Bincangperempuan.com- Papua, sebuah provinsi yang terletak di ujung timur Indonesia, kaya akan keanekaragaman budaya dan tradisi yang unik. Salah satu tradisi yang menarik perhatian banyak orang adalah tradisi perempuan Papua memakan pinang. Tradisi ini memiliki nilai budaya dan sosial yang mendalam, serta menggambarkan relasi yang kuat antara perempuan Papua dan alam sekitarnya.
Tradisi memakan pinang telah lama dikenal di berbagai suku di Papua. Pinang merupakan buah yang tumbuh melimpah di wilayah tersebut dan telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Papua. Bagi perempuan Papua, memakan pinang bukan sekadar mengkonsumsi, namun memiliki makna sosial dan budaya yang kuat.
“Erat kaitannya dengan simbol keberlimpahan dan kesuburan. Makanan ini dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari perempuan Papua, karena perempuan sering kali bertanggung jawab untuk mengurus keluarga dan rumah tangga. Pinang salah satu sumber energi dan nutrisi yang penting,” ungkap Febriani Ella Simbiak, perempuan berdarah Papua.
Baca juga: Syndrom Queen Bee : Fenomena Sosial di Tengah Dominasi Maskulinitas
Febby–sapaan akrabnya– merupakan satu dari generasi milenial yang tidak sungkan untuk melestarikan tradisi memakan pinang hingga saat ini. Ia menuturkan, di Papua, tradisi memakan pinang sering kali melibatkan perempuan Papua yang berkumpul dalam kelompok kecil. Mereka duduk di sekitar tumpukan pinang yang telah dipetik dan dibersihkan. Kemudian, pinang diiris tipis-tipis dan ditemani dengan bahan lain seperti kapur sirih, gambir, dan tembakau. Mereka membungkus campuran ini dalam daun sirih dan kemudian memasukkannya ke dalam mulut.
“Proses ini bukan hanya tentang konsumsi makanan, tetapi juga merupakan kesempatan untuk berinteraksi, berbicara, dan berbagi cerita. Tradisi memakan pinang sering kali menjadi waktu yang penting untuk membangun hubungan sosial antara perempuan Papua. Di sekitar tumpukan pinang, mereka bisa berbagi pengalaman hidup, berdiskusi tentang masalah-masalah sehari hari, dan mendukung satu sama lain,” lanjutnya.
Tradisi memakan pinang mencerminkan kesatuan perempuan Papua dengan alam dan budayanya. Pinang adalah produk alam Papua yang melambangkan kekayaan tanah ini. Perempuan Papua merasa dekat dengan alam, dan tradisi ini memperkuat ikatan mereka dengan lingkungan sekitar.
Tantangan Modern
Meskipun tradisi memakan pinang memiliki nilai budaya yang kuat, namun tantangan modern mempengaruhi keberlangsungan tradisi ini. Perubahan pola hidup, urbanisasi, dan pengaruh budaya luar telah mengubah cara hidup masyarakat Papua. Di beberapa daerah, tradisi memakan pinang mulai tergeser oleh gaya hidup yang lebih modern.
Namun tidak sedikit pula perempuan Papua yang masih merawat tradisi memakan pinang dengan penuh dedikasi. Beberapa di antara mereka menganggap tradisi ini sebagai momen berharga untuk bersosialisasi, berkumpul, dan berbagi cerita dengan sesama perempuan. Makan pinang bersama juga menjadi wadah untuk mendiskusikan isu-isu sosial dan budaya yang relevan dalam masyarakat Papua saat ini.
Baca juga: Pontang-panting Generasi Sandwich di Yogyakarta
Selain itu, tradisi memakan pinang tetap menjadi bagian penting dalam upacara adat, seperti pernikahan, upacara penyambutan, atau upacara keagamaan. Perempuan modern Papua tetap setia pada tradisi ini sebagai cara untuk menghormati leluhur dan memperkuat persatuan dalam masyarakat mereka.
“Salah satu upaya untuk menjaga keberlanjutan tradisi ini ya dengan mengajarkan pada generasi yang ada untuk tidak sungkan apalagi malu ketika membawa pinang seperti yang saya lakukan saat ini. Tradisi memakan pinang adalah bagian dari warisan yang berharga yang perlu dijaga dan diteruskan kepada generasi mendatang,” pungkas Febby.(**)