Bincangperempuan.com- Penderita HIV/AIDS di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun. Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Muhammad Syahril mengatakan ada 35% ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jumlahnya bertambah 5.100 kasus setiap tahunnya pada kelompok ibu rumah tangga.
Kondisi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan kasus HIV kelompok lainnya, seperti suami pekerja seks dan kelompok MSM (man sex with man). Akibatnya ibu rumah tangga yang sedang hamil dan terinfeksi HIV berisiko tinggi menularkan pada anaknya. Mulai sejak dalam kandungan,kelahiran hingga menyusui.
Dilansir dari Kemenkes,go.id, penularan HIV dari ibu ke anak menyumbang 20-45% dari seluruh sumber penularan HIV lainnya seperti melalui hubungan sex, jarum suntik dan transfusi darah yang tidak aman. Akibatnya 45% bayi yang lahir dari ibu yang positif HIV akan lahir dengan HIV. Dan sepanjang hidupnya akan menyandang status HIV Positif.
Baca juga: Siti Syawaliyah, Wasit Perempuan Pertama di Aceh
Hingga Mei 2023, jumlah anak usia 1-14 tahun dengan kasus HIV mencapai 14.150 kasus. Angka tersebut setiap tahunnya bertambah sekitar 700-1000 anak dengan HIV. Sementara berdasarkan hasil deteksi Kemenkes ada 55% ibu hamil yang di tes HIV 7.153 positif HIV. Hal ini menambah resiko penularan kepada bayi.
Apa itu HIV/AIDS?
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tumbuh sehingga tubuh tidak memiliki kekebalan pada infeksi atau penyakit. Sedangkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan keadaan di mana tubuh seseorang tidak memiliki kemampuan untuk melawan infeksi sepenuhnya.
Penyakit ini umumnya ditularkan melalui jarum suntik dan cairan tubuh penderita melalui hubungan seksual, darah hingga saat ibu menyusui atau memberikan ASI.
Gejala umum yang dirasakan penderita HIV/AIDS adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh yang ditandai dengan flu ringan pada 2-6 minggu setelah terinfeksi HIV. Hal ini tidak selalu menandakan jika seseorang terinfeksi HIV.
Menurut Kementerian Kesehatan ada beberapa gejala umum yang dirasakan seseorang jika terinfeksi HIV berdasarkan stadiumnya.
- Stadium I. Pada stadium awal, seseorang yang terinfeksi HIV belum memiliki gejala yang terlihat.
- Stadium II. Seseorang yang terjangkit HIV pada tingkat stadium ini biasanya mengalami gejala seperti infeksi saluran pernafasan, penurunan berat badan, herpes zoster ulkus mulut, infeksi jamur kuku dan ruam kulit.
- Stadium III. Gejala yang umum dirasakan penderita HIV pada stadium ini adalah diare kronis, TB paru, anemia, demam yang tidak kunjung sembuh hingga kandidiasis.
- Stadium IV. Stadium ini ditandai dengan penderita mengalami komplikasi penyakit seperti herepes simplek, meningitis kriptokokus, encefalopati HIV, dll.
Sayangnya, kebanyakan penderita HIV/AIDS mengetahui mereka terinfeksi virus ini setelah melakukan pemeriksaan ke dokter. Hal ini menjadi salah satu alasan kenaikan angka penderita HIV/AIDS setiap tahunnya.
Ibu rumah tangga kelompok berisiko tinggi tertular HIV/AIDS
Seseorang yang mendediksikan dirinya sebagai ibu rumah tangga seringkali dihadapkan dengan berbagai tanggung jawab yang kompleks seperti mengurus rumah tangga, mendidik anak, melayani suami, dan lainnya. Status sosial sebagai ibu rumah tangga kerap digambarkan sebagai seorang istri yang setia dan sayang terhadap keluarganya.
Hal ini seolah menggambarkan bahwa seorang ibu rumah tangga tidak akan memiliki risiko terjangkit HIV/AIDS. Faktanya, perempuan yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga justru menjadi kelompok yang memiliki risiko tinggi terjangkit HIV/AIDS di Indonesia.
Lantas mengapa ibu rumah tangga justru menjadi penderita HIV/AIDS terbanyak? Dari survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan jika kebanyakan ibu rumah tangga yang positif HIV/AIDS disebabkan oleh pasangan yang memiliki perilaku seks berisiko. Di mana sebagian besar diantaranya mengetahui hal ini setelah pasangan mereka mengalami sakit parah atau meninggal karena penyakit menular tersebut.
Selain itu, kebanyakan ibu rumah tangga tidak mendapatkan izin dari suami untuk melakukan tes HIV/AIDS. Ini dikarenakan suami takut jika kehidupan seksualnya yang berisiko diketahui oleh istri dan keluarganya. Termasuk stigma negatif yang diterima ibu rumah tangga, mereka seringkali disalahkan atau dicap sebagai ‘berbahaya’ atau ‘lalai’ karena terinfeksi virus ini.
