Bincangperempuan.com– Kebahagiaan menyambut kelahiran bayi menjadi momen yang sangat berharga bagi setiap pasangan. Biasanya, pasangan akan menggelar sebuah acara yang kemudian dikenal dengan istilah “gender reveal party”. Gender reveal adalah sebuah acara atau perayaan yang diadakan oleh calon orang tua untuk mengungkapkan jenis kelamin bayi mereka kepada keluarga dan teman-teman.
Lalu, bagaimana sejarah gender reveal party? Tren ini pertama kali dilakukan pada 2008 oleh Jenna Myers Karvunidis yang berasal dari Los Angeles. Dalam unggahan di blog pribadinya yang berjudul “High Gloss And Sauce”, Jenna mengungkapkan ide pesta tersebut untuk membuat keluarganya terkesan, menyelenggarakan pesta kecil yang dilanjutkan dengan pemotongan kue berisi icing berwarna merah muda untuk merayakan jenis kelamin bayi yang dikandungnya.
Ide Jenna tersebut kemudian diliput banyak oleh media besar hingga menjadi tren global. Saat ini sejumlah orang tua mulai melakukannya dengan lebih kreatif dan bervariasi. Meramaikan dengan penggunaan confetti, pita, dan balon yang diletuskan.
Apabila hasilnya menunjukkan warna biru, maka jenis kelamin bayi adalah laki-laki. Sebaliknya, jika yang keluar warna merah muda berarti jenis kelamin bayi adalah perempuan. Saat ini, pesta gender reveal telah berkembang menjadi perayaan besar karena kreativitas warganet yang turut memeriahkannya.
Baca juga: Potret Tujuh Perempuan yang Berpengaruh di Bidang Hukum
Kontroversi Gender Reveal Party
Seiring perkembangan, pesta gender reveal mulai dirayakan dengan cara yang ekstrem sehingga tidak jarang merugikan sekitarnya. Seperti baru-baru ini, tragedi pesawat jatuh pasca pengungkapan jenis kelamin bayi di Meksiko telah merengut nyawa seorang pilot.
Sebelumnya, pada tahun 2017 terjadi kebakaran lahan seluas 47.000 hektar di Arizona dan kebakaran hutan di California pada tahun 2020. Dua kebakaran hutan ini telah menciptakan kerugian besar seperti peningkatan polusi dan kerusakan hutan terbesar sepanjang sejarah karena penggunaan atribut yang berbahaya.
Melihat hal ini, banyak masyarakat yang menyayangkan tren pesta gender reveal yang dinilai berlebihan. Perayaan yang seharusnya dilakukan bersama keluarga malah berakhir pada tragedi yang merugikan banyak pihak.
Waktu yang Tepat untuk Pesta Gender Reveal
Gender reveal dapat dilakukan di usia kandungan berapa bulan? Kemajuan teknologi telah membantu banyak ibu hamil untuk lebih cepat dalam mengetahui jenis kelamin bayi. Sebelumnya, ibu hamil harus menunggu hingga usia kehamilan berkisar 16-20 minggu untuk mengecek jenis kelamin bayi melalui USG. Saat ini, jenis kelamin bayi dapat dicek pada usia 10 minggu melalui tes darah.
Kemajuan teknologi inilah yang telah membantu banyak orang tua untuk merencanakan pesta gender reveal lebih awal.
Kebanyakan ibu hamil akan mengecek jenis kelamin bayi akhir trimester pertama untuk mengumumkan jenis kelamin di pesta gender reveal yang telah direncanakan. Meskipun begitu, pesta gender reveal lebih baik dilakukan pada usia kehamilan 18-22 minggu setelah memastikan lagi melalui USG.
Baca juga: Problematika Alpha Girls, Apa yang Seharusnya Dilakukan?
Cara Mengetahui Jenis Kelamin Bayi
Sebelum pesta gender reveal dilakukan, ibu hamil harus melakukan USG ke dokter untuk memastikan jenis kelamin bayi yang dikandung. Biasanya, hasil USG akan diberikan kepada event organizer untuk merencanakan pesta yang diinginkan. Dalam hal ini, para orang tua juga tidak mengetahui hasil dari USG agar pesta lebih meriah.
Selain USG, ada beberapa metode lain yang dapat dipilih oleh ibu hamil untuk mengetahui jenis kelamin bayi yang dikandung.
- Chorionic villus sampling (CVS)
Chorionic villus sampling menjadi metode lain yang sering digunakan untuk memprediksi jenis kelamin bayi dengan tingkat akurasi yang mendekati 100%. CVS dilakukan dengan mengambil jaringan sampel yang mirip seperti bulu dari plasenta yang dikenal sebagai vili.
Jaringan ini kemudian diuji untuk menunjukkan jenis kelamin bayi. Selain itu, metode ini juga dapat menemukan kelainan kromosom pada bayi yang dikandung. Sayangnya, metode ini memiliki risiko medis yang cukup tinggi.
- Prenatal non-invasif test (NIPT test)
Sama halnya dengan CVS test, NPT test dapat mendeteksi jenis kelamin bayi dan risiko kelainan kromosom pada janin selama berada dalam kandungan. Biasanya, tes ini dilakukan ketika usia kehamilan memasuki minggu ke-10 melalui sampel darah. Tes ini memiliki tingkat akurasi yang mendekati 100% dan dapat memprediksi perbedaan jenis kelamin pada bayi kembar. Berbeda dengan CVS tes, metode ini dinilai lebih aman bagi ibu dan janin.
- Amniosentesis
Amniosentesis merupakan metode yang dilakukan dengan memasukkan amniosentesis jarum. Jarum akan dimasukkan secara perlahan dan lebih hati-hati melalui perut dan rahim hingga mencapai kantung ketuban. Ketika mencapai kantung ketuban, USG akan dilakukan untuk memandu jarum ketika mengambil cairan ketuban agar janin tetap aman.
Pada dasarnya, cairan ketuban mengandung genetik bayi sehingga analisis yang dilakukan dapat mendeteksi jenis kelamin bayi dan penyakit pada bayi dengan akurasi yang mendekati 100%. Sama halnya dengan CVS test, amniosentesis memiliki risiko medis yang cukup tinggi. (**)
Sumber:
- Fitriyani Puspa Samodra, 2023. “Asal-Usul Pesta Gender Reveal yang Banyak Dilakukan Selebritis Tanah Air”, dalam Liputan6
- Shutterfly Community, 2022. “What Is A Gender Reveal Party”, dalam Shutterfly