Home » News » Perempuan-perempuan, Penjaga Air, Sumber Listrik dan Pangan di Desa Renah Kasah

Perempuan-perempuan, Penjaga Air, Sumber Listrik dan Pangan di Desa Renah Kasah

Elviza Diana

News

Perempuan menghadapi krisis iklim

Bincangperempuan.com- Udara subuh, dingin menusuk sendi di perjalanan menuju pasar Kayu Aro, Kerinci. Hiruk pikuk pasar di Sabtu pagi. Desa Renah Kasah berada  di bagian barat Kabupaten Kerinci, tepatnya di Kecamatan Kayu Aro.

Mobil pick up yang menjadi satu-satunya akses ke Desa Renah Kasah selain kendaran bermotor. Ada 10 orang di belakang bak mobil tersebut. Bunyi derit-derit kayu terdengar jelas,, saat mobil menaiki jalan-jalan setapak yang dilapisi kayu. 

Dibawahnya rawa-rawa. Akses jalan menuju Desa Renah Kasah masih sangat terbatas dan fungsional. Pada saat musim hujan, kondisi ini semakin memburuk karena sebagian jalan tergenang air rawa. Bahkan, dalam beberapa situasi, genangan air rawa bisa mencapai tinggi setinggi dada orang dewasa.

Ban mobil tergelincir, satu ban masuk dalam rawa. Kami semua turun dari belakang, membantu mengangkat dengan kayu dan mendorong mobil ke depan.

Lantai kayu yang berlumut, membuat tapak kaki berjalan tertatih  keluar dari genangan. Mak Lingsih hampir saja terpeleset. Dia merutuk, jalan yang tak pernah bagus menuju kampungnya.  Jarak Desa Renah Kasah ke Kecamatan Kayu Aro hanya 13 kilo meter. Tapi hanya bisa ditempuh selama 2 jam perjalanan.

“Dari dulu jalan ini, memang dak pernah baik. Harusnya dibuatkan jembatan. Kalau ditimbun, juga pasti turun karena rawa. Dan ini yang rawa satu kilometer ini lah,” kata Mak Lingsih.

Di belakang pick up , sorak sorai anak-anak berpakaian seragam sekolah. Hari Sabtu, mereka pulang ke desa setiap pekannya. Mereka rata-rata ngekost di Kayu Aro. Di Desa hanya ada tingkat Sekolah Dasar kelas jauh.

Memasuki pinggir desa, padi menguning sepanjang jalan. Semua orang berkumpul di sawah, musim panen. Tua, muda  semua turun ke sawah merayakan panen bersama. 

Ciasni dan Rimisni, dua beradik sibuk menghempas buliran padi yang baru saja disiang. Angin sore yang sepoi-sepoi membuat suasana panen menyenangkan. Mereka bergotong royong memanen sawah warisan dari orang tuanya.

Sejak remaja hingga punya cucu, Ciasni sudah bersawah. Nikmatnya rasa beras padi payo Kerinci lekat di lidahnya. Hamparan sawah-sawah tak pernah berkurang, mereka menjaganya seperti menjaga sumber-sumber air di Bukit Kayu Sigi.

“Sungai kayu sigi yang menghidupi kami secara turun temurun, mulai dari beras payo dan sekarang listrik,” sebutnya.

Desa Renah Kasah, dengan jumlah penduduk sebanyak 863 jiwa dan terdiri dari 241 kepala keluarga, terletak secara administratif di antara 285 desa yang ada di Kabupaten Kerinci. Secara Georafis desa renah kasah terletak dibagian selatan ibu kota kecamatan Kayu Aro yang merupakan bagian wilayah dataran tinggi. sedangkan secara ekologis desa renah kasah sebelah barat merupakan Areal Penggunaan lain (APL) sedangkan untuk wilayah timur, utara selatan berbatas dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) artinya keberadaan desa renah kasah tepat di lingkari oleh wilayah Taman Nasional.

Baca juga: Kisah Para Perempuan Pangkal Babu, Selamatkan Hutan Mangrove Lewat Batik Khas Pesisir

Luas Desa Renah Kasah 250 hektar, dan seluas 80 hektar adalah areal sawah. Desa ini penghasil beras payo, beras khas Kerinci. Sawah-sawah ini secara turun temurun terjaga karena hulu-hulu air yang mereka lindungi.

