggap “menikah” satu sama lain. Mereka menggunakan pendekatan tersebut untuk menciptakan kesetaraan, mencegah kecemburuan, dan menjunjung kolektivitas. Namun, saat itu praktik ini dipandang kontroversial oleh masyarakat luas yang masih sangat terikat pada norma monogami.

Perkembangan lebih lanjut terjadi pada abad ke-20, dalam rentang tahun 1960-an dan 1970-an. Dan pada saat itu pula baru muncul istilah polyamorous. Walau telah muncul sebagai istilah pada tahun 1970-an kata “poliamori” sebagai istilah resmi baru dimulai pada Mei 1990. Bermula saat digunakan oleh Morning Glory Zell-Ravenheart dalam sebuah artikel berjudul “A Bouquet of Lovers” yang diterbitkan di Green Egg Magazine. Ia menyebut istilah “poly-amorous.” dalam artikel miliknya.

Barulah pada tahun 1999, Zell-Ravenheart diminta oleh editor Oxford English Dictionary untuk mendefinisikan istilah tersebut. Ia menjelaskannya sebagai “praktik, keadaan, atau kemampuan untuk memiliki lebih dari satu hubungan cinta seksual pada saat yang sama, dengan pengetahuan dan persetujuan penuh dari semua pasangan yang terlibat.” Hingga saat ini poliamori semakin populer, sebagian berkat internet dan aplikasi kencan online yang memudahkan orang untuk berjejaring dengan mereka yang memiliki pandangan serupa dan belajar lebih banyak tentang gaya hidup ini. 

Poliamori dalam Budaya Pop

Lalu, apakah hubungan poliamori sama dengan selingkuh? Karena didasarkan pada konsen yang disepakati bersama, poliamori tentu berbeda dengan selingkuh. BPer’s bisa melihat perbedaannya melalui film Bob & Carol & Ted & Alice(1969), yang menceritakan dinamika hubungan romantis dan seksual di era free love tahun 1960-an.

Dalam film ini, dua pasangan yaitu Bob & Carol, serta Ted & Alice yang saling berteman, dan mulai mengeksplorasi hubungan seksual terbuka. Walau pada awalnya mereka berusaha menjalani hubungan monogami, mereka akhirnya terbuka tentang keinginan untuk menjalin hubungan seksual dengan orang lain, yang membawa mereka pada pemahaman baru tentang cinta dan komitmen.

Lalu, apakah pasangan yang awalnya menjalin hubungan monogami, kemudian saling memiliki hubungan lain dan terbuka satu sama lain, bisa disebut selingkuh? Dalam konteks poliamori, tentu saja ini bukan selingkuh, karena kedua pihak saling sepakat untuk menjalani hubungan seperti itu. Selingkuh biasanya terjadi tanpa persetujuan salah satu pihak dan sering kali melibatkan kebohongan atau penyembunyian. Sebaliknya, dalam poliamori, keterbukaan dan komunikasi adalah kunci utama. Jadi, selama ada kesepakatan dan saling pengertian, ini bukan selingkuh, melainkan bentuk hubungan yang lebih terbuka dan fleksibel.

Baca juga: Mengapa Perempuan Sering Terjebak Toxic Relationship?

Poliamori Sebagai Alternatif Hubungan yang Membebaskan

Poliamori mendobrak gagasan bahwa cinta harus eksklusif atau dikendalikan oleh rasa kepemilikan. Hubungan ini menantang norma tradisional, seperti monogami, yang sering kali dikaitkan dengan kesuksesan dan kebahagiaan. Dalam masyarakat, ada tekanan kuat untuk menjadikan pernikahan monogami sebagai standar utama, sementara bentuk-bentuk hubungan lain sering dipandang sebelah mata. Padahal standar kebahagiaan dalam hubungan asmara sangat beragam.

Poliamori menghadirkan pandangan baru yang lebih cair dan membebaskan. Hubungan ini mendobrak norma cinta yang mengharuskan seseorang memiliki pasangannya secara eksklusif, termasuk klaim seperti “kamu milikku” yang sering kali berakar pada rasa kepemilikan. Sebaliknya, poliamori menekankan kebebasan individu dan persetujuan bersama, memberikan ruang bagi berbagai bentuk ekspresi cinta yang tidak dibatasi oleh eksklusivitas.

Meski demikian, kebebasan ini tidak berarti poliamori bebas dari tantangan. Konflik tetap mungkin terjadi, mengingat sifat manusia yang secara alami dapat merasa cemburu atau tidak aman. Poliamori menuntut keterampilan komunikasi yang tinggi dan kemampuan mengelola emosi agar hubungan tetap sehat. Selain itu, bentuk hubungan ini tidak cocok untuk semua orang, karena membutuhkan pemahaman dan nilai-nilai tertentu yang mungkin tidak sejalan dengan keyakinan individu atau budaya.

Pada akhirnya, poliamori mengajak BPer’s untuk memikirkan kembali apa artinya cinta, komitmen, dan kebahagiaan. Walaupun tidak lepas dari tantangan, hubungan ini membuka jalan untuk memperluas cara memahami dan menjalani hubungan dengan cara yang lebih inklusif dan beragam.

Referensi:

  • Cardoso, D., Pascoal, P.M. and Maiochi, F.H. (2021) ‘Defining polyamory: A thematic analysis of lay people’s definitions’, Archives of Sexual Behavior, 50(4), pp. 1239–1252. doi:10.1007/s10508-021-02002-y.
  • Christopher M. Gleason / Made by History (2023) Polyamory isn’t just for Liberals, Time. Available at: https://time.com/6331379/polyamory-history/ (Accessed: 09 December 2024).
  • Lockett, E. (2022) What is polyamory? and is it right for me?, Healthline. Available at: https://www.healthline.com/health/relationships/polyamorous (Accessed: 09 December 2024).
  • Polyamory (2024) Encyclopædia Britannica. Available at: https://www.britannica.com/topic/polyamory (Accessed: 09 December 2024).
  • Polycoach (2017) The difference between open relationships, polyamory and swinging, Poly Coach. Available at: https://poly-coach.com/open-relationship-therapy/the-difference-between-open-relationships-polyamory-and-swinging/ (Accessed: 09 December 2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Perang Gender: Mengapa Banyak Perempuan Korea Menolak Berkencan, Menikah dan Punya Anak?

Buka Akses Informasi Antisipasi Dampak Covid 19 Bagi Perempuan di 10 Desa Penyangga Situs Warisan Dunia

Sunat Perempuan di Indonesia

Kontroversi Sunat Perempuan di Indonesia

Leave a Comment