Home » News » Waspada Kekerasan Seksual dalam Konteks Mencari Kerja

Waspada Kekerasan Seksual dalam Konteks Mencari Kerja

Yuni Camelia Putri

News

Bincangperempuan.com- Jagat media dikejutkan dengan pengakuan seorang pengguna platform yang biasa digunakan untuk mencari kerja, LinkedIn. Dalam postingannya, korban membagikan tangkapan layar percakapannya dengan oknum yang mengaku berprofesi sebagai Human Resources (HR) berinisial RC, diduga telah melakukan pelecehan verbal kepadanya.

Hal ini dibuktikan melalui tangkapan layar percakapan WhatsApp yang diunggah oleh korban di akun korban, dimana RC mengeluarkan kata-kata mengarah kepada tindak pelecehan verbal.  

Bu jd mau coba ikut seleksi nya kah? Bu kn jg cantik td saya liat. Klo ukuran d**a bu brp ya? Krn yg sblmnya, kecil2 sih bu,” ujar pelaku kepada korban.

Tak berhenti disitu, pelaku melanjutkan aksinya dengan melontarkan beberapa alasan yang mengarah ke informasi sensitif. Menurut pelaku, ia diminta oleh bosnya untuk mencari sekretaris dengan kriteria yang menggoda pria.

Krn sulit jg cari yang sama bu. Cuma kriteria s**y ini agak sulit cari nya bu. Sblmnya Ada bbrp saya ajukan. Bpk itu gk cocok, saya yg kena marah bu,” tambah pelaku.

Melihat hal ini, korban menolaknya secara halus. Akan tetapi, pelaku terus mendesak korban. Alih-alih menghentikan aksinya, pelaku justru meminta korban untuk mengirimkan foto vulgarnya sebagai penilaian.

“Sekretaris yg lama kn sangat s**y bu. Kl bisa sama atau lebih. Maaf tanya nya agak sensitive ya, itu d**a bu gede asli? Info aja bu, sekretaris yg lama gede bu,” ucap pelaku.

Klo saya liat foto bu pake bra aja boleh gk? Kandidat yg 1 lg jg saya minta, biar bisa saya nilai dan bandingkan,” tambahnya.

Menanggapi permintaan pelaku, korban kembali menolak untuk melanjutkan seleksi di lowongan pekerjaan tersebut. Ironinya, pelaku justru mengancam akan memblacklist korban dari seluruh lowongan pekerjaan.

Baca juga: Humor Seksis Bukan Lelucon, Itu Bentuk Kekerasan Verbal

Ada korban lain

Selain D, korban lainnya yang ikut bersuara adalah M. Modus sama dilakukan pelaku kepada M dengan menawarkan lowongan pekerjaan sebagai sekretaris di perusahaan pertambangan. Dalam menjalankan modusnya, pelaku menanyakan beberapa informasi yang mengarah kepada hal sensitif.

“Usia bu skrng brp? Tp sebagai informasi aja bu. Direktur minta carikan sekretaris yang pintar, cantik dan s**y, sama dengan sebelumnya,” kata pelaku.

“Klo berpakaian s**y bu, di kantor sprit apa?”

“Katanya, maaf bu,, d**a nya yang gmn gtu”

Untuk menutupi aksi bejatnya, pelaku mencoba untuk menyakinkan korban jika persyaratan tersebut adalah permintaan dari bosnya.

“Lagian direktur nya juga genit bu, makanya sekretaris lama resign,” ungkap pelaku.

Tu lah bu, aneh2 aja dy” tambahnya.

Aksi bejat pelaku menuai berbagai komentar oleh pengguna LinkedIn dan media sosialnya. Melalui akun LinkedInnya, pelaku melakukan klarifikasi bahwa akun LinkedIn dan WhatsAppnya telah diretas.

Klarifikasi Akun Li dan WA Kena Hack. Sebelumnya akun Li saya yg satu lagi sudah lama tidak saya gunakan karna di hack oleh orang yg tidak bertanggung jawab. Setelah Akun Li saya di hack dan WA saya pun di ambil alih oleh orang yg tidak bertanggung jawab,” tulisnya dalam akun LindkedIn pribadinya. Jadi jika ada menerima DM dari Akun Li saya yg satu lagi itu bukan saya. Dan untuk WA saya udh saya bisa ambil alih kembali. Karna Akun Li saya yg saya gunakan hanya yg ini saja. Mungkin Ada oknum yg ingin menjatuhkan nama saya di Linkedin. Demikian yg bisa saya sampaikan. Terima kasih,” sambungnya.

Namun, klarifikasi ini berhasil dibantah oleh beberapa pengguna LinkedIn lainnya.