Sejak tahun 90 an, warga sudah memanfaatkan kincir air sebagai sumber energinya. Julisni membersihkan rumput liar yang tumbuh di sekitar kincir-kincir air yang tidak digunakan lagi.

“Dari dulu, air memang jadi sumber listrik kami. Setiap satu kincir biasanya menerangi 5 hingga 7 rumah. Kami cuma bisa menikmati lisrik 3 sampai 5 jam. Redup lampunya, sekarang terang,” ucapnya.

Tahun 2020, Desa Renah Kasah mendapatkan program pembangunan PLTMH berkapasitas kapasitas 60kW hasil donasi United Nations Development Programme (UNDP) yang bekerja sama dengan beberapa pihak lainnya, diantaranya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dan Bank Jambi melalui Proyek Market Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency (MTRE3).

Produksi energi listrik PLTMH digunakan untuk kebutuhan masyarakat desa yaitu fasilitas umum (Masjid, Sekolah, Kantor Desa, Puskesmas Pembantu, dan Pos Penyuluhan Desa) serta untuk mengaliri rumah dari 102 KK rumah tangga sebesar KWH 450.

Setiap pemegang amper listrik dibebankan biaya token pulsa yang dikelola langsung oleh BUMDES, besaran token pulsa yang dibayarakan tergantung jumlah KWH yang digunakan setiap harinya dari setiap KK/Rumah tangga.

Setiap pemegang amper listrik dibebankan biaya bulanan untuk operasional Operator Rp.20.000/amper/bulan. Secara bersama masyarakat Renah kasah sepakat untuk menghidupkan listrik mulai pukul 16.00 wib-09.00 wib. (jika ada hajatan dan aktivitas pesta perkawaian dan hari- hari besar biasanya listrik dihidupkan selama 24 Jam. Dalam satu minggu akan dilakukan 2 kali pemadaman listrik dan dilakukan pada siang hari.

Perawatan PLTMH dilakukan secara bergotong royong dan jika terjadi kerusakan pipa, pembersihan bendungan, dan kendala-kendala lainya, perbaikan akan dilakukan melalui bantuan masyarakat perdusun.

“Sekarang bisa pakai blender, mesin cuci, nonton televisi. Seharian hidup listriknya,” lanjutnya

Tokoh Adat Renah Kasah Jamatul Khairi bilang beberapa aturan adat menjaga hutan yang diterapkan diantaranya larangan menebang hulu-hulu sungai, larangan membuka lahan kebun di areal yang miring, dianjurkan menanam bambu di sepanjang tepi sungai sebagai penahan abrasi.

“ Kita datang ke sini, awal 1958 an adalah atas dasar ingin bersawah. Jadi aturan adat harus ditegakkan agar sungai terjago, airnyo deras dan padi menjadi (berbuah red) ,” katanya.

Terang dari Rimbunnya Hutan TNKS

Yosi, operator PLTMH Renah Kasah mempercepat langkahnya menyusuri Sungai Kayu Sigi. Sungai ini merupakan sumber air bagi PLTMH dan areal sawah, air minum dan segala kegiatan warga. Jaraknya sekitar 5 kilometer dari desa. Kiri-kanan terlihat Medang kuning (Lauraceae Litsea SP) Medang labu (Lauraceae Litsea SP) Medang sobok (Lauraceae Litsea SP) dan Medang penjait (Lauraceae Litse). Sungai Kayu Sigi berada di dalam TNKS, yang juga surganya kayu medang.

Sepanjang perjalanan menuju bendungan, Yosi mengaku belum mendapatkan pelatihan khusus soal PLTMH. Sehingga jika ada kerusakan, mereka harus membayar teknisi dari luar untuk memperbaiki.

Baca juga: Ancaman Krisis Iklim, Bagaimana Nasib Perempuan Adat?

