Bincangperempuan.com- Boneka Labubu adalah salah satu produk dari seri boneka Vinyl art toys yang diproduksi oleh Kasing Lung, seorang seniman asal Hong Kong. Karakter boneka ini dikenal dengan wajahnya yang lucu namun sedikit menyeramkan, kombinasi unik yang telah berhasil menarik perhatian banyak kolektor di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tren ini, yang awalnya mungkin hanya sekedar fenomena dalam komunitas pecinta art toys, kini telah menjadi subjek diskusi yang lebih luas, terutama jika dilihat dari perspektif gender.
Boneka Labubu, dengan desain yang non-konvensional, menawarkan sesuatu yang berbeda dari kebanyakan boneka yang sering diasosiasikan dengan gender tertentu. Biasanya, boneka yang dipasarkan secara luas cenderung memiliki karakteristik yang “feminim” atau “maskulin”, seperti boneka Barbie yang sering dianggap sebagai representasi dari citra perempuan ideal yang ramping dan modis, atau action figure yang mencerminkan maskulinitas dengan tubuh berotot dan peran heroik. Namun, Labubu mengaburkan batas-batas ini dengan tampilannya yang androgini, menggabungkan elemen lucu dan menyeramkan tanpa merujuk pada gender tertentu.
Desain Labubu yang netral ini memungkinkan produk ini untuk menarik minat dari berbagai kalangan, baik laki-laki maupun perempuan, tanpa adanya batasan gender. Boneka ini memberikan ruang bagi individu untuk mengekspresikan diri di luar stereotip gender yang biasanya melekat pada mainan. Hal ini mencerminkan tren global dalam pergeseran pandangan tentang peran gender, di mana masyarakat mulai menerima dan bahkan merayakan identitas yang tidak terikat pada konvensi gender tradisional.
Baca juga: FOMO: Tren Baru Boneka Labubu Digemari Para Kidult
Menjadi medium ekspresi identitas
Konteks sosial, boneka sering kali dilihat sebagai salah satu cara bagi anak-anak, dan bahkan orang dewasa, untuk mengekspresikan identitas mereka. Namun budaya yang masih sangat terikat dengan norma gender, boneka Labubu memberikan alternatif bagi individu yang ingin melepaskan diri dari peran gender yang kaku. Misalnya, seorang perempuan yang mungkin merasa terkungkung oleh harapan sosial untuk menjadi lemah lembut dan penurut, dapat menemukan kebebasan dalam karakter Labubu yang lucu namun sedikit nakal. Sebaliknya, laki-laki yang ingin menunjukkan sisi lembut dan kreatifnya tanpa merasa terikat oleh norma maskulinitas tradisional, juga bisa merasa nyaman dengan boneka ini.
Di sisi lain, popularitas Labubu juga dapat dilihat sebagai bentuk perlawanan terhadap komersialisasi mainan yang sering kali menekankan aspek gender. Mainan tidak lagi hanya sekedar alat permainan, melainkan juga cerminan dari nilai-nilai dan norma-norma sosial. Memutuskan memilih boneka seperti Labubu, kolektor dan pemain mungkin secara tidak sadar atau sadar melakukan subversi terhadap norma-norma ini, menegaskan bahwa identitas gender adalah spektrum yang luas dan tidak terbatas pada kategori yang sempit.
Tren boneka Labubu juga mencerminkan pergeseran dalam cara masyarakat memandang peran gender. Bila dilihat beberapa dekade terakhir, terdapat peningkatan kesadaran akan pentingnya inklusivitas dan keberagaman, termasuk dalam hal gender. Ini tidak hanya berlaku di dunia nyata tetapi juga dalam representasi mainan dan media yang dikonsumsi oleh anak-anak. Boneka seperti Labubu yang tidak memiliki identitas gender yang jelas membuka ruang bagi percakapan tentang fluiditas gender dan bagaimana hal ini bisa diterima dalam kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, tren ini juga dapat dilihat sebagai cerminan dari bagaimana pasar mainan mulai merespon perubahan sosial. Perusahaan dan kreator seperti Kasing Lung melihat peluang dalam memproduksi mainan yang lebih inklusif dan dapat diterima oleh semua kalangan, terlepas dari gender. Ini adalah langkah positif menuju normalisasi gagasan bahwa mainan, seperti halnya hobi dan minat lainnya, tidak harus dibatasi oleh gender.
Baca juga: Perempuan dan Anak Kelompok Paling Rentan Terdampak Buruknya Kualitas Udara
Tren boneka Labubu, menunjukkan bahwa masyarakat sedang bergerak menuju pemahaman yang lebih inklusif dan fleksibel mengenai identitas gender. Labubu dengan desain yang androgini dan karakter yang unik, membuka ruang bagi individu untuk mengekspresikan diri mereka di luar batasan gender tradisional. Ini juga mencerminkan pergeseran dalam industri mainan, di mana ada kesadaran yang lebih besar akan pentingnya inklusivitas dalam produk yang mereka tawarkan. Melalui tren ini, BPer’s bisa melihat bagaimana budaya pop, termasuk mainan, bisa menjadi medium untuk mengartikulasikan dan bahkan mengubah pandangan tentang gender di masyarakat.