Bincangperempuan.com- Persistent Genital Arousal Disorder (PGAD), merupakan kondisi yang menyebabkan perempuan bergairah tanpa adanya rangsangan atau aktivitas seksual. Penderita PGAD akan mengalami pembengkakan pada vagina atau ereksi yang berlangsung selama berjam-jam atau berhari-hari. Kondisi ini mendorong terjadinya orgasme secara terus-menerus tanpa adanya rangsangan seksual.
Gangguan ini umumnya diderita 0,6% sampai 3% perempuan di seluruh dunia. Sayangnya, tenaga kesehatan mengalami kesulitan untuk mendiagnosis PGAD karena penderitanya merasa malu untuk mengatakan gejala yang dirasakan. Perlu diingat bahwa PGAD tidak sama dengan hiperseksual atau kecanduan masturbasi. Meskipun demikian, PGAD telah menganggu aktivitas sehari-hari, menyebabkan kecemasan, dan depresi.
Baca juga: Kontroversi Sunat Perempuan di Indonesia
Hal-hal yang menjadi penyebab PGAD
PGAD menimbulkan ketidaknyamanan yang menganggu aktivitas sehari-hari. Ironinya, PGAD tidak dapat diidentifikasi lebih awal sehingga sulit untuk menghindarinya. Meskipun demikian, beberapa penelitian menemukan penyebab seseorang menderita PGAD.
Stres
Pada beberapa perempuan, stres menyebabkan munculnya PGAD. Meskipun demikian, stres tidak selalu menjadi penyebab utama seseorang menderita PGAD. Penelitian terdahulu justru menemukan bahwa PGAD berhubungan dengan hormon, sistem saraf, dan pembuluh darah yang tidak stabil selama mengalami stres.
Kista Tarlov
Kista tarlov dapat menjadi penyebab seseorang menderita PGAD. Kista tarlov merupakan kondisi dimana kantung yang berisi cairan tulang belakang muncul pada akar saraf sacral dibagian bawah tulang belakang. Saraf ini menerima sinyal dari otak dan memberikan instruksi ke kandung kemih, usus besar, dan alat kelamin.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Barry R Komisaruk, menunjukkan bahwa 66,7% perempuan yang mengalami gejala PGAD mengidap kista tarlov. Meskipun hal ini tidak terjadi dalam semua kasus, para ahli kesehatan menyimpulkan bahwa PGAD merupakan reaksi dari kista tarlov.
Malformasi Arteri Vena
Malformasi arteri vena merupakan sekelompok pembuluh darah abnormal yang menghubungkan arteri dan vena. Kelainan ini merupakan kondisi bawaan sejak lahir. Malformasi arteri vena dapat menyebabkan darah tidak dapat kembali ke jantung sehingga darah mengumpul di alat kelamin. Kondisi menyebabkan nyeri panggul kornis dan pembentukan varises di sekitar alat kelamin yang berpotensi menyebabkan PGAD.
Antidepresan
Beberapa orang menghubungkan antidepresan dengan PGAD. Meskipun demikian banyak peneliti berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh restless legs syndrome (RLS) atau sindrom kaki gelisah. RLS muncul karena disfungsi bagian otak yaitu ganglia basal yang berperan penting dalam merespon dorongan seksual.
Baca juga: Di Balik Stigma Menstruasi: Pengalaman Perempuan Indonesia
Gejala umum PGAD
Umumnya, gejala PGAD yang muncul adalah sensasi seksual yang tidak nyaman dan terjadi terus menerus di klitoris, labia, vagina, anus, dan perineum. Sensasi yang dirasakan seperti basah dan gatal di area kelamin.
Dilansir dari verywell health, beberapa gejala lain yang dirasakan penderita PGAD meliputi:
- Munculnya gairah seksual secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu yang lama tanpa adanya penyebab.
- Detak jantung meningkat dan kejang otot selayaknya sedang bergairah.
- Pembengkakan, nyeri, dan rasa kesemutan pada alat kelamin.
- Mengalami orgasme secara spontan.
- Sulit meredakan orgasme meskipun telah mengalaminya beberapa kali.
- Timbulnya rasa cemas dan depresi.
Penderita PGAD kronis tidak dapat disembuhkan dan kehilangan rasa kenikmatan ketika melakukan hubungan intim. Biasanya PGAD muncul di masa remaja dan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bersosialisasi atau berativitas.
Cara mengobati pengobatan
Pengobatan PGAD dilakukan berdasarkan penyebab gairah yang terus muncul. Beberapa penderita melakukan mastrubasi hingga orgasme untuk mengurangi gejala yang dirasakan. Meskipun demikian, cara ini tidak memberikan efek jangka panjang. Selain itu, mastrubasi yang dilakukan justru dapat menimbulkan gejala yang lebih buruk lagi. Dalam mengobati PGAD, terdapat beberapa metode yang ditawarkan oleh layanan kesehatan.
Terapi psikologis
Terapi psikologis kerap direkomendasikan untuk meredakan stres, kecemasan, atau masalah emosional yang berkaitan dengan PGAD. Terapi ini biasanya menggunakan terapi perilaku kognitif atau congnitive behavioral therapy (CBT) untuk mengurangi rasa nyeri dan gairah pada perempuan yang mengidap PGAD. Terapi ini memudahkan penderitanya untuk mengelola dan merespon pikirannya dengan cara yang lebih efektif.
Selain terapi perilaku kognitif, terapi seks dapat dijadikan pilihan untuk mengatasi gejala PGAD. Terapi ini dapat mengurangi ketidaknyamanan yang dirasakan pada alat kelamin ketika PGAD kambuh. Biasanya, tenaga kesehatan akan menyarakan teknik relaksasi pernapasan dan otot.
Terapi Fisik
Terapi fisik dapat memperkuat dan menstabilkan otot-otot dasar panggul dapat menurunkan gejalan PGAD pada perempuan. Beberapa terapi fisik yang dilakukan, seperti:
- Pelepasan myofascial, pelepasan mysofascial dilakukan dengan pijatan untuk mengurangi kekakuan dan rasa sakit di sekitar jaringan fibrosa yang mengelilingi otot.
- Stimulasi saraf listrik transkutan (TENS), stimulasi saraf listrik transkutan merupakan teknik medis komplementer untuk mengontrol rasa nyeri akut.
- Drainase limfatik, ini merupakan terapi fisik berupa pijatan melingkah untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit dengan merangsang sirkulasi getah bening.
- Pemberian obat, cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi PGAD pada perempuan adalah mengonsumsi obat. Biasanya, tenaga kesehatan akan meresepkan obat berdasarkan penyebab dan gejala yang dialami. Obat-obat yang diberikan tergolong sebagai obat nyeri saraf. Meskipun demikian, pemberian obat ini harus disetujui oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).(**)
Sumber:
- Adam Felman, 2023. “What is persistent genital arousal disorder (PGAD)?”, dalam Medical News Today
- James Myhre & Dennis Sifris, MD, 2023. “Persistent Genital Arousal Disorder (PGAD): What to Know”, dalam verywell health
- Kimberly Drake, 2021. “All About Persistent Genital Arousal Disorder (PGAD)”, dalam PsychCentral
- Komisaruk, B. R., & Lee, H. J. (2012). Prevalence of sacral spinal (Tarlov) cysts in persistent genital arousal disorder. The journal of sexual medicine, 9(8), 2047–2056.