Bincangperempuan.com– Gen Z mana sih yang tak akrab dengan digital? Mereka tumbuh bersama teknologi, menjadikan mereka generasi digital native. Berbeda dengan generasi sebelumnya seperti Gen X dan Y yang ketika mereka lahir, media digital masih sesuatu yang mewah.
Bagi Gen Z, keberadaan teknologi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, di balik kemudahan dan keakraban dengan teknologi, Gen Z justru menjadi salah satu generasi yang paling rentan terhadap penipuan daring (scam). Kenapa ini bisa terjadi ya B’Pers?
Gen Z Paling Sering Kena Scam
Menurut laporan Annual Cybersecurity Attitudes and Behaviours Report 2024-2025, Gen Z menjadi salah satu kelompok usia yang paling sering menjadi korban penipuan daring. Penelitian ini melibatkan 7.012 partisipan dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Australia, Selandia Baru, dan India.
Data menunjukkan bahwa 52% Gen Z melaporkan kehilangan uang atau data akibat penipuan daring. Angka ini lebih tinggi dibandingkan generasi lainnya, seperti Milenial (46%), Baby Boomers, dan Generasi Silent (masing-masing hanya 16%). Bahkan, persentase korban Gen Z meningkat sebesar 9% dibandingkan tahun sebelumnya.
Modus penipuan yang paling sering menimpa Gen Z adalah:
- Scam Kencan Daring: 27% Gen Z melaporkan menjadi korban penipuan ini, hanya kalah dari Milenial (47%).
- Phishing: Penipuan dengan modus tautan palsu atau email penipuan juga sering menargetkan Gen Z, meski lebih sering menimpa Milenial (41%) dan Gen X (25%).
- Pencurian Identitas: Meski Gen X mencatat angka lebih tinggi (28%), kasus pencurian identitas juga cukup banyak dialami oleh Gen Z.
Sebaliknya, kelompok usia lebih tua seperti Baby Boomers dan Generasi Silent melaporkan tingkat korban penipuan yang jauh lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Gen Z tumbuh di dunia digital, mereka belum sepenuhnya terlindungi dari risiko dunia maya.
Baca juga: Bukan Generasi Stroberi, Gen Z Sadar Pentingnya Kesehatan Mental Diri
Mengapa Gen Z Rentan Terhadap Scam?
Walau sering sebagai generasi yang paling “melek teknologi.” Namun, kenyataannya Gen Z adalah salah satu kelompok usia yang paling rentan menjadi korban penipuan daring. Kok bisa?
1. Selalu Online, Selalu Terpapar Risiko
Coba bayangkan sehari dalam hidup Gen Z, scrolling Instagram setiap pagi, bermain game online siang-siang, lalu belanja di marketplace sore harinya. Menurut laporan yang sama, 65% dari mereka selalu terhubung ke internet, aktivitas online ini sudah jadi kebiasaan mereka. Semakin sering online, semakin besar pula kemungkinan mereka terjebak dalam modus penipuan daring. Mulai tautan phishing di DM (Direct Mesaage) hingga diskon palsu di marketplace, scammer tahu persis di mana dan kapan Gen Z biasanya lengah.
2. Keamanan? Penting, Tapi Kadang Lupa
Bagi Gen Z, kecepatan dan kemudahan sering mengalahkan keamanan. Banyak dari mereka merasa, “Ah, akun aku udah aman kok.” Tapi faktanya, hanya 68% Gen Z yang menganggap keamanan online adalah prioritas, jauh di bawah Baby Boomers yang sangat peduli soal ini.
Ini mirip seperti punya kunci rumah yang kuat, tapi lupa dikunci karena malas. Padahal, langkah sederhana seperti memeriksa ulang tautan sebelum klok bisa menyelamatkan mereka dari phishing atau pencurian data.
3. Merasa Tidak Punya Kendali
“Kayaknya, semua data aku udah bocor deh. Ngapain juga dijaga lagi?” Pernah dengar kalimat ini? Banyak Gen Z merasa tidak mampu menjaga keamanan online mereka sendiri. Hanya 41% dari mereka yang yakin bisa melakukannya. Perasaan “nggak ada gunanya” ini sering membuat mereka pasrah dan mengabaikan perlindungan tambahan.
Sayangnya, sikap ini justru membuka peluang bagi scammer untuk lebih mudah memanfaatkan celah keamanan.
4. Mudah Menyerah
Coba tebak, apa alasan utama Gen Z enggan menggunakan metode keamanan seperti autentikasi dua faktor (2FA)? Jawabannya “terlalu ribet”, mengetik kode verifikasi tambahan di SMS memang sedikit merepotkan, tapi langkah ini bisa mencegah akses ilegal ke akun mereka. Alih-alih mencari solusi sederhana, banyak Gen Z lebih memilih jalan pintas dengan hanya mengandalkan kata sandi yang, ironisnya, sering kali mudah ditebak.
