Bincangperempuan.com- Terlahir sebagai perempuan, tak sedikitpun membatasi asa Tiara dalam memperjuangkan hak sesama. Tiara Komala, mahasiswi Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bengkulu, berdedikasi tinggi dan aktif serta responsif terhadap isu-isu kemanusiaan terkini. Gadis kelahiran Tanjung Enim, 11 Februari 2001 ini menyalurkan minat dan bakatnya dengan aktif berorganisasi.
“Saya sendiri merupakan mahasiswa aktif yang gemar serta terus mencoba menggali tentang isu – isu disabilitas dan bersyukurnya menemukan Mitra Masyarakat Inklusif (MMI) sebagai organisasi yang selaras karna aktif membahas isu – isu disabilitas,” ujar Tiara.
Berorganisasi menjadi bagian besar kehidupan berkuliahnya, salah satu organisasi yang ia ikuti yakni MMI. Organisasi ini secara spesifik bergerak untuk membahas dan memperjuangkan isu-isu kelompok disabilitas agar hak mereka terpenuhi, terlebih hak dalam bidang pendidikan.
Selain memperjuangkan, organisasi ini juga turut memberdayakan para penyandang disabilitas. Salah satu kegiatan pemberdayaan yang pernah dilakukan yakni melibatkan para penyandang disabilitas sebagai petugas upacara memperingati HUT RI Ke-77 tahun 2022 lalu.
Aktif berperan dalam kegiatan kemanusiaan
Selama bergabung dengan MMI, Tiara aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh MMI. Setiap tahunnya MMI rutin melaksanakan Kelas Bahasa Isyarat. Kelas ini terbuka untuk umum, sehingga boleh diikuti oleh berbagai pihak. Tentu dengan dibukanya wadah berupa kelas-kelas seperti ini akan semakin membuka kesempatan bagi rekan-rekan penyandang disabilitas diterima di lingkungan masyarakat.
Baca juga: Fatphobia, Kebencian atas Bentuk Tubuh
Tiara mengaku, keinginannya bergabung untuk menjadi bagian dari MMI merupakan panggilan hati.
“Saya merasa, bahwa perlu untuk ikut serta melakukan perubahan, kebaikan dan membantu sesama,” katanya.
Selain sebagai upaya memberikan kebermanfaatan bagi orang lain, Tiara mengatakan tergabung dalam organisasi seperti ini juga sebagai upaya mengoptimalkan kualitas diri, memperluas relasi juga memperoleh manfaat-manfaat lainnya.
Tiara juga mempercayai, melalui kegiatan-kegiatan kebaikan yang dia lakukan di hari ini akan ia tuai kebermanfaatannya di kemudian hari.
“Memang sebenarnya prinsip saya pribadi, selalu mempercayai bahwa kebaikan yang kita lakukan di hari ini pasti akan kembali menjadi kebaikan kepada diri kita sendiri,” imbuhnya.
Terlebih posisinya yang saat ini sebagai mahasiswa, menjadi posisi strategis untuk ia aktif berkegiatan baik di internal maupun eksternal kampus.
Memberdayakan keterbatasan menjadi peluang
Dalam MMI, Tiara ikut serta membantu memberdayakan rekan-rekan disabilitas. Mereka diberdayakan melalui usaha resmi di bawah naungan MMI yakni usaha Cafe PD dan Laundry. Dimana dalam usaha tersebut, pekerja yang diberdayakan adalah rekan-rekan penyandang disabilitas. Mereka membantu merapikan hingga mengemas pakaian laundry.
Berangkat dari rasa simpati dan empati, Tiara merasakan bahwa terdapat hak-hak rekan disabilitas yang kerap kali tidak terpenuhi, seperti dalam kehidupan pendidikan hingga kehidupan bermasyarakat.
“Di kehidupan sehari – hari masih banyak sekali tindakan yang kerap merugikan rekan – rekan penyandang disabilitas, seperti tidak terjaminnya hak mereka karena kerap terdiskriminasi,” tuturnya.
