BincangPerempuan.com– Pernahkah BPer’s melihat perempuan berkarir tapi tetap bertanggung jawab mengurus rumah tangga dengan baik? Ya, pasti pernah bukan? Perempuan mampu bekerja lebih keras tapi tetap mampu memiliki work-life balance, seimbang akan tanggung jawab kantor maupun tanggung jawab rumah.
Seperti yang kita ketahui, keterlibatan perempuan modern dalam kehidupan keluarga tidak hanya terbatas pada asuhan anak. Fenomena yang jelas terjadi dalam masyarakat adalah semakin banyaknya perempuan membantu suami mencari tambahan penghasilan, bukan hanya karena kebutuhan ekonomi keluarga, tetapi juga karena mereka semakin dapat mengekspresikan dirinya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Kondisi ekonomi keluarga mempengaruhi kecenderungan perempuan untuk berpartisipasi di luar rumah, agar dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga.
Tugas untuk memperoleh penghasilan keluarga yang dulunya hanya dibebankan pada suami sebagai kepala keluarga, sekarang tidak lagi terjadi. Bahkan dalam kategori keluarga golongan berpenghasilan rendah, istri lebih berperan serta dalam memperoleh penghasilan untuk keluarga. Seringkali kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak, membuat suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Perempuan yang bekerja adalah perempuan yang menjalankan peran produktifnya. Perempuan memiliki dua kategori peran, yaitu peranan reproduktif dan peranan produktif. Peranan reproduktif mencakup peranan reproduksi biologis, sedangkan peranan produktif adalah peranan dalam bekerja yang menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomis.
Perempuan di seluruh dunia telah menunjukkan kemampuan luar biasa secara produktif dalam menghadapi tantangan ganda. Mereka tidak hanya bekerja keras di tempat kerja, tetapi juga memegang tanggung jawab pekerjaan rumah seperti memasak, mengurus anak, dan membereskan rumah dengan baik. Studi di berbagai negara telah mengungkapkan bahwa perempuan bekerja lebih keras daripada laki-laki, tetapi masih mampu menjalankan tanggung jawab rumah dengan efektif.
Di Cina, misalnya, perempuan rata-rata berjalan lebih dari 12.000 langkah per hari, sementara laki-laki berjalan lebih dari 9.000 langkah. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya bekerja keras di tempat kerja, tetapi juga melakukan pekerjaan rumah dengan intensitas yang sama. Di Inggris, perempuan hanya memegang 29 persen dari posisi dewan Financial Times Stock Exchange Group, tetapi mereka masih bekerja keras untuk mencapai promosi jabatan meskipun menghadapi stigma dan tekanan sosial.
Baca juga: Bisakah Indonesia Mencontoh Islandia, Soal Kesetaraan Gender?
Selain itu, perempuan juga memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada sekadar mengerjakan tugas domestik. Membatasi peran perempuan hanya pada pekerjaan rumah tangga adalah sebuah stereotip gender yang tidak mencerminkan kompleksitas dan keragaman kemampuan serta minat perempuan. Perempuan memiliki kemampuan intelektual, kreativitas, dan kemauan untuk berkontribusi dalam berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bisnis, politik, dan banyak lagi.
Meskipun, dalam beberapa kasus, perempuan yang sukses dalam karir juga lebih rentan bercerai. Di Swedia, misalnya, tingkat perceraian yang tinggi dibandingkan dengan negara Uni Eropa lainnya terkait dengan tujuan kesetaraan gendernya. Perempuan yang bercerai setelah mendapat promosi cenderung tidak membangun hubungan baru, tetapi ini tidak berarti mereka tidak mampu menjalankan tanggung jawab pekerjaan rumah dengan baik.
Dalam kesimpulan, perempuan bekerja lebih keras daripada laki-laki dan masih mampu memegang tanggung jawab pekerjaan rumah dengan baik. Mereka memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada sekadar mengerjakan tugas domestik dan telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menghadapi tantangan ganda.
