Home » News » Saatnya Mengakhiri Stigma Menstruasi

Saatnya Mengakhiri Stigma Menstruasi

Cindy Hiong

News

Bincangperempuan.com- Setiap bulan, sekitar setengah populasi manusia mengalami proses alami yang disebut menstruasi. Sayangnya, stigma dan ketidaknyamanan masih sering menyertai topik ini, membatasi pembicaraan terbuka dan menyebabkan banyak perempuan merasa malu atau terkekang.

Stigma menstruasi terjadi di berbagai budaya dan masyarakat di seluruh dunia. Berakar pada budaya patriarki dan pandangan tradisional yang menganggap menstruasi sebagai sesuatu yang kotor dan memalukan. Di berbagai budaya, menstruasi dikaitkan dengan tabu agama, tradisi, dan kepercayaan mistis.

Akibatnya, perempuan yang menstruasi sering dikucilkan, dipisahkan dari aktivitas sosial dan keagamaan, dan dipaksa untuk menyembunyikan menstruasi mereka. Perempuan sering kali dilarang untuk berpartisipasi dalam aktivitas tertentu, seperti beribadah, memasak, atau bahkan sekadar berinteraksi dengan orang lain, saat mereka sedang menstruasi.

Ini tidak hanya membatasi kebebasan perempuan, serta menghambat akses mereka terhadap pendidikan dan kesempatan lainnya. Namun juga memberikan pesan yang salah kepada masyarakat bahwa menstruasi adalah sesuatu yang memalukan atau kotor.

Stigma menstruasi dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional perempuan. Rasa malu dan ketidaknyamanan yang terkait dengan menstruasi dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang tidak perlu. Beberapa perempuan bahkan mungkin mengalami depresi atau merasa rendah diri karena stigma yang melekat pada tubuh dan proses alami mereka.

Baca juga: Di Balik Stigma Menstruasi: Pengalaman Perempuan Indonesia

Menantang mitos dan misedukasi

Salah satu langkah penting dalam mengakhiri stigma menstruasi adalah dengan menantang mitos dan misedukasi yang sering menyertainya. Misalnya, banyak orang masih percaya bahwa menstruasi adalah tanda kelemahan atau penyakit, padahal sebenarnya itu adalah bagian alami dari siklus reproduksi perempuan. Melalui edukasi di masyarakat tentang fakta-fakta sains tentang menstruasi, tentunya dapat membantu mengubah persepsi dan sikap negatif.

Tak hanya itu, perlu juga dibangun dukungan dan solidaritas di antara perempuan dan komunitas mereka dalam menghadapi stigma menstruasi. Melalui forum diskusi, kampanye kesadaran, dan inisiatif lainnya, sehingga dapat menciptakan ruang aman di mana perempuan dapat berbagi pengalaman mereka dan merasa didukung oleh sesama mereka. Solidaritas juga memainkan peran penting dalam memperjuangkan perubahan kebijakan dan memastikan bahwa hak-hak perempuan terlindungi.

Serta memberikan pendidikan tentang menstruasi sedari dini dengan mengintegrasikan dalam kurikulum sekolah sebagai bagian dari pendidikan kesehatan seksual yang komprehensif. Memperkenalkan topik ini secara terbuka dan positif sejak usia dini, dapat membantu mengurangi rasa malu dan ketidaknyamanan yang terkait dengan menstruasi, serta membantu menumbuhkan sikap yang lebih positif dan penerimaan universal.

Baca juga: Humor Seksis Bukan Lelucon, Itu Bentuk Kekerasan Verbal

Mendorong akses terhadap produk menstruasi

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh banyak perempuan di seluruh dunia adalah akses terhadap produk menstruasi yang aman dan terjangkau. Banyak perempuan, terutama di negara-negara berkembang, tidak memiliki akses yang memadai ke pembalut, tampon, atau menstruasi cup. Inisiatif yang bertujuan untuk menyediakan produk menstruasi secara gratis atau dengan harga yang terjangkau dapat membantu mengurangi beban finansial yang ditanggung oleh perempuan dan keluarga mereka.

Mengakhiri stigma menstruasi adalah langkah penting dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan kesejahteraan perempuan di seluruh dunia. Mengungkap tabu, membangun dukungan, dan menciptakan ruang bagi perempuan untuk merasa didengar dan dihargai, sehingga dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan empatik.

Melalui pendidikan, solidaritas, dan tindakan nyata, tentunya membantu menjadikan menstruasi sebagai topik yang tidak lagi dipenuhi dengan rasa malu, tetapi sebagai bagian alami dari pengalaman manusia yang harus dirayakan dan dihormati.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Menstruasi

Artikel Lainnya

Jalan Panjang Menuju Jurnalisme Bebas Bias Gender di Indonesia

Mendorong implementasi UU TPKS

Mendorong Implementasi UU TPKS di Bengkulu

Apa Itu Efek Werther

Apa Itu The Werther Effect?

Leave a Comment