Bincangperempuan.com– Belakangan konsep “feminine energy” ramai diperbincangkan, terutama di TikTok. Bahkan beberapa konten kreator, mengaitkannya dengan cara mendapatkan pasangan yang lebih perhatian, penuh kasih, bahkan rela memanjakan lewat hadiah-hadiah mewah.
B’Pers mungkin pernah melihat tren ini, melalui FYP (for your page) TikTok. Di berbagai video, konten kreator menunjukkan bagaimana mereka diperlakukan seperti “princess” oleh pasangan mereka, mulai dari diberikan bunga, barang mewah, hingga diajak liburan.
Tren ini tampak begitu menjanjikan, apakah itu benar-benar mencerminkan kasih sayang yang tulus?
Namun, apa terjadi saat hadiah-hadiah itu berhenti? Apakah rasa sayang ikut lenyap? Inilah yang perlu dipahami lebih lanjut, benarkah cinta tak selalu hadir dalam bentuk kemewahan. Setiap individu punya bahasa cinta yang berbeda-beda, dan itu tak melulu soal materi.
Baca juga: Energi Feminin, Cara Untuk Memancarkannya
Feminine Energy dan Standar Ideal Hubungan
Feminine energy sebenarnya lebih dari sekadar kelembutan atau kehangatan. Energi ini berhubungan dengan bagaimana kamu merawat diri, menerima cinta, dan menciptakan harmoni dalam hubungan. Namun, saat konsep ini disalahartikan, sering kali muncul ekspektasi bahwa pasangan wajib memberi perlakuan istimewa secara materi.
Padahal, kasih sayang sejati tak bisa disamakan dengan nilai barang yang diterima. Setiap orang punya love language atau bahasa cinta yang berbeda, yang mungkin tidak selalu berwujud hadiah mahal.
Gary Chapman memperkenalkan konsep love language, yang menggambarkan cara seseorang mengekspresikan dan menerima cinta. B’Pers dapat melihat ini sebagai bentuk keberagaman cara dalam menunjukkan kasih sayang:
- Words of Affirmation (Kata-Kata Afirmasi)
Beberapa orang merasa dicintai melalui kata-kata manis, pujian, atau apresiasi sederhana. Misalnya, “Aku bangga sama kamu” atau “Kamu terlihat cantik hari ini.“ - Acts of Service (Tindakan Pelayanan)
Ada yang menunjukkan cinta dengan membantu, seperti membuatkan teh di pagi hari atau membantu memperbaiki sesuatu yang rusak. Ini bentuk perhatian yang tak kalah bermakna. - Receiving Gifts (Menerima Hadiah)
Memberi hadiah memang salah satu bentuk bahasa cinta, tapi bukan berarti harus mahal. Hadiah kecil yang bermakna, seperti surat tulisan tangan, atau hadiah kecil yang dibuat sendiri bisa jadi jauh lebih berkesan. - Quality Time (Waktu Berkualitas)
Bagi sebagian orang, cinta ditunjukkan dengan memberi perhatian penuh, seperti menghabiskan waktu bersama tanpa distraksi, mendengarkan, atau sekadar menikmati momen berdua. - Physical Touch (Sentuhan Fisik)
Sentuhan seperti pelukan, genggaman tangan, atau bahkan tepukan ringan di bahu adalah cara untuk menunjukkan kasih sayang bagi orang yang punya love language ini.
Namun, di tengah keberagaman ini, tren TikTok sering kali menyederhanakan konsep cinta menjadi sesuatu yang berbasis materi.
Baca juga: Gaya Energi Feminin: Keseimbangan Antara Energi Gelap dan Terang
Bahaya Standar TikTok dalam Hubungan
Saat feminine energy disalahartikan hanya sebagai cara untuk mendapatkan imbalan materi, seperti bunga, hadiah mahal, atau perjalanan mewah, konsep cinta menjadi dangkal. Tren seperti ini, meskipun tampak menarik, justru berpotensi merusak hubungan.