Baca juga: Bagaimana Kesetaraan Gender dalam Islam?
Contoh kasus di beberapa negara
Perempuan di negara lain menyeimbangkan antara pekerjaan di luar rumah dan tanggung jawab di rumah dengan cara yang beragam, tetapi umumnya melibatkan strategi manajemen waktu yang efektif dan kerja sama dalam keluarga. Berikut beberapa contoh:
- Inggris
Perempuan Inggris sering menggunakan teknologi untuk membantu dalam manajemen waktu dan tanggung jawab di rumah. Mereka menggunakan aplikasi untuk mengatur jadwal, membeli kebutuhan, dan mengatur keuangan.
- Swedia
Perempuan Swedia dikenal dengan kebebasan dalam memilih pekerjaan dan tanggung jawab di rumah. Di Swedia, perempuan sering berbagi tanggung jawab dengan suami mereka. Mereka berkomunikasi secara terbuka untuk menentukan bagaimana tanggung jawab rumah tangga dapat dibagi secara adil, sehingga tidak ada salah satu pihak yang terlalu berat.
- Norwegia
Perempuan Norwegia sering menggunakan sistem jaminan sosial yang baik untuk membantu mereka dalam menyeimbangkan pekerjaan dan tanggung jawab di rumah. Strategi manajemen waktu yang efektif dan kerja sama dalam keluarga membantu mereka mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab di rumah.
- Jepang
Perempuan Jepang dikenal dengan kemampuan manajemen waktu yang efektif. Mereka sering menggunakan kalender besar untuk mengatur kegiatan keluarga dan pekerjaan. Strategi manajemen waktu yang efektif membantu mereka mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab di rumah
- Cina
Perempuan Cina sering mengatur jadwal kerja yang sederhana untuk memastikan bahwa mereka dapat menyeimbangkan pekerjaan di luar rumah dengan tanggung jawab di rumah. Mereka juga sering meminta bantuan dari keluarga atau teman untuk membantu dengan tugas-tugas rumah tangga.
- Korea Selatan
Perempuan Korea Selatan juga dikenal dengan kemampuan manajemen waktu yang baik. Mereka sering membuat jadwal mingguan untuk mengatur kegiatan keluarga dan pekerjaan. Kerja sama dalam keluarga sangat penting untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab di rumah.
- Singapura
Perempuan Singapura sering menggunakan teknologi untuk membantu manajemen waktu dan kerja sama dalam keluarga. Strategi manajemen waktu yang efektif dan kerja sama dalam keluarga membantu mereka mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab di rumah.
- Indonesia
Perempuan Indonesia juga menggunakan strategi manajemen waktu yang efektif. Mereka sering memprioritaskan tugas-tugas yang paling penting dan meminta bantuan dari keluarga atau teman jika perlu. Selain itu, mereka juga berusaha untuk mengatur jadwal kerja yang sederhana untuk memastikan bahwa mereka dapat menyeimbangkan pekerjaan di luar rumah dengan tanggung jawab di rumah.
Dengan demikian, perempuan di negara-negara tersebut menggunakan strategi manajemen waktu yang efektif, bantuan teknologi dan kerja sama dalam keluarga untuk menyeimbangkan antara pekerjaan di luar rumah dan tanggung jawab di rumah.
Sumber:
- Dina Dwikurniarini, 2007. “Peranan Perempuan di Luar Rumah Tangga dalam Perspektif Historis”, Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
- Nurul Hidayati, 2015. Beban Ganda Perempuan Bekerja (Antara Domestik dan Publik), Garuda Kemdikbud.
- Arlianti Vita, 2022. “Menyeimbangankan Peran Ganda Perempuan antara Keluarga dan Tempat Bekerja”, Kemenkeu.
- Denisa Aulia, 2023. “Apakah Hanya Perempuan yang Perlu Mengurus Pekerjaan Rumah?”, Fimela Website.
- Yuan Chen, 2023. “Perempuan bekerja lebih keras daripada laki-laki – studi antropologi kami menjelaskan alasannya”, The Conversation.