“Klarifikasi akun kedua kena hack, apakah akun utama juga? Saya sempat scroll semua akun kedua ybs, ternyata pernah posting lowongan yang sama 1 th sebelumnya,” tulis F***I W***n D**I sekaligus melampirkan hasil tangkapan layar percakapannya dengan pelaku.

“Itu memang saya bu, saya di suruh direktur carikan sekretaris, tp menggunakan linkedin saya 1 lg bu. Dan saya jg di bayar bu. Permintaan sekretaris jg sulit saya pahami, jd di akun 1 lg saya share bu” kata pelaku.

Baca juga: Berdaya Bersama Komunitas Single Moms Indonesia

Kritis dan berani untuk speak up

Founder Perempuan Tanpa Stigma, Poppy R. Dihardjo merespon kasus yang menimpa korban sebagai bagian dari kekerasan elektronik. Menurutnya ini bukan hal baru. Banyak kasus kekerasan elektronik serupa yang sebelumnya terjadi, namun tidak terungkap.

“Hanya saja, kali ini korban berani untuk speak up, ” kata Poppy.

Poppy mengatakan, jika ditelusuri lebih lanjut, RC bukan seorang HR dan tidak memiliki latar belakang seorang HRD tetapi menjual jasa review CV. RC ini membangun personal brandingnya sebagai coach karir dan menjalin koneksi di LinkedIn dengan orang-orang berpengaruh.

“Jadi orang-orang di LinkedIn ini percaya terhadap personal brandingnya tanpa mencari tahu lagi latar belakangnya terduga pelaku,” tambahnya.

Terkait pernyataan pelaku tentang akun LinkedIn dan WhatsApp yang diretas, Poppy menegaskan bahwa pernyataan ini harus disertakan bukti yang kredibel di mata hukum. Dalam kasus ini, ia menemukan pola komunikasi yang sama dilakukan oleh terduga pelaku sejak 2022 hingga 2024 sehingga sangat tidak mungkin akunnya diretas terus menerus. 

“Terduga pelaku ini menyatakan bahwa akunnya diretas ya? Pernyataan ini harus disertakan dengan bukti yang kredibel. Yang aku perhatikan justru pola komunikasinya terhadap beberapa korban sejak 2022 sampai 2024 itu mirip. Jadi nggak mungkin kalau akunnya diretas setiap hari, kan?” ungkap Poppy.

Kasus kekerasan elektronik yang dilakukan oleh RC menunjukkan relasi kuasa yang kuat. Dimana pelaku sebagai rekruiter merasa memiliki kuasa untuk meminta apa saja dari orang-orang yang sedang aktif mencari kerja. 

“Aku melihat ada relasi kuasa yang nyata di kasus ini. Terduga pelaku ini merasa punya kuasa untuk minta apa saja kepada orang-orang yang sedang aktif cari kerja, terutama perempuan. Bayangkan saja jika ada yang terdesak butuh penghasilan tetapi sulit mendapatkan pekerjaan, bisa saja mereka mengiyakan permintaan aneh dari pelaku ini,” kata Poppy. 

Untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan, Poppy menyarankan seluruh pencari kerja untuk lebih kritis, menyadari haknya, dan meminta bantuan kepada pihak yang terkait. 

“Saran dari saya untuk seluruh pencari kerja terutama freshgraduate, laki-laki atau perempuan untuk memiliki pemikiran kritis ketika melihat lowongan pekerjaan. Penting untuk mencari tahu latar belakang pemberi kerja, perusahaan, dan hal terkait di dalamnya. Jangan langsung percaya dengan personal branding yang ditampilkan oleh seseorang,” ungkap Poppy.

“Selanjutnya, setiap pencari kerja ataupun pekerja harus menyadari haknya. Setiap orang memiliki hak dan perlindungan yang diatur dalam undang-undang dan peraturan pemerintah lainnya. Salah satunya dalam peraturan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 88 Tahun 2023 tentang Pedoman Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat Kerja. Terakhir, jika kamu seorang korban, mintalah bantuan ke saya, lembaga perlindungan korban kekerasan terdekat, atau pihak-pihak terkait lainnya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

gerakan perempuan, kekerasan seksual, kekerasan verbal, Poppy R Diharjo

Artikel Lainnya

Kecam Aksi Represif terhadap Suara Perempuan

Perempuan Papua Merawat tradisi memakan pinang

Perempuan Papua Merawat Tradisi Memakan Pinang

Buka Akses Informasi Antisipasi Dampak Covid 19 Bagi Perempuan di 10 Desa Penyangga Situs Warisan Dunia

Leave a Comment