“Sejak jadi operator hingga sekarang, belajar tentang PLTMH adalah secara otodidak, kami butuh pelatihan peningkatan kapasitas,”  jelasnya

Sumber air PLTMH Desa Renah Kasah dari dalam kawasan TNKS, berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 Tentang Pemanfaatan Air Dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Dan Taman Wisata Alam, maka sebelum dilakukan pembangunan PLTMH Balai Besar menerbitkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNKS kepada Pemerintah Desa Renah Kasah Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Nomor: SK.136/T.1/TU/KSA/05/2019 tentang tentang Pemberian IPEA kepada Pemerintah Desa Renah Kasah Kec. Kayu Aro Kab. Kerinci,  Provinsi Jambi Di Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat Seksi PTN Wilayah I Kerinci, Resort Kerinci Utara Tanggal 10 Mei 2019.

Kepala Bidang Wilayah I Balai Besar TNKS , Zainudin bilang sejak penetapan dan Kerjasama dengan Balai Besar TNKS, dibentuk kelompok tani hutan Renah Kasah Lestari , yang juga fokus pada usaha pemulihan ekosistem. tentang kemitraan konservasi. Kelompok renah kasha lestari, menandatangani dan bekerjasama dengan pihak balai.

“ Ada wilayah pemulihan ekosistem, 25 hektar lokasi pemulihan ekosistem. Sekarang kayunya sudah tinggi-tinggi 2 sampai dengan 5 meter,”ujarnya.

Zainudin mendukung upaya pemanfaatan air skala desa untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi terbarukan. “ Sesuai dengan pilar pengelolaan konservasi  yang ketiga ini soal pemanafaatan. Pemanfaatan air untuk energi terbarukan in ikan non komersil, tidak mengganggu sama sekali. Malah kolaborasi untuk sama-sama menjaga menjadi lebih kuat,” jelasnya.

Total 342 desa bersinggungan dengan kawasan TNKS di 4 provinisi, Jambi, Sumbar, Sumsel dan Bengkulu. Dan kurang lebih 5 desa yang masih berada di dalam kawasan membeuat kerja-kerja kolaboratif pelibatan warga diperlukan.  

“Saat ini  dengan luasan TNKS 1, 4 juta hektare dan  138 personil ASN, kami kewalahan kalau tidak berkolaborasi dengan masyarakat, kita mengajak masyarakat merasakan dampak ekonomi juga dari pemanfaatan jasa lingkungan salah satunya air dan HHBK. Di Bengkulu ada pemanfaatan kecombrang dan rotan,” kata Zainudin.

Salah satu dari enam program Surat Keputusan Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerici Seblat tentang pemberian IPEA Desa Renah Kasah adalah Restorasi/Penanaman Kembali Hutan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk meilhat komitmen dan keinginan masyarakat dalam melindungi daerah tangkapan air (Catchment Area) PLTMH dan juga untuk melihat kaloborasi masyarakat dalam menjaga kawasan hutan TNKS.

Kegiatan restorasi di Desa Renah Kasah berada di sekitar sumber air PLTMH yang berada di dalam Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat seluas ± 51,236  Ha. Istilah restorasi ini dikenal dengan nama kegiatan Pemulihan Ekosistem. Kegiatan Pemulihan Ekosistem (PE) ini berdasarkan pada serasi dengan Peta Zonasi Taman Nasional Kerinci Seblat berada di Zona Rehabilitasi, sehingga pelaksanaan PE dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Jumlah tanaman dalam kegiatan pemulihan ekosistem sebanyak 1.480 batang/Ha dengan kegaitan yaitu Pembibitan, Penanaman, dan Pemeliharaan dengan jenis tanaman yang ditanam merupakan hasil diskusi dengan KTH Renah Kasah Lestari. Jenis tanamaan tersebut adalah Medang-medangan, Kemian, Kulit Manis, Surian, dan Alpukat.

Dana JETP untuk Pembangkit Listrik Berbasis Komunitas

Kemitraan transisi energi yang adil atau Just Energy Transition Partnership (JETP) semestinya mampu mendorong  pengembangan energi skala kecil ditingkat komunitas. Bicara soal ratio elektrivikasi, ada 4400 desa yang belum tersentuh listrik.

Juru Kampanye 350 Indonesia, Suriadi Darmoko  menyebutkan oligarki listirk harus diputus “ Jika melihat cerita-cerita di tingkat komunitas tentang bagaimana listrik adalah bagian mereka menjaga air, hutan dan pangan. Di Renah Kasah ini pemnafaatan energi air melalui kincir