Home » Tokoh » Leksi Oktavia, Fokus Memperkuat Penyadaran Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Leksi Oktavia, Fokus Memperkuat Penyadaran Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Bincang Perempuan

Tokoh

Bincangperempuan.com- Tampuk kepemimpinan di Cahaya Perempuan Women’s Crisis Center (WCC) Bengkulu resmi bergulir. Leksi Oktavia, terpilih menjadi Direktur CP WCC selama empat tahun ke depan, periode 2023-2027. Gebrakan apa saja yang akan dilakukan Leksi, simak wawancaranya bersama Bincang Perempuan.

BP : Apa yang menjadi fokus agenda CP WCC selama empat tahun ke depan?

Leksi : Sesuai dengan misi organisasi, yakni berfokus pada membantu perempuan dan anak korban tindak kekerasan berbasis gender melalui penyediaan layanan yang berpihak pada hak-hak korban, seperti pengaduan online, konsultasi, dan penanganan kasus. Maka ke depan WCC akan lebih menggiatkan penyadaran ke semua kalangan tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan itu adalah tugas kita bersama.

BP : Bagaimana kakak melihat isu kekerasan terhadap perempuan di Bengkulu selama ini?

Leksi : Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan itu bisa terjadi pada siapa saja,kapan saja,dan dimana saja. Kurangnya pendidikan dan kesadaran mengenai hak-hak perempuan serta dampak negatif dari kekerasan gender dapat membuat perempuan lebih rentan terhadap tindakan kekerasan. Masyarakat yang kurang mendukung pemahaman tentang pentingnya menghormati hak-hak perempuan cenderung kurang aktif dalam mencegah dan melawan kekerasan tersebut.

Maka dari itu penyedaran dan edukasi menjadi penting. Termasuk memberikan suara pada para korban. Banyak perempuan dan anak korban kekerasan berbasis gender seringkali merasa tidak memiliki kekuatan untuk berbicara tentang pengalaman mereka. WCC akan bekerja keras untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana korban merasa didengar, dipahami, dan dihormati.

Baca juga: CP WCC, 23 Tahun Berkiprah untuk Perempuan Korban Kekerasan

BP : Apa yang menjadi problem dasar sehingga kekerasan terhadap perempuan masih terus terjadi?

Leksi : Kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah yang sangat serius dan kompleks yang terus terjadi di seluruh dunia. Beberapa problem dasar yang menjadi akar dari kekerasan terhadap perempuan meliputi diantaranya :

  • Budaya patriarki, salah satu faktor utama yang menyebabkan kekerasan terhadap perempuan adalah budaya patriarki yang masih dominan di banyak masyarakat. Dalam budaya ini, perempuan sering dianggap sebagai objek yang harus dikuasai oleh laki-laki. Hal ini menciptakan ketidaksetaraan gender dan memungkinkan kekerasan terhadap perempuan menjadi lebih mudah diterima.
  • Ketidaksetaraan gender, ketidaksetaraan gender yang masih ada dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, politik, dan sosial, dapat memberikan kesempatan bagi pelaku kekerasan untuk mengeksploitasi kelemahan perempuan. Ketidaksetaraan ini juga bisa menghalangi perempuan untuk melaporkan kekerasan yang mereka alami karena takut akan stigmatisasi atau hukuman lebih lanjut.
  • Norma dan stereotip budaya yang merendahkan perempuan atau menganggap mereka lemah dapat memicu tindakan kekerasan. Budaya yang mengajarkan bahwa laki-laki harus memiliki kontrol atas perempuan atau bahwa perempuan seharusnya patuh dan pasif dapat memberikan pembenaran bagi pelaku kekerasan.
  • Ketidakefektifan hukum dan penegakan hukum. Di banyak negara, hukum dan sistem penegakan hukum mungkin tidak cukup efektif dalam menangani kasus kekerasan terhadap perempuan. Pelaku seringkali tidak dihukum secara tegas, atau proses hukum dapat panjang dan melelahkan bagi korban, yang dapat menghambat upaya pencegahan dan penanganan.
  • Ketidaktahuan atau mitos tentang kekerasan. Ada ketidaktahuan dan mitos tentang kekerasan terhadap perempuan yang dapat mengaburkan pemahaman masyarakat tentang masalah ini. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa kekerasan hanya terjadi dalam hubungan asmara yang konflik atau bahwa perempuan sendiri menyebabkan kekerasan tersebut.
  • Kemandirian ekonomi. Ketidakmandirian ekonomi perempuan juga dapat membuat mereka lebih rentan terhadap kekerasan. Ketergantungan finansial pada pelaku kekerasan dapat membuat perempuan kesulitan untuk melarikan diri dari situasi yang berbahaya.
  • Ketidaktahuan korban tentang hak-hak mereka. Beberapa korban mungkin tidak tahu bahwa mereka memiliki hak untuk melindungi diri dari kekerasan atau untuk melaporkan pelaku ke polisi. Hal ini dapat membatasi upaya korban dalam mencari bantuan atau melarikan diri dari situasi kekerasan.

Untuk mengatasi masalah dasar ini, diperlukan upaya serius dan berkelanjutan, termasuk pendidikan yang lebih baik tentang hak-hak perempuan, perubahan budaya yang menghormati kesetaraan gender, penguatan sistem hukum dan penegakan hukum, serta dukungan yang lebih besar bagi perempuan untuk menjadi mandiri secara ekonomi. Hanya dengan mengatasi akar masalah ini kita dapat berharap untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan.

Baca juga: Mengungkap Kekerasan Seksual: Definisi, Jenis, dan Contohnya

BP : Upaya apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah kekerasan terhadap perempuan di Bengkulu?

Leksi : Lebih mengintenskan koordonasi dengan pemerintah serta memberikan penyadaran kepada masyarakat

BP : Tips apa yang bisa dibagikan untuk publik jika melihat ada perempuan yang menjadi korban kekerasan di ruang publik (tetangga atau keluarga misalnya)

Leksi : Harus berani bertindak bisa dengan memberikan pemahaman kepada pelaku, bahkan sampai melaporkan kepada pihak terkait atau yang berwenang di wilayah tersebut.

Saat ini Cahaya Perempuan WCC Bengkulu menawarkan sejumlah layanan yang krusial bagi korban kekerasan berbasis gender. Mulai dari pengaduan online, memberikan kesempatan kepada korban untuk berbicara tentang pengalaman mereka tanpa harus mengungkapkan identitas. Serta layanan konsultasi sebagai langkah awal membantu korban untuk mengidentifikasi opsi-opsi yang tersedia dan mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. Selain itu, CP WCC juga akan memastikan bahwa setiap kasus diberikan perhatian yang layak dan bahwa korban mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan, mulai dari perlindungan fisik hingga dukungan psikologis. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Dr. Titiek Kartika Hendrastiti, Membangun Ilmu Pengetahuan dari Sudut Pandang Perempuan

Alice Munro

Alice Munro, Peraih Nobel Sastra dan Kontroversinya

Perempuan Bengkulu Menjaga Hutan

Purwani, Perempuan Pelestari Hutan Larangan di Bengkulu

Leave a Comment