Home » Isu » Feminisme » Kenapa Stretch Mark di Tubuh Perempuan Dianggap “Dosa Sosial”

Kenapa Stretch Mark di Tubuh Perempuan Dianggap “Dosa Sosial”

Bincangperempuan.com- Stretch mark adalah guratan yang sering nampak pada kulit bagian tubuh yang banyak mengandung lemak, seperti di payudara, perut atas, lengan atas, paha, dan bokong. Guratan yang mulanya berwarna merah, merah muda, atau ungu ini lama kelamaan akan berubah menjadi warna putih atau kelabu.

Coba perhatikan tubuhmu sendiri, apakah sudah terdapat stretch mark? Its okay, BPer’s. Perubahan kondisi ini, normal dihadapi oleh umat manusia lainnya di belahan bumi lain, kamu tidak sendirian, dan itu bukanlah dosa. Kamu tidak menyakiti siapapun, kecuali ekspektasi orang lain mengenai definisi kecantikan yang “sempurna” dan “ala kapitalis”.

Tidak semua orang mengalami stretch mark. Kondisi ini biasanya dialami orang yang kulitnya mengandung sedikit kolagen, yaitu protein yang membuat kulit lentur. Stretch mark umumnya muncul karena ukuran tubuh bertambah lebih cepat daripada perkembangan dan elastisitas kulit.

Ketika kulit meregang dengan cepat, lapisan tengah kulit (dermis) akan menipis, sehingga lapisan di bawahnya muncul ke permukaan. Bila demikian, akan muncul garis atau guratan kemerahan, kadang disertai rasa gatal. Lama-kelamaan garis ini akan berubah menjadi warna putih atau kelabu. Kondisi inilah yang disebut stretch mark.

Baca juga: Kenali Emosi Anak Lewat “Inside Out 2”

Penyebab stretch mark

Berikut adalah beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami stretch mark di tubuh perempuan:

  • Kehamilan
  • Peningkatan berat badan yang drastis
  • Masa pubertas
  • Warna kulit terang
  • Adanya riwayat keluarga dengan stretch mark
  • Gangguan kesehatan tertentu, seperti sindrom Marfan atau sindrom Cushing
  • Penggunaan obat-obatan kortikosteroid, seperti hidrokortison atau fluocinolone, yang tidak tepat

Tentu saja, diakibatkan oleh hal tersebut, sebagian besar perempuan akan merasa cemas, stres, insecure, dan tidak percaya diri dalam menghadapi perubahan kondisi di tubuhnya. Jadi, jangan ditambah-tambahin lagi dengan komentar pedas, bullying, mencibir, bahkan menghina stretch mark di tubuh perempuan. Mulai sekarang, jaga diri untuk tidak sembarangan komentar dan menghakimi, BPer’s? Itu kejammmm!

Walau merupakan kondisi yang normal, banyak orang yang terganggu ketika stretch mark muncul di kulitnya. Perasaan terganggu pada hakikatnya muncul akibat stigma negatif sosial terhadap tubuh perempuan yang telah mengakar di masyarakat. Seolah stretch mark adalah mimpi buruk bagi orang yang melihat tubuh perempuan, karena akan dipandang dengan sorot mata tajam, penuh penghakiman, ataupun merasa “terganggu” hingga terlihat jijik. Sejujurnya, apa yang salah, BPer’s?.

Normalisasi stretch mark

Stretch mark membuat banyak perempuan tidak percaya diri, insecure, dan menabung lebih banyak untuk membeli produk kecantikan. Bagi perempuan yang tidak mampu membeli produk dan tetap memutuskan memelihara stretch mark dianggap sebagai perempuan “jorok, kusam, dekil, tidak pandai merawat diri, dan segala label buruk lainnya”.

Padahal, menormalisasi stretch mark juga keputusan dari perempuan yang memiliki tubuh, tentu saja dengan mempertimbangkan segala kondisi yang ada dalam dirinya, terutama kondisi finansial untuk membeli produk penghilang stretch mark.

Tubuh perempuan dianggap harus “sempurna” sesuai dengan apa karakteristik yang telah diciptakan oleh “sekelompok orang” kemudian terinternalisasi di masayarakat sehingga diyakini sebagai karakteristik tunggal dalam mendefinisikan kecantikan atau keindahan tubuh perempuan. Ironisnya, stigmatisasi tubuh perempuan ini muncul karena diciptakan oleh sistem industri kecantikan yang melakukan komodifikasi terhadap variabel kecantikan perempuan, yang diagung- agungkan melalui iklan kecantikan.

Baca juga: Luka Tak Kasat Mata: Stigma Negatif Melahirkan Caesar

Label kesempurnaan tubuh perempuan seperti kulit putih, tubuh mulus, postur ramping, rambut lurus, dan tak ada gambaran mengenai keterbatasan tubuh manusia di dalamnya. Para kapitalis, membuat produk “unggulan” yang kemudian mempromosikan dan menjual produk dengan harga fantastis. Tentu kapitalis memberikan jaminan menghilangkan atau bahkan menunda segala “kendala” yang ada di tubuh perempuan, termasuk pula produk untuk menghilangkan stretch mark.

Cara sederhana/ organik yang dapat dilakukan untuk menyamarkan stretch mark di tubuh perempuan:

  1. Cukupi Asupan Air
  2. Menggunakan Lidah Buaya
  3. Oleskan Minyak Kelapa Murni
  4. Gunakan Scrub Gula
  5. Menjaga Berat Badan
  6. Menerapkan Pola Makan Sehat
  7. Istirahat Secara Rutin

Selain itu, untuk menyamarkan strecth mark apabila dirasa mengganggu kesehatan dan mental, tidak hanya sekadar memperbaiki citra visual, bisa juga melakukan pengobatan medis di dokter ahli terkait strecth mark, tentu saja dengan mempersiapkan kesehatan dan modal finansial ya BPer’s. Jagalah kesehatan diri untuk kebahagiaan diri sendiri ya BPer’s.

Dalam hal ini, laki-laki sebagai subyek yang didefinisikan sebagai makhluk visual, lagi-lagi adalah subyek yang diuntungkan karena patriarkis melanggengkan dan memberikan mereka kuasa untuk menentukan definisi mengenai kecantikan perempuan yang selaras dengan definisi kecantikan ala kapitalis. Tegaaaa!

Maka, mulai saat ini, mari kita bekerja sama untuk saling mendukung perempuan, bagaimanapun kondisinya. Karena kita hanya berada dalam jebakan industri dan sistem patriarkis, mari bersama-sama menciptakan kehidupan yang aman dan nyaman bagi perempuan, saling memanusiakan, dan menormalisasi kecantikan berdasarkan banyak definisi yang ada dalam sistem sosial dan budaya tertentu, tanpa menyempitkan, merendahkan, bahkan menomorduakan definisi kecantikan yang dimiliki oleh masing- masing. Different is unique and still beautiful, BPer’s! Pesan untuk laki-laki baru, mari mendukung kami dan menciptakan kehidupan dunia yang damai di antara banyak keberagaman di masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Perempuan dan Pembangunan Infrastruktur: Kebijakan dan Dampak yang Tidak Responsif Gender

Pendidikan Membaik,Namun Kesenjangan Kerja Perempuan Tetap Nyata

Riset: Stigma Negatif Perempuan Perokok di Indonesia Halangi Usaha Pengendalian tembakau

Leave a Comment