Home » News » International Women’s Day: Bukan Sekadar Perayaan, tetapi Perlawanan

International Women’s Day: Bukan Sekadar Perayaan, tetapi Perlawanan

Ais Fahira

News

International Women’s Day Bukan Sekadar Perayaan, tetapi Perlawanan

Bincangperempuan.com- B’Pers, pernahkah kamu berpikir mengapa setiap tanggal 8 Maret diperingati sebagai International Women’s Day (IWD)? Hari ini bukan sekadar selebrasi atau banjir ucapan manis di media sosial. Di baliknya, ada sejarah panjang perjuangan perempuan dalam menuntut kesetaraan hak. Dari demonstrasi di jalan hingga pengakuan global, IWD lahir sebagai simbol perlawanan. Namun, mengapa tanggal ini yang dipilih? Apa sebenarnya makna dan semangat yang terus diperjuangkan hingga hari ini?

Jejak Perlawanan: Sejarah IWD

Melansir dari Britannica, peringatan Hari Perempuan Sedunia bermula dari gelombang perjuangan hak perempuan di awal abad ke-20, khususnya dalam memperjuangkan hak suara (suffrage) dalam politik. Pada tahun 1909, Socialist Party of America menginisiasi National Women’s Day, yang ditandai dengan berbagai aksi massa di seluruh Amerika Serikat. Perayaan ini berlangsung hingga tahun 1913.

Dari Amerika, semangat ini kemudian meluas ke Eropa. Pada tahun 1910, aktivis Jerman Clara Zetkin mengusulkan agar gerakan ini menjadi agenda global dalam International Socialist Congress. Hasilnya, pada 19 Maret 1911, peringatan pertama International Women’s Day diadakan di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss. Lebih dari satu juta orang turun ke jalan untuk menuntut hak kerja yang layak, kesempatan yang setara, dan penghapusan diskriminasi gender.

Namun, momen paling bersejarah terjadi di Rusia pada 8 Maret 1917 (23 Februari dalam kalender lama Rusia). Para perempuan di Petrograd (sekarang St. Petersburg) melakukan mogok massal sebagai protes terhadap krisis pangan, buruknya kondisi hidup, dan dampak Perang Dunia I. Aksi ini menjadi pemicu Revolusi Rusia 1917, yang akhirnya menggulingkan Tsar Nicholas II.

Karena dampak besar gerakan ini, akhirnya pada tahun 1921, 8 Maret resmi ditetapkan sebagai tanggal tetap untuk peringatan International Women’s Day. Sejak saat itu, peringatan ini semakin berkembang dan diakui oleh berbagai negara.

Baca juga: Ketua AJI Bengkulu: Perempuan Masih Menjadi Sasaran KBGO

Apa yang Diperjuangkan?

Selama lebih dari satu abad, International Women’s Day terus menjadi pengingat bahwa perjuangan perempuan belum selesai. Kita mungkin sudah melihat kemajuan besar—perempuan kini lebih banyak terlibat di ruang publik, pendidikan semakin terbuka bagi mereka, dan berbagai kebijakan kesetaraan mulai diterapkan.

Namun, kenyataan masih jauh dari ideal. Upah perempuan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki, menurut data Berdasarkan Global Gender Gap Report 2023 yang dirilis oleh World Economic Forum, tingkat partisipasi perempuan di angkatan kerja global masih jauh tertinggal dibandingkan laki-laki.

Pada 2023, tingkat partisipasi perempuan hanya mencapai 64%, meningkat sedikit dari tahun sebelumnya, tetapi masih menjadi yang terendah kedua sejak 2006. Selain itu, perempuan cenderung lebih sering terlibat dalam pekerjaan informal dan sektor dengan upah rendah. Mereka juga menghadapi hambatan dalam mengakses posisi kepemimpinan dan kesempatan pengembangan keterampilan, yang membatasi peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan remunerasi lebih tinggi.

Diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan juga masih terus terjadi. Kebijakan yang belum ramah gender menjadi pertanda bahwa perwakilan perempuan dalam ranah pembuat kebijakan dan politik masih minim. Isu kekerasan berbasis gender juga masih menjadi momok di banyak negara. Dan di berbagai belahan dunia, akses perempuan terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan ruang aman masih jauh dari setara dengan laki-laki.

Oleh karena itu IWD bukan hanya tentang merayakan pencapaian perempuan, tetapi juga tentang menyuarakan isu-isu yang masih menghambat kesetaraan.