Artikel yang terbit di Jurnal Pengabdian Masyarakat bahkan menemukan bahwa sikap materialistis dapat memperburuk hubungan, menciptakan lingkaran setan berupa konflik, kekerasan, dan tekanan finansial.
Artikel lain yang terbit dalam Jurnal Wacana Psikologi bahkan menunjukkan bahwa materialisme tidak memiliki hubungan signifikan dengan kebahagiaan atau kepuasan dalam hubungan. Sebaliknya, hubungan yang sehat lebih ditentukan oleh aspek emosional, seperti penghargaan, kepercayaan, dan komunikasi. Namun, ketika materialisme mendominasi, efeknya bisa sangat merugikan. Akibatnya, banyak pasangan yang:
- Mengesampingkan Kasih Sayang Non-Materi
Perhatian kecil, seperti mendengarkan cerita atau mengingatkan makan, sering kali dianggap sepele. Padahal, ini juga bentuk kasih sayang yang tak kalah berharga. - Meningkatkan Tekanan Finansial
Ekspektasi materi dalam hubungan bisa menjadi beban, terutama bagi pasangan yang mungkin belum mapan secara ekonomi. Hubungan justru rentan konflik jika fokus hanya pada apa yang bisa diberikan. - Menciptakan Harapan yang Tidak Realistis
Tidak semua orang mampu atau ingin mengikuti tren seperti ini. Menjadikan materi sebagai standar cinta bisa membuat kamu kehilangan momen penting dalam hubungan yang lebih bermakna.
Kunci Hubungan yang Lebih Bermakna
Namun, ada cara untuk keluar dari jebakan ini. Hubungan yang sehat selalu dimulai dengan komunikasi yang baik. Jika B’Pers berharap pasangan lebih perhatian atau romantis, bicarakan dengan jujur. Jangan gengsi untuk mengungkapkan kebutuhan emosional, tapi pastikan juga untuk menghormati cara pasangan mengekspresikan cintanya.
Penting untuk tetap menjadi diri sendiri. Feminine energy bisa diterapkan dengan cara yang autentik, tanpa harus kehilangan jati diri. Ingat, cinta sejati tidak bergantung pada standar yang dipaksakan oleh media sosial.
Menetapkan Standar Cinta yang Tepat
Daripada terjebak dalam standar media sosial, mulailah menetapkan standar cinta yang benar-benar sesuai dengan nilai dan kebutuhan masing-masing.
Misalnya, jika pasangan lebih memilih mendukung secara emosional dibanding memberikan hadiah mahal, hargai itu. Bentuk kasih sayang seperti ini sering kali lebih langgeng dibanding sekadar pemberian barang.
Cinta bukan soal seberapa besar hadiah yang diterima, melainkan bagaimana hubungan itu membawa kebahagiaan dan kedamaian. Feminine energy bisa menjadi alat untuk menciptakan hubungan yang lebih baik, selama hal tersebut tidak membuat B’Pers hilang kendali atas jati diri sendiri.
Jangan biarkan standar TikTok mendikte bagaimana seseorang seharusnya dicintai. Setiap hubungan punya dinamika unik. Justru kemampuan dalam memahami dan menghormati kebutuhan pasangan dan diri sendiri-lah yang membuat hubungan lebih bermakna.
Referensi:
- Jurnal Wacana Psikologi. (n.d.). The Effect of Materialism on Romantic Relationships and Psychological Well-Being. Diakses dari https://jurnalwacana.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/wacana/article/download/122/115?
- Kompas.com. (2023, July 19). Mengenal 5 Jenis Love Language, Apa Saja? Diakses dari https://amp.kompas.com/tren/read/2023/07/19/194500165/mengenal-5-jenis-love-language-apa-saja-
- Sukoco, S., & Sari, D. S. (2020). Peran Love Language dalam Memperbaiki Hubungan Pasangan: Studi Literatur.Jurnal Hospitalitas, 5(1), 41-48. Diakses dari https://ejournalgkn.web.id/index.php/hospitalitas/article/view/41