Bincangperempuan.com- Seiring kemajuan teknologi, isu kesehatan reproduksi semakin menarik perhatian masyarakat. Pilihan penggunaan penggunaan alat kontrasepsi, alat yang peruntukan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dapat bersifat sementara atau permanen, menjadi lebih sering dibicarakan.
Ironinya, kultur patriaki membebankan penggunaan alat kontrasepsi pada perempuan, karena dinilai bertanggung jawab atas kehamilan yang akan terjadi. Padahal, penggunaan kontrasepsi menjadi tanggung jawab laki-laki dan perempuan, sebagai upaya mencegah pertemuan sel telur dan sperma ketika berhubungan seksual.
Survei yang dilakukan BKKBN tahun 2018 terkait penggunaan kontrasepsi, perempuan menempati posisi teratas dalam penggunaan kontrasepsi mencapai mencapai 96,7%. Hak untuk menggunakan alat kontrasepsi merupakan keputusan yang penting bagi kesehatan perempuan. Dalam memilih alat kontrasepsi, perempuan harus memiliki pemahaman lebih terkait efektivitas, aksebilitas, biaya dan efek samping.
Studi yang dilakukan oleh JAMA Network di Denmark pada tahun 2000 hingga 2013 menunjukkan jika penggunaan alat kontrasepsi hormonal, terutama pada remaja menyebabkan perempuan lebih rentan depresi dan memerlukan obat antidepresan. Namun, studi ini juga membuktikan jika depresi yang dialami oleh perempuan tersebut dapat mereda seiring berjalannya waktu.
Baca juga : Di Balik Stigma Menstruasi: Pengalaman Perempuan Indonesia
Jika diperhatikan lagi, penggunaan alat kontrasepsi memerlukan perawatan dan pemantuan rutin, seperti pengambilan pil KB atau suntik KB rutin, pemasangan alat intrauterine (IUD), dan kunjungan ke dokter. Hal ini dinilai sepenuhnya menjadi tanggung jawab perempuan di tengah kesibukan dan tuntutan lain di zaman modern. Kendati begitu, kemajuan teknologi telah mengurangi beban perempuan dalam bidang kontrasepsi.
Jenis-Jenis Kontrasepsi
Ada banyak jenis kontrasepsi yang tersedia bagi perempuan, dimana setiap jenis memiliki cara kerja yang berbeda. Berikut ini adalah jenis-jenis kontrasepsi yang umum digunakan:
- Pil KB, alat kontrasepsi yang banyak diminati oleh masyarakat. Kontrasepsi ini mengandung hormon progestin dan estrogen yang dapat mencegah terjadinya ovulasi dan membuat lendir seviks lebih tebal agar sperma sulit masuk dan mencapai sel telur.
- Suntik KB, memiliki cara kerja yang hampir sama dengan pil KB, hanya cara penggunaannya saja yang berbeda. Sama halnya dengan pil KB, suntik KB menghasilkan hormone progestin yang mampu menghentikan ovulasi pada perempuan. Periode penggunaan suntik KB dilakukan dalam kurun waktu 1-3 bulan.
- KB implan, berbeda dengan pil KB, KB implan adalah alat kontrasepsi seperti batang korek api dan berukuran kecil. KB implan bekerja dengan mengeluarkan hormone progestin secara perlahan sehingga kehamilan dapat dicegah. KB implan dapat mencegah terjadinya kehamilan selama 3 tahun.
- Kondom pria, menjadi alat kontrasepsi yang praktis untuk digunakan dan dapat mencegah penyebaran penyakit menular seksual. Kondom pria digunakan untuk mencegah sperma masuk ke vagina.
- Intrauterine uterine device atau IUD, merupakan alat kontrasepsi menyerupai huruf T yang diletakkan di dalam rahim. Cara kerja dari alat kontrasepsi ini dengan menghalangi sperma agar tidak membuahi sel telur. Alat ini dapat bertahan selama 5-10 tahun.
- Kondom perempuan. Alat kontrasepsi seperti kondom tidak hanya diperuntukkan untuk pria, melainkan wanita. Kondom wanita digunakan untuk menyelubungi vagina. Meskipun sama-sama kondom, kondom wanita tidak dapat digunakan bersamaan dengan kondom pria. Namun, kondom wanita memiliki efektivitas yang rendah dari kondom pria sehingga rentan mengalami kegagalan.
- IUS. Intrauterine uterine system (IUS) merupakan alat kontrasepsi yang menggabungkan kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi jenis IUD dengan cara memasukkan hormon (levonorgestel) ke dalam IUD.
