Home » News » Stop Pelecehan Di Ruang Private dan Publik

Stop Pelecehan Di Ruang Private dan Publik

Retno Wahyuningtyas

News

Bincangperempuan.comBPer’s, baru-baru ini viral sebuah video yang memperlihatkan penari Bumbung Bali mendapatkan pelecehan seksual saat sedang tampil di suatu acara. Seorang perempuan muda, penari Bumbung Bali menjadi korban pelecehan oleh seorang penonton laki-laki berusia kisaran 40-50 tahun. Pasti nanti ada aja yang nyinyir, wah itu karena pelakunya berusia tua, kalau pelakunya anak muda pastilah respon penari akan beda. Jangan ya gaes ya, berpikir seperti itu, dapat terkategori bahwa sudut pandangmu patriarkis karena cenderung membenarkan tindakan pelaku, sama jahatnya, fokuslah pada apa yang dialami korban.

Dalam video yang beredar di TikTok melalui akun @elisabrngf4 pada hari Rabu (25/9/2024), nampak rekaman video penari tersebut tiba-tiba dicium penonton laki-laki dari belakang. Pada video lainnya, penari tersebut juga dilecehkan oleh penonton pria berbeda. Penonton tersebut memberikan uang Rp100.000,- dengan mulutnya, berharap si penari menerima dengan mulut juga. Sang penari awalnya ingin mengambil uang menggunakan tangan, namun penonton laki-laki tersebut, bertindak agresif mendekati dan sang penari memberikan jari telunjuknya mengisyaratkan tidak boleh. Tindakan pelecehan itu terjadi pada sebuah acara tigang sasih atau peringatan tiga bulanan bayi dalam adat Bali. Video yang merekam tindakan pelecehan tersebut beredar dan viral di media sosial. Sontak ekspresi penari yang awalnya ceria, berubah menjadi marah sembari memegang pipinya. Dia lanjut menari dengan ekspresi diam, melotot, dan marah.

Pada video lainnya, penari tersebut juga dilecehkan oleh penonton pria berbeda. Penonton tersebut memberikan uang Rp 100 ribu dengan mulutnya, berharap si penari menerima dengan mulut juga. Sang penari awalnya ingin mengambil uang menggunakan tangan, namun penonton laki-laki tersebut, bertindak agresif mendekati dan sang penari memberikan jari telunjuknya mengisyaratkan tidak boleh. Bahkan salah satu pemusik laki-laki harus memperingatkan bahwa tindakan yang dilakukan pelaku tersebut “jangan ya pak, bukan muhrim (pasangannya)”. Lantas penonton laki-laki yang sudah mengenakan selendang tersebut, langsung meninggalkan penari dengan ekspresi kecewa dan mengembalikan selendang.

Aksi tidak senonoh dua penonton laki-laki itu menuai respon sorak sorai penonton di lokasi acara, namun dengan perubahan ekspresi penari dari ekspresi ramah menjadi marah maka dapat disimpulkan bahwa tindakan penonton tersebut adalah tindakan pelecehan yang membuat tidak nyaman dan tidak dikehendaki oleh penari. Sementara itu, dari netizen media sosial memberikan komentar yang mengecam keras terhadap tindakan pelecehan tersebut dan bersimpati kepada apa yang dialami si penari Bumbung Bali.

Netizen mendukung penghormatan terhadap harkat dan martabat penari sebagai seorang perempuan. Kepala Dinas Kebudayaan Bali I Gede Arya Sugiartha merespons video viral tersebut. Arya mengatakan saat ini beredar stigma bahwa penari Bumbung itu identik dengan hal-hal erotis dan negatif. Padahal, stigma ini harus diubah dan disadari bersama. “Pengibing (penonton) akhirnya memiliki stigma negatif terhadap semua penari joget dikira penari erotis atau negatif. Ini yang sudah kami luruskan kepada masyarakat, meskipun susahnya bukan main. Sekarang jadi begitu image penari joget. Akibat nila setitik oleh penari jaruh yang baik-baik juga dikira sama,”.

Berdasarkan pernyataan tersebut, Bincang Perempuan mengamati bahwa realitanya selain sebagai hiburan budaya lokal, tarian Bumbung dekat dengan stigma negatif masyarakat mengenai pertunjukan tarian tersebut. Dalam penampilannya, penari Bumbung Bali menggunakan dresscode kebaya yang cantik dan anggup, namun dalam sudut pandang patriarki dan agama, pandangan tersebut akan dianggap terlalu “terbuka” (seksi) dan “mendorong” laki-laki untuk menggoda. Belum lagi, gerakan pertunjukkan tarian gemulai dan lincah, bila salah menilai maka stigma negatif akan mengistilahkan tarian ini dengan istilah erotis.

Bincang Perempuan sangat mengapresiasi respon masyarakat mengenai video tersebut, menunjukkan bahwa saat ini masyarakat telah menyadari tentang bentuk pelecehan seksual.

Sebab bila tidak, maka kita akan sama-sama menjadi penjahat seperti pelaku yang menormalisasi terjadinya tindakan pelecehan seksual di ruang publik. Sudah saatnya, kita sama-sama menolak tegas segala bentuk kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi di ruang privat maupun publik. LAWAN !!! STOP MEMBERIKAN STIGMA NEGATIF & MENORMALISASI PELECEHAN SEKSUAL APAPUN BENTUKNYA KEPADA PENARI BUMBUNG BALI!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Jalan Panjang Menuju Jurnalisme Bebas Bias Gender di Indonesia

Memilih dan Mencuci Bra dengan Benar

Memilih dan Mencuci Bra dengan Benar

Ekofeminisme

Perempuan dan Pelestarian Lingkungan 

Leave a Comment