Bincangperempuan.com- Perempuan yang dianggap lemah dan jauh dari hutan, telah mengambil peran signifikan dalam upaya restorasi lingkungan dan pemberdayaan ekonomi melalui usaha pembibitan.
Berawal dari tiga Kelompok Pengelola Pembibitan Perempuan (KP3), Nurul Huda Lestari, Mahau Berseri, dan Al Ikhlas Berkah di Desa Sungai Penoban Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat berhasil mengembangkan koperasi Srikandi Lestari Mandiri pada April 2024 yang beranggotakan 70 orang perempuan.
Koperasi di Desa Sungai Penoban bukan sekadar tempat jual beli bibit. Ini adalah ruang bagi perempuan untuk tumbuh dan berkembang. Dulu, mereka mungkin hanya dikenal sebagai ibu rumah tangga. Sekarang, mereka adalah pengusaha tangguh yang membuka peluang pasar baru, mengikuti pelatihan bisnis, dan bahkan berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan.
“Kami dilatih untuk mengelola usaha ini dengan cara yang lebih profesional, agar bisa berkembang lebih jauh,” ungkap Ratnawati, Bendahara Koperasi Srikandi Lestari Mandiri.
Selain pelatihan teknis mengenai pembibitan tanaman, para anggota koperasi juga mendapatkan pelatihan dalam manajemen organisasi dan bisnis. Kegiatan pembibitan ini mendapat dukungan dari pelatihan yang diselenggarakan bagi anggota KP3, termasuk teknik vegetatif, manajemen organisasi, dan pengelolaan bisnis.
Gender Specialist Yayasan Cappa ,Utari Octika Rani mengapresiasi keberhasilan KP3 dalam memberdayakan perempuan di Desa Sungai Penoban.
“Dengan adanya koperasi, mereka dapat lebih mudah menjalin kerja sama dengan pihak luar. Pelatihan ini bertujuan membangun kepercayaan diri perempuan untuk mengelola organisasi dan bisnis secara mandiri,” ujar Utari.
Sejak pembentukan koperasi Srikandi Lestari Mandiri, anggota KP3 di Desa Penoban semakin diberdayakan untuk mengelola usaha pembibitan tanaman dengan cara yang lebih terorganisir. Koperasi ini dibentuk dengan tujuan untuk memperkuat peran perempuan dalam rehabilitasi hutan sosial dan kawasan riparian yang dilaksanakan di wilayah tersebut.Kegiatan ini merupakan dukungan dari GIZ dalam program Fonap.
Baca juga: Misha Atika, Pelestari Padi Kuning dan Tradisi Perempuan Memanen Secara Bergotong-royong
Salah satu hasil yang membanggakan adalah penjualan bibit kopi dan kemiri yang dikelola oleh koperasi ini, yang mendukung restorasi kawasan hutan dan riparian.
“Melalui koperasi ini, kami bisa menjual bibit dengan lebih terorganisir. Ini membuka peluang bagi kami untuk mengembangkan usaha pembibitan lebih jauh,” ujar Mevi Ayati, Ketua Koperasi Srikandi Lestari Mandiri.
Dalam kurun waktu kurang dari setahun, koperasi ini berhasil menjual 11.767 bibit kopi dan kemiri serta 2.943 bibit tanaman buah untuk mendukung upaya restorasi kawasan riparian yang ada di desa mereka.
“Selain manfaat ekonomi yang mungkin kecil, kegiatan ini juga menjadi ajang untuk berkumpul, bekerja bersama, dan menghilangkan kepenatan di rumah,” tambah Ratnawati.
Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga menciptakan solidaritas dan hubungan sosial yang lebih baik antar sesama anggota koperasi.
Kolaborasi dengan Petani Kelapa Sawit Mandiri untuk Restorasi Lingkungan
Salah satu faktor yang mempercepat keberhasilan koperasi ini adalah kolaborasi erat antara kelompok perempuan ini dengan para petani kelapa sawit swadaya yang tergabung dalam FPS-MRM dan APBML.
Kerjasama ini dimulai dengan pembelian bibit tanaman yang dikelola oleh koperasi, yang nantinya akan ditanam di lahan petani sawit dan sepanjang kawasan riparian yang membutuhkan rehabilitasi.
Muhammad Suhaili, Manajer Kelompok FPS-MRM, menyatakan bahwa keberadaan koperasi pembibitan ini sangat membantu mereka. “Kami merasa terbantu dengan adanya pembibitan yang dekat dengan ladang kami. Tidak perlu lagi bepergian jauh untuk membeli bibit dari luar,” ujarnya.
Dengan adanya koperasi lokal yang mampu menyediakan bibit berkualitas, para petani sawit dapat lebih mudah memperoleh bibit untuk ditanam di lahan mereka, mendukung upaya restorasi lingkungan secara lebih efisien.
Kolaborasi ini juga semakin memperkuat keberadaan koperasi perempuan di Desa Penoban. Dengan adanya kontrak yang disepakati antara koperasi dan petani sawit, diharapkan koperasi ini akan terus berkembang dan menarik minat dari lebih banyak pihak. Kerja sama ini juga memberikan peluang bagi koperasi untuk memperluas jaringan bisnisnya dan semakin menguatkan pemberdayaan perempuan di desa tersebut.
Salah satu pencapaian penting dari koperasi Srikandi Lestari Mandiri adalah kemampuan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang signifikan dari penjualan bibit tanaman. Dalam waktu kurang dari setahun, koperasi ini berhasil meraih pendapatan hingga 80 juta rupiah dari penjualan bibit.
“Usaha pembibitan kami akan terus dikembangkan. Di masa depan, kami juga berencana untuk menerapkan program tabungan dan pinjaman dalam koperasi ini. Selain itu, kami juga ingin fokus pada pembuatan kerajinan tangan dan makanan tradisional,” kata Mevi Ayati, Ketua Koperasi Srikandi Lestari Mandiri.
Rencana ini menunjukkan bahwa koperasi ini berupaya untuk tidak hanya membangun ekonomi hijau, tetapi juga mendorong kemandirian sosial melalui berbagai program yang mendukung keberlanjutan ekonomi dan sosial anggota koperasi.
Koperasi Srikandi Lestari Mandiri juga menghadapi tantangan dalam meningkatkan kapasitas manajerial anggotanya untuk mengelola usaha. Namun, dengan dukungan pelatihan dan pertemuan rutin, anggota koperasi terus belajar dan memperbaiki keterampilan mereka dalam menjalankan bisnis dan organisasi.
Mereka berencana mengembangkan usaha mereka ke depan.
“Kami ingin memperkenalkan produk kerajinan tangan dan makanan tradisional sebagai bagian dari pengembangan ekonomi berkelanjutan,” kata Mevi Ayati.
Lewat strategi ini, koperasi diharapkan bisa bersaing lebih baik di pasar yang lebih luas dan membuka lebih banyak peluang ekonomi bagi perempuan di Desa Penoban.