Baca juga: Gender Reveal Party
Stigma ini bisa datang dari masyarakat, bahkan dari keluarga dan teman-teman terdekat. Hal ini mengakibatkan isolasi sosial, depresi, dan kecemasan yang sering kali memperburuk kualitas hidup mereka. Akibatnya, mereka takut untuk menerima fakta bahwa mereka telah terjangkit penyakit ini.
Hal ini berkaitan dengan nilai moral dan pandangan tabu masyarakat terkait penyakit tersebut. Faktor-faktor ini menjadi alasan kuat mengapa ibu rumah tangga justru lebih berisiko meskipun hanya setia dengan pasangannya.
Mencegah HIV/AIDS pada ibu rumah tangga?
Jika melihat risiko terjangkit HIV/AIDS pada ibu rumah tangga, diperlukan cara yang efektif untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS pada kelompok beresiko lainnya. Hal ini karena tidak menutup kemungkinan jika perempuan yang belum menikah tidak tertular penyakit tersebut.
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan, diantaranya:
- Waspada terhadap jalur penularannya
Kebanyakan orang berpikir jika HIV/AIDS hanya ditularkan melalui hubungan seksual. Padahal, penyakit ini dapat ditularkan melalui jarum suntik, ASI hingga darah dari penderita HIV/AIDS. Untuk itu, setiap orang diminta untuk lebih waspada dalam melakukan kontak fisik yang beresiko dengan siapa pun.
- Pemberian PrEP (Prophylaxia Pre-Exposure)
PrEP (Prophylaxia Pre-Exposure) biasanya terdiri dari Tenofovir dan emtricitabine yang dapat dikonsumsi secara konsisten untuk mencegah HIV/AIDS. Kedua obat ini biasanya diresepkan oleh dokter kepada orang sehat untuk mencegah tertularnya HIV/AIDS.
- Memiliki pengetahuan tentang gejala HIV/AIDS
Mengetahui gejala HIV/AIDS dapat membantu seseorang untuk mencegah terjangkit penyakit ini. Pengetahuan yang dimiliki dapat membantu seseorang mengetahui lebih dini gejala yang dirasakan sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan.
- Menggunakan kondom ketika berhubungan seks
Penggunaan kondom ketika berhubungan seksual dinilai sangat efektif dalam pencegahan HIV/AIDS sebanyak 90-95 persen. Kondom menjadi alat kontrasepsi yang mudah didapatkan. Selain itu, meminta pasangan untuk mengganti kondom ketika akan beralih ke aktivitas lainnya juga penting dilakukan untuk mencegah risiko tertularnya HIV/AIDS karena penggunaan alat kontrasepsi yang berulang kali.
- Hindari penggunaan jarum suntik bersama
Penggunaan jarum suntik bersama memiliki resiko tinggi terjangkit HIV/AIDS. Jarum yang digunakan bersama sudah tidak steril sehingga berisiko menularkan HIV kepada orang yang sehat.
- Terbuka dengan pasangan
Kebanyakan Ibu rumah tangga yang telah terjangkit HIV/AIDS kurang melakukan komunikasi dengan pasangannya. Akibatnya, mereka baru mengetahui setelah pasangan mengalami penyakit kronis atau meninggal. Untuk itu, perlu komunikasi dan keterbukaan di antara suami dan istri tentang riwayat kesehatan masing-masing sebelum melakukan hubungan seksual. Hal ini agar seseorang dapat melakukan pencegahan lebih dini untuk terhindar dari kemungkinan tertular HIV/AIDS.
HIV/AIDS menjadi penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual, jarum suntik atau kontak fisik dengan penderitanya. Hingga saat ini, masih belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Kelompok ibu rumah tangga justru menjadi penderita terbanyak HIV/AIDS yang ditularkan melalui suami.
Ironinya, kebanyakan dari mereka baru sadar setelah pasangan menderita penyakit kronis atau meninggal karena HIV/AIDS. Untuk mencegah hal tersebut, membatasi kontak fisik, menggunakan kondom hingga keterbukaan terhadap pasangan dapat membantu dalam mengurangi risiko terjangkit HIV/AIDS.
Termasuk meningkatkan pendidikan dan kesadaran tentang HIV/AIDS di antara ibu rumah tangga sangat penting. Pemahaman tentang cara melindungi diri dari infeksi dan pentingnya pengujian secara teratur. Dengan pendidikan yang tepat, ibu rumah tangga dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih baik dan menghindari risiko terinfeksi.
Hanya dengan bersama-sama kita dapat mengakhiri stigma dan diskriminasi terhadap ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS, menuju dunia yang lebih aman dan sehat bagi semua orang.
Sumber:
- Anisa Wakidah, 2021. “Apa itu HIV/AIDS? Pengertian, Gejala, Penularan, Pencegahan”, dalam tirto.id
- Kemenkes, 2023. “Kasus HIV dan Sifilis Meningkat, Penularan Didominasi Ibu Rumah Tangga”, dalam Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
- Risky Candra Swari, 2022. “11 Cara Mencegah Penularan HIV yang Terbukti Paling Efektif”, dalam hellosehat