Hal inilah yang menyebabkan Tiara semakin terpacu untuk aktif berorganisasi khususnya di MMI. Berharap bahwa melalui kegiatan-kegiatan tersebut mampu menjadi salah satu upaya untuk menyuarakan hak-hak rekan disabilitas.
Menurut Tiara, sudah saatnya semua orang menyadari bahwa penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama seperti masyarakat biasa lainnya. Hak dalam kehidupan sosial, kehidupan berpolitik hingga kehidupan pendidikan. Oleh karena itu, hak-hak rekan penyandang disabilitas yang belum terpenuhi tersebut perlu dikaji dan disuarakan secara aktif.
Merasakan adanya kesenjangan
Dalam kehidupan sehari-hari, Tiara sering kali melihat, mendengar dan dapat merasakan ada diskriminasi dan kesenjangan terhadap rekan-rekan disabilitas.
“Bahkan kerap kali di beberapa tempat umum, ketersediaan fasilitas bagi penyandang disabilitas tidak ada,” jelas Tiara.
Baca juga: Mendidik Anak ala Ibu Tunggal Bahagia
Contoh kecilnya dalam hal komunikasi, rekan-rekan disabilitas kerap merasa kesulitan untuk menyampaikan pesan tertentu dalam berkomunikasi kepada orang lain, juga sebaliknya. Hingga tak jarang hal tersebut berakhir menjadi bahan hinaan.
Selain itu, tak jarang juga di lingkungan pendidikan, anak-anak penyandang disabilitas tidak memperoleh kemudahan dan perhatian khusus. Karena pada dasarnya dengan keterbatasan yang mereka miliki tentunya dibutuhkan beberapa pelayanan khusus yang mampu memudahkan mereka.
“Sebenarnya untuk meminimalisir kesenjangan itu bukan hanya bisa dilakukan oleh pemerintah tapi juga dari kita masyarakat umum,” harapnya.
Contoh kecil lainnya, rekan- rekan penyandang disabilitas memiliki keterbatasan fisik khususnya membutuhkan beberapa fasilitas pendukung, seperti jalur jalan khusus bagi pengguna kursi roda.
Melihat secara langsung kesenjangan-kesenjangan yang terjadi inilah, Tiara merasa terpanggil untuk ikut serta memperjuangkan hak-hak rekan disabilitas. MMI hadir sebagai salah satu angin segar bagi Tiara untuk bersinergi memperjuangkan hal-hal tersebut. Sehingga hal tersebut mampu menjadi salah satu upaya yang cukup konkrit untuk membantu teman-teman disabilitas mendapatkan haknya.
Mengajak untuk lebih peduli
Tiara merasa langkah konkrit untuk mengatasi masalah kesenjangan-kesenjangan tersebut membutuhkan sinergitas dari berbagai pihak, termasuk di MMI. Organisasi MMI hadir ebagai sahabat para rekan-rekan disabilitas.
“Saya ini menjadi fasilitas antara teman-teman disabilitas dan normal untuk berkomunikasi,” terangnya.
Selain itu, Tiara juga berharap bahwa kepedulian untuk memperjuangkan hak – hak rekan disabilitas tidak sebatas digaungkan oleh pemerintah, lembaga atau organisasi tertentu saja. Ia berharap, masyarakat luas dari seluruh lapisan menyadari dan mampu menumbuhkan simpati dan empati terhadap hak-hak rekan disabilitas. Sehingga keterbatasan yang mereka miliki tidak lagi menjadi bahan diskriminasi.
Semakin banyak pihak yang menyadari dan ikut andil dalam menebar kepedulian, maka kesulitan dan keterbatasan yang dirasakan oleh rekan-rekan disabilitas akan semakin terminimalisir. Sehingga upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga tertentu akan terealisasikan secara maksimal.(**)