Bincangperempuan.com- Kawasan Asia-Pasifik menjadi rumah bagi beberapa negara dengan perekonomian terkuat di seluruh dunia. Sayangnya hal tersebut tidak menjamin ketidaksetaraan gender.
Kawasan ini mengalami fluktuasi dalam hal kesetaraan gender. Meskipun ada kemajuan yang telah dicapai dalam beberapa tahun terakhir, namun masih ada negara-negara di kawasan ini yang dianggap berbahaya bagi perempuan.
Kejahatan dan kekejaman terhadap perempuan masih sering terjadi di seluruh wilayah ini, seperti insiden pemerkosaan, penyiraman air keras, dan prostitusi paksa masih terjadi. Asia Selatan saat ini menjadi wilayah dengan kesenjangan kesetaraan gender terbesar di seluruh dunia.
Baca juga: Perempuan dan Fenomena Glass Ceiling di Dunia Kerja
Find more statistics at Statista
Perubahan peran perempuan dalam masyarakat
Bangkitnya gerakan feminis telah mendorong kesetaraan gender di kawasan ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perempuan mengalami kemajuan yang pesat di kawasan ini. Seperti di Malaysia, telah menyatakan dukungan mereka terhadap perempuan untuk membuat keputusan mereka sendiri terkait kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Banyak negara dan wilayah Asia Pasifik juga telah atau sedang memiliki kepala negara atau pemerintahan perempuan, yang telah terlihat meningkatkan suara politik perempuan.
Di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Kamboja, Singapura, dan Filipina, di mana perempuan sebelumnya diasumsikan berperan sebagai istri dan ibu, peningkatan pendidikan dan kesempatan kerja telah tersedia secara luas bagi perempuan. Berkurangnya fokus pada pernikahan dan anak-anak terlihat dari menurunnya tingkat kesuburan di seluruh Asia Pasifik, terutama di negara-negara yang disebut sebagai negara maju, termasuk Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Hong Kong. Selain itu, peningkatan fokus pada pendidikan dan karier terlihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan.
Baca juga: Tiga Periode Pemilihan, Afirmasi Politik Perempuan di Bengkulu Tak Kunjung Terpenuhi
Di beberapa negara, perempuan telah mendapatkan kebebasan untuk membuat keputusan sendiri terkait kesehatan dan seksualitas. Penggunaan kontrasepsi diproyeksikan meningkat di seluruh wilayah. Beberapa negara dengan tingkat kesuburan terendah di kawasan ini juga menunjukkan usia rata-rata tertinggi untuk menjadi ibu pertama kali, termasuk Korea Selatan, Jepang, dan Singapura.
Yang menarik, survei menunjukkan adanya perbedaan pendapat antara laki-laki dan perempuan mengenai bagaimana kesetaraan gender akan berkembang di seluruh wilayah Asia Pasifik. Lebih banyak responden laki-laki yang percaya bahwa perempuan di negara mereka telah atau akan memiliki hak yang sama dengan laki-laki, sementara lebih sedikit responden perempuan yang setuju dengan pandangan ini. Meskipun tentu saja ada lebih banyak peluang bagi perempuan untuk sukses di seluruh Asia Pasifik dibandingkan sebelumnya, masih ada prasangka yang harus dihapuskan sebelum kesetaraan gender dapat dicapai sepenuhnya di seluruh wilayah.
*) Tulisan ini diadaptasi dari Women in the Asia-Pacific region – statistics & facts yang sudah dipublikasikan di statista.com pada 10 Januari 2024.