- KB permanen. KB permanen umumnya dilakukan oleh pasangan yang memiliki keinginan untuk tidak memiliki anak lagi. Metode ini dapat mencegah kehamilan hampir 100%. KB permanen pada pria dilakukan dengan vasektomi sedangkan pada perempuan dengan metode tubektomi.
Vasektomi dilakukan dengan cara memutus saluran vas deferens tabung yang menyalurkan sperma ke testis. Sementara itu, tubektomi merupakan proses yang dilakukan dengan operasi yang mengikat saluran tuba untuk mencegah ovum bertemu dengan sel sperma.
Efek Samping Kontrasepsi
Meskipun alat kontrasepsi dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, namun penggunaan kontrasepsi pada perempuan memiliki dampak negatif yang harus dipertimbangkan bagi kesehatan fisik dan mentalnya.
Beberapa jenis kontrasepsi hormonal seperti pil, patch, atau suntikan dapat menyebabkan efek samping fisik seperti mual, sakit kepala, perubahan mood, gangguan menstruasi, atau peningkatan berat badan pada sebagian wanita. Ada pula yang mengalami penipisan lendir rahim yang memungkinkan perempuan mengalami haid sedikit atau tidak haid sama sekali dan risiko terkena kanker payudara.
Penggunaan kontrasepsi juga dapat mempengaruhi kesehatan mental beberapa perempuan. Perubahan hormonal yang terjadi akibat penggunaan kontrasepsi tertentu dapat menyebabkan perubahan suasana hati atau gejala kecemasan pada sebagian perempuan.
Baca juga : Berbagai Alternatif Pembalut bagi Perempuan
Efek samping ini dapat berbeda-beda dirasakan setiap individu, karena tidak semua perempuan cocok dengan setiap jenis kontrasepsi. Beberapa perempuan mungkin mengalami masalah dalam mentoleransi atau beradaptasi dengan jenis kontrasepsi tertentu, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan atau ketidaknyamanan.
Perempuan dan Kuasa Kontrasepsi
Hingga saat ini di beberapa masyarakat, penggunaan kontrasepsi masih menjadi isu kontroversial atau tabu. Padahal memilih menggunakan atau tidak alat kontrasepsi pada perempuan dapat memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan perempuan itu sendiri. Biarkan perempuan berkuasa atas tubuhnya sendiri.
Perempuan harus memiliki kontrol yang lebih besar terhadap reproduksi sehingga membantu mereka memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih baik. Keputusan menggunakan kontrasepsi harus sepenuhnya menjadi hak perempuan untuk menentukan sendiri. Setiap perempuan berhak memiliki kendali atas tubuhnya sendiri, termasuk dalam hal keputusan tentang kesehatan reproduksi dan penggunaan kontrasepsi.
Memberikan perempuan kebebasan untuk memilih apakah akan menggunakan kontrasepsi atau tidak sangat penting dalam memastikan kesehatan reproduksi mereka, merencanakan keluarga, dan mencapai kesetaraan gender. Ketika perempuan memiliki akses yang mudah dan terjangkau ke berbagai jenis kontrasepsi, mereka dapat mengambil keputusan yang lebih tepat sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pribadi mereka.
Perempuan juga harus diberdayakan dengan informasi yang komprehensif tentang berbagai metode kontrasepsi yang tersedia, efektivitas, dan efek sampingnya. Ini akan membantu mereka membuat keputusan yang berdasarkan pengetahuan yang tepat dan memungkinkan mereka untuk merencanakan keluarga dengan bijaksana
Selain memberikan perempuan kebebasan untuk memilih, penting juga untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap perempuan yang menggunakan kontrasepsi atau memutuskan untuk tidak menggunakannya. Semua wanita harus diberikan dukungan dan menghormati keputusan mereka tentang kesehatan reproduksi mereka.
Perempuan adalah individu yang berpikiran dewasa dan memiliki hak untuk memiliki kontrol atas tubuh mereka sendiri. Dengan memberikan kewenangan dan dukungan kepada perempuan dalam memilih kontrasepsi, kita dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan reproduksi, kesetaraan gender, dan kualitas hidup yang lebih baik bagi semua orang.(Yuni Camelia Putri)
Sumber :
- Robiatul Adawiyah, 2022.”Sadarkah kita bahwa implementasi KB timpang gender dan diskriminatif terhadap perempuan?”. The Conversation.