5. Terjebak dalam Banjir Informasi
Di satu sisi, Gen Z tumbuh di era informasi. Tapi di sisi lain, terlalu banyak informasi justru membuat mereka kewalahan. Sebanyak 41% dari mereka merasa bingung dengan semua panduan keamanan online. Alhasil, mereka memilih untuk tidak bertindak sama sekali.
6. Terlalu Optimis Kalau Perangkatnya Aman
Gen Z sering memiliki kepercayaan berlebih pada teknologi. Banyak dari mereka berpikir bahwa perangkat yang mereka gunakan sudah secara otomatis aman. Padahal, tanpa langkah proaktif seperti memperbarui perangkat lunak atau mengaktifkan fitur keamanan, perangkat mereka sebenarnya tetap rentan.
Baca juga: Lebih dari Sekedar Finansial, Alasan Gen Z Menunda Pernikahan
Jenis Scam yang Kerap Menargetkan Gen Z
Ketidaksiapan Gen Z dalam menghadapi risiko keamanan digital membuat mereka menjadi target utama berbagai jenis penipuan daring. Para pelaku scam memanfaatkan kebiasaan Gen Z yang selalu terhubung dan terkadang kurang waspada untuk menjebak mereka melalui berbagai modus, seperti berikut ini:
- Penipuan Belanja Online
Tawaran harga miring untuk produk branded atau diskon besar-besaran sering kali digunakan untuk menjebak korban. Situs palsu atau toko online ilegal meminta data kartu kredit atau pembayaran tanpa mengirimkan barang. - Scam di Media Sosial
Akun palsu atau tautan mencurigakan di platform seperti Instagram dan TikTok kerap menipu pengguna dengan iming-iming hadiah palsu atau lowongan pekerjaan palsu. - Penipuan Kencan Daring
Platform kencan online menjadi tempat penipuan emosional dan finansial. Penipu sering meminta uang dengan alasan darurat. - Phishing
Penipuan dengan mengirimkan tautan palsu melalui email atau pesan langsung yang terlihat resmi. Penipuan jenis ini biasanya digunakanuntuk mencuri informasi pribadi. - Penipuan Investasi atau Crypto
Janji keuntungan besar dalam waktu singkat menjadi modus yang efektif untuk menipu Gen Z, terutama yang belum memahami risiko investasi digital.
Bagaimana Gen Z Bisa Lebih Aman?
Jadi, bagaimana agar Gen Z bisa lebih aman dari jebakan scam? Berikut beberapa langkah sederhana namun efektif yang bisa diterapkan:
- Verifikasi Sumber Informasi
Jangan langsung percaya pada situs, akun, atau tawaran yang diterima. Luangkan waktu untuk memeriksa kredibilitasnya. Ingat, jika sesuatu terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, mungkin itu memang penipuan. - Hati-hati dengan Data Pribadi
Jangan pernah memberikan informasi pribadi seperti nomor telepon, alamat, atau data keuangan kepada pihak yang tidak dikenal, terutama melalui media sosial atau pesan instan. - Gunakan Keamanan Siber
Aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) di akun media sosial, email, dan aplikasi perbankan. Memang sedikit ribet, tapi keamanan ekstra ini bisa menyelamatkan Anda dari ancaman besar. - Edukasi Diri dan Orang Lain
Selalu cari tahu tentang modus penipuan terbaru dan bagikan informasi ini kepada teman atau keluarga. Kesadaran bersama adalah kunci untuk melindungi komunitas digital Gen Z.
Nah, meskipun Gen Z lahir di era digital dan sering disebut sebagai generasi “melek digital,” itu belum tentu berarti mereka juga “melek kejahatan digital.” Tantangan besar di dunia maya membutuhkan kewaspadaan yang lebih tinggi. Sikap percaya diri terhadap teknologi sering kali menjadi kelemahan jika tidak diimbangi dengan kesadaran bahwa scammer juga terus berinovasi.
Untuk melindungi diri, Gen Z harus lebih kritis terhadap informasi yang diterima, memverifikasi setiap tawaran mencurigakan, dan terus belajar untuk memahami risiko digital. Dengan langkah-langkah ini, risiko menjadi korban scam dapat diminimalkan, dan dunia digital bisa menjadi ruang yang lebih aman untuk semua.
Referensi:
- CybSafe. (2024). Annual Cybersecurity Attitudes and Behaviors Report 2024-2025. National Cybersecurity Alliance. Diakses dari https://mysecuritymarketplace.com/reports/the-annual-cybersecurity-attitudes-and-behaviors-report-2024-2025/