Bincangperempuan.com- B-Pers, apakah kamu pernah mendengar tentang interseksionalitas? Mungkin istilah ini pasti terdengar masih baru bagimu. Interseksionalitas pertama kali diperkenalkan oleh profesor Kimberlé Crenshaw pada tahun 1989 melalui makalah “Demarginalizing the Intersection of Race and Sex: A Black Feminist Critique of Antidiscrimination Doctrine, Feminist Theory and Antiracist Politics “ dalam forum hukum Universitas Chicago.
Makalah ini digunakan oleh Kimberlé untuk menggambarkan kondisi perempuan kulit hitam yang mendapatkan diskriminasi ‘poros tunggal’. Atas dasar inilah, interseksionalitas mendapatkan banyak dukungan dari akademis dunia.
Jadi, apa itu interseksionalitas? Apa pengaruh interseksionalitas terhadap perempuan?
Untuk memahami interseksionalitas, kita harus membahas tentang feminisme yang berfokus pada status gender yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Dalam hal ini, prioritas hak untuk perempuan dan laki-laki harus bersifat adil. Interseksionalitas merupakan teori yang menganalisis hubungan dan persimpangan berbagai bentuk penindasan seperti gender, ras, etnis, agama, orientasi seksual, dan lain-lain.
Interseksionalitas diciptakan untuk mengkaji bagaimana kategori biologis, sosial, dan budaya terkait identitas saling berinteraksi dan berkontribusi terhadap ketidakadilan yang sistematis dan kesenjangan sosial. Secara singkat, Interseksionalitas adalah kerangka analitis untuk memahami bagaimana aspek identitas sosial dan seseorang digabungkan untuk menciptakan berbagai bentuk diskriminasi dan hak istimewa.
Baca juga: Kontribusi Kartini dan Lima Perempuan Nusantara dalam Dimensi Spritual
Konteks perempuan, interseksionalitas menjelaskan tentang hubungan dan persimpangan antara berbagai bentuk diskriminiasi yang salah satunya adalah seksisme. Interseksionalitas beroperasi untuk mengkaji diskriminasi yang dilakukan dengan kolaborasi dan terciptanya sistem diskriminasi. Biasanya, perempuan tidak hanya mengalami diskriminasi gender melainkan identitasnya saling beririsan yang membuat perempuan berada pada posisi marginal yang tidak berujung.
Fakta tentang Interseksionalitas
Setelah memahami pengertian dari interseksionalitas, kamu perlu mengetahui fakta tentang interseksionalitas. Hal ini agar kamu tidak salah menafsirkan tentang interseksionalitas di kehidupan sehari-hari. Setidaknya, terdapat beberapa fakta interseksionalitas yang perlu kamu ketahui.
Interseksionalitas bukanlah tentang superioritas moral
Ada banyak kesalahpahaman umum terkait interseksionalitas yang dikaitkan dengan nilai seseorang. Kebanyakan orang berpendapat bahwa interseksionalitas berarti kebanyakan identitas yang terpinggirkan menjadi individu yang bermoral dan penting dibandingkan mereka yang tidak memiliki identitas yang jelas. Hal ini seakan menunjukkan bahwa interseksionalitas menjadi kompetisi untuk memperdebatkan identitas yang tertindas dan unggul.
Pada dasarnya, konsep interseksionalitas berkaitan dengan diskriminasi yang dilakukan oleh negara sehingga konsep ini tidak berkaitan dengan moralitas individu atau kelompok. Sebaliknya, kerangka kerja dari konsep ini berfokus pada bagaimana kekuasaan dan diskriminasi dihadapi oleh seseorang memiliki identitas yang bersinggungan. Padahal, identitas hanya memengaruhi akses terhadap peluang yang ada.
Dianggap terlalu sederhana dan memecah belah
Banyak ahli mengkritik interseksionalitas. Beberapa ahli berpendapat bahwa interseksionalitas seakan mengelompokkan orang berdasarkan identitas yang berbeda terlihat sangat menyederhanalan kekuasaan dan diskriminasi. Selain itu, beberapa ahli lainnya juga mengatakan bahwa penekanan pada identitas akan menyebabkan perpecahan dan ketegangan dalam hak asasi manusia. Kritik yang lebih ekstrem disampaikan oleh pihak-pihak yang menyangkal keberadaan seksisme dan rasisme di masyarakat.
