Home » News » Hoarding Disorder, Gejala dan Penyebabnya

Hoarding Disorder, Gejala dan Penyebabnya

Bincang Perempuan

News

Hoarding Disorder

Bincangperempuan.com- BPer’s tentunya tahu jagat maya dalam beberapa hari terakhir kembali dihebohkan dengan beredar video singkat, seorang pemilik kos menggerebek kamar penghuni kos yang dipenuhi sampah dan benda yang berserakan dimana-mana.

Ini bukan pertama kali. Sebelumnya, di akhir tahun 2023 lalu juga beredar video dengan kisah serupa. Penghuni kos, merupakan perempuan yang diduga mengalami hoarding disorder, atau gangguan menimbun barang-barang.  

Netizen pun beramai-ramai memberi komentar dan menyarankan untuk berobat ke rumah sakit atau menemui psikolog.

Lantas, apa itu hoarding disorder?

Dilansir dari Mayo Clinic, hoarding disorder  atau gangguan menimbun barang-barang adalah kondisi dimana penderita mengalami kesulitan berkelanjutan dalam membuang atau melepaskan barang-barang karena memiliki keyakinan perlu menyimpannya.  

Penderita hoarding disorder  mengalami tekanan saat memikirkan apakah perlu membuang barang-barang tersebut. Sehingga secara bertahap menyimpan atau mengumpulkan semua barang-barang yang ada hingga jumlahnya menumpuk tanpa memperhatikan nilai dari barang-barang tersebut. Akibatnya, tempat tinggal atau kamar dari penderita hoarding disorder  menjadi sangat sempit,karena penuh dengan tumpukan barang yang tidak terpakai. Meja dapur, wastafel, kompor, meja, tangga, dan semua permukaan lainnya biasanya dipenuhi barang.

Hoarding disorder  bisa ringan hingga berat. Dalam beberapa kasus, penimbunan barang mungkin tidak berdampak banyak pada hidup penderita, namun dalam kasus lain, penimbunan barang berdampak serius pada aktivitas harian penderita, termasuk lingkungan di sekitar tempat tinggal.

Orang dengan gangguan menimbun barang mungkin tidak melihatnya sebagai masalah, jadi mengajak mereka untuk ikut serta dalam perawatan bisa jadi sulit. Namun, perawatan intensif dapat membantu penderita memahami bagaimana keyakinan dan perilaku penderita dapat diubah sehingga dapat menjalani kehidupan yang lebih aman dan menyenangkan.

Baca juga: Alice Munro, Peraih Nobel Sastra dan Kontroversinya

Apa saja gejala hoarding disorder  

Gejala awal gangguan menimbun barang sering kali muncul pada masa remaja hingga awal dewasa. Ada beberapa faktor risiko dari hoarding disorder .  Seperti persoalan kepribadian, dimana penderita hoarding disorder  memiliki gaya perilaku yang meliputi kesulitan dalam membuat keputusan dan masalah dalam hal perhatian, pengaturan, dan pemecahan masalah.

Kemudian, pengaruh riwayat keluarga. Ada hubungan kuat antara memiliki anggota keluarga yang memiliki gangguan hoarding disorder  dan mengalami gangguan tersebut. Hoarding disorder  juga dapat ditimbulkan akibat adanya peristiwa kehidupan yang menegangkan. Beberapa orang mengalami hoarding disorder   setelah mengalami peristiwa kehidupan yang menegangkan dan sulit mereka atasi, seperti kematian orang yang dicintai, perceraian, atau kehilangan harta benda dalam kebakaran.

Kesenangan menimbun barang ini terus berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu dan cenderung menjadi perilaku pribadi.  Barang biasanya disimpan karena meyakini barang-barang ini unik atau akan membutuhkannya di masa mendatang.  Merasa terhubung secara emosional dengan barang-barang yang mengingatkan pada masa-masa bahagia atau mewakili orang atau hewan peliharaan tercinta. Serta merasa aman dan nyaman saat dikelilingi oleh sesuatu dan tidak ingin menyia-nyiakan apa pun.

Gejala gangguan menimbun barang dapat meliputi:

  • Mendapatkan dan menyimpan terlalu banyak barang yang mungkin tidak dibutuhkan saat ini dan tidak memiliki ruang untuk itu.
  • Kesulitan berkelanjutan dalam membuang atau berpisah dengan barang-barang yang dimiliki, terlepas dari nilai sebenarnya.
  • Merasa perlu menyimpan barang-barang ini dan kesal karena harus membuangnya.
  • Menumpuk barang dalam jumlah yang banyak sampai-sampai tidak dapat menggunakan ruangan.
  • Berusaha menjadi sempurna dan menghindari atau menunda keputusan.
  • Masalah dengan perencanaan dan pengorganisasian.

Baca juga: Mela Lapor: Aplikasi Pelaporan Kasus KBGO

Kapan harus ke dokter?

Jika BPer’s atau melihat ada orang yang mulai merasakan memiliki gejala gangguan menimbun barang, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan atau penyedia layanan kesehatan mental yang memiliki keahlian dalam mendiagnosis dan menangani gangguan menimbun barang sesegera mungkin.  Meskipun sulit, namun hoarding disorder   dapat mengancam kesehatan atau keselamatan.

Benarkah perempuan paling banyak menderita hoarding disorder  

Masyarakat cenderung lebih memperhatikan dan mengkritik kebiasaan penimbunan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini menyebabkan lebih banyak kasus penimbunan pada perempuan yang teridentifikasi dan dilaporkan. Akibatnya, perempuan sering kali lebih banyak diklaim sebagai penderita hoarding disorder .

Padahal hoarding disorder  bisa terjadi dengan siapa saja, terlepas dari jenis kelamin. Faktor-faktor seperti genetika, lingkungan, dan pengalaman hidup individual semuanya berperan dalam perkembangan gangguan ini.  Hal ini terjadi akibat  faktor sosial, budaya, dan psikologis kerap menempatkan klaim perempuan sebagai penderita hoarding disorder  paling banyak.  

Salah satunya karena peran gender tradisional. Dimana, kultur patriaki menempatkan perempuan sebagai pengurus rumah tangga. Hal ini dapat membuat mereka lebih cenderung mengumpulkan barang-barang yang dianggap penting atau berguna untuk rumah tangga, bahkan jika barang-barang tersebut sebenarnya tidak lagi diperlukan.

Perempuan juga sering kali dikaitkan dengan keterikatan emosional yang lebih kuat terhadap barang-barang pribadi. Ini dapat membuat mereka lebih sulit untuk membuang barang-barang yang memiliki nilai sentimental, sehingga cenderung menimbun. Perempuan yang mengalami stres atau trauma emosional mungkin menggunakan penimbunan sebagai mekanisme koping. Penimbunan bisa menjadi cara untuk merasa aman dan mengontrol lingkungan mereka.

Beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan lebih cenderung mencari bantuan medis dan psikologis, sehingga gangguan mereka lebih mungkin terdiagnosis. Ini termasuk hoarding disorder , yang mungkin lebih sering diidentifikasi pada perempuan karena mereka lebih sering berinteraksi dengan tenaga medis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

PAPA DALI & MAMA KAMARI

Riset: Stigma Negatif Perempuan Perokok di Indonesia Halangi Usaha Pengendalian tembakau

Perjanjian pranikah (prenuptial agreement)

Pentingnya Perjanjian Pranikah bagi Calon Pasangan  

Leave a Comment