Baca juga: Asam Manis, Jadi Jurnalis Perempuan di Bengkulu

Hari Perempuan Sedunia Saat Ini: 2025 dan Masa Depan

Kini, International Women’s Day telah berkembang menjadi momen global yang dirayakan dengan berbagai cara. Di banyak negara seperti Afghanistan, Rusia, Vietnam, Tiongkok (khusus perempuan), dan Zambia, IWD bahkan dijadikan hari libur nasional.

Kini, Hari Perempuan Sedunia atau International Women’s Day telah berkembang menjadi perayaan global yang dirayakan dengan berbagai cara. Di banyak negara seperti Afghanistan, Rusia, Vietnam, Tiongkok (khusus perempuan), dan Zambia, IWD bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional. Tradisi perayaannya pun beragam. Ada yang menggunakannya sebagai ajang protes politik, ada yang merayakannya melalui konferensi bisnis, dan ada pula yang memperingatinya dengan memberikan bunga dan hadiah kepada perempuan di sekitar mereka. Di beberapa tempat, IWD bahkan dianggap sebagai versi internasional Hari Ibu, di mana anak-anak memberikan hadiah kepada ibu dan nenek mereka.

Namun, meskipun perayaan ini semakin meluas, kesetaraan gender masih jauh dari kata tercapai.

Apa Fokus Kampanye IWD 2025?

Kampanye IWD 2025 menyoroti pentingnya “Mempercepat Aksi” (Accelerate Action) untuk mendorong kesetaraan gender secara lebih cepat dan nyata.

Menurut data World Economic Forum, dengan laju kemajuan saat ini, dunia baru akan mencapai kesetaraan gender sepenuhnya pada tahun 2158—sekitar lima generasi dari sekarang. Artinya, tanpa langkah konkret yang lebih cepat dan efektif, perjuangan ini akan berlangsung lebih dari satu abad lagi.

Karena itu, kampanye Akselerasi Aksi menekankan pentingnya langkah-langkah yang lebih cepat, tegas, dan strategis dalam mengatasi hambatan sistemik serta bias yang masih dihadapi perempuan, baik di ranah pribadi maupun profesional. Hal ini mencakup kebijakan yang lebih progresif, perubahan budaya kerja yang lebih inklusif, serta penghapusan diskriminasi dan kekerasan berbasis gender.

Bagaimana Merayakan IWD?

Tradisi perayaannya pun beragam—ada yang menjadikannya sebagai ajang protes politik, ada yang merayakannya dengan konferensi bisnis, dan ada pula yang memperingatinya dengan menghormati perempuan di sekitar mereka melalui bunga dan hadiah. Di beberapa tempat, IWD bahkan dianggap sebagai versi internasional Hari Ibu, di mana anak-anak memberikan hadiah kepada ibu dan nenek mereka.

Selain itu, perusahaan dan media besar juga turut mengambil bagian. Setiap tahun, Google merilis Google Doodle bertema IWD dan mengangkat perempuan-perempuan inspiratif dari berbagai latar belakang. Kampanye digital pun semakin banyak digalakkan untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender.

Tapi, perayaan ini tak boleh berhenti hanya pada simbolisme atau seremonial semata. Kita perlu mempertanyakan: apa yang bisa kita lakukan untuk memastikan masa depan perempuan lebih cerah, aman, dan setara?

Berpikir Global, Bertindak Lokal

Perjuangan ini tidak berhenti di satu hari saja. Kita semua punya peran dalam perubahan, sekecil apa pun itu. Menantang stereotip, membela hak-hak perempuan, mendukung satu sama lain, atau sekadar terus menyuarakan isu ini adalah bagian dari gerakan yang lebih besar.

Karena International Women’s Day bukan sekadar perayaan, tetapi ajakan untuk terus bergerak. Jadi, B-pers, mari lebih peka dan aktif menyuarakan isu perempuan agar perubahan itu benar-benar terjadi.

Selamat Hari Perempuan Sedunia!

Referensi:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Kekerasan dalam Pacaran Fenomena yang Terus Diabaikan (1)

Kekerasan dalam Pacaran: Fenomena yang Terus Diabaikan

Perempuan dalam Lingkaran Hustle Culture

Perempuan dalam Lingkaran Hustle Culture

Stop Baper dan Membandingkan Diri dengan Orang Lain!

Stop Baper dan Membandingkan Diri dengan Orang Lain!

Leave a Comment