Interseksionalitas semakin mudah jika terkenal
Kamu pasti akan berpikir jika interseksionalitas berkaitan dengan dunia ilmiah dan hukum. Seiring kemajuan popularitasnya, interseksionalitas tidak hanyak tentang diskriminasi terhadap perempuan kulit hitam saja melainkan diskriminasi yang dialami oleh perempuan dalam berbagai sektor.
Kepopuleran interseksionalitas ini dapat mempermudah dalam meluas jangkauannya disetujui oleh Kimberlé Crenshaw yang digunakan untuk memeriksa identitas di luar ras dan gender. Namun, ia turut mengamati bahwa orang sering menggunakan interseksionalitas sebagai singkata untu kerumitan. Hal ini menjadi alasan kuat yang menyebabkan perempuan didiskriminasi tidak bertindak ketika mendapatkan kekuatannya.
Baca juga: Male Gaze: Ketidakadilan Gender dan Bencana Bagi Perempuan
Contoh Interseksionalitas
Interseksionalitas menjadi pembahasan yang sangat rumit. Untuk memahaminya, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang teori feminisme yang menjadi dasar dari konsep ini. Akan tetapi, kamu juga dapat mempelajarinya melalui contoh berikut.
Diskriminasi di tempat kerja
Diskriminasi di tempat kerja adalah masalah yang kompleks, dengan interseksionalitas memainkan peran penting. Diskriminasi terhadap perempuan di tempat kerja disebabkan oleh tingkat pendidikan pekerja yang rendah dan kurangnya sosialisasi baik dari pihak perusahaan maupun pemerintah mengenai perlindungan terhadap pekerja perempuan.
Salah satu contohnya adalah kasus DeGraffenreid v. General Motors tahun 1976, dimana lima pekerja otomotif perempuan kulit hitam menuntut majikannya atas diskriminasi yang mereka terima. Ironinya, pengadilan justru memutuskan bahwa tindakan ini bukanlah bentuk dari diskriminasi gender atau ras karena mereka turut mempekerjakan laki-laki berkulit hitam dan perempuan berkulit putih.
Pengadilan justru mengatakan bahwa penggugat harus melihat dari satu bentuk diskriminasi dan bukan gabungan dari keduanya. Pada akhirnya, kelima perempuan ini diminta untuk memilih antara kulit hitam atau perempuan sebagai unsur pengajuan gugatan. Padahal, mereka mengalami diskriminasi oleh kedua identitas tersebut.
Kesenjangan upah karena gender
Kesenjangan upah berdasarkan gender masih menjadi permasalahan di semua negara. Di negara maju seperti Amerika Serikat, perempuan hanya mendapatkan 67 sen untuk setiap dolar yang dibayarkan kepada pekerja pria disana. Menurut National Women’s Law Center, kesenjangan ini menyebabkan perempuan kehilangan ratusan dolar selama 40 tahun bekerja. Hal ini menjadikan perempuan seakan dieksploitasi oleh perusahaan dengan jaminan upah yang sangat rendah.
Stigma negatif terhadap perempuan
Interseksionalitas yang tergambar jelas di Indonesia dapat dilihat dari stigma negatif terhadap perempuan lajang. Ya, perempuan yang belum menikah pada usia tertentu dianggap egois dan terlalu memilih pasangannya. Sementara, laki-laki yang melajang justru dipandang lebih positif karena dianggap fokus terhadap karirnya. Dalam hal ini, perempuan terus mendapatkan diskriminasi sementara laki-laki justru diperlakukan secara istimewa. Stigma ini terus berkembang meskipun teknologi telah maju dan banyak informasi yang dapat meluruskannya.
Sumber:
- Arica L. Coleman, 2019. “What’s Intersectionality? Let These Scholars Explain the Theory and Its History”, dalam TIME
- August Samie, 2023. “intersectionality”, dalam Britannica
- Human Rights Careers Team, 2024. “Intersectionality 101: Definition, Facts and Examples”, dalam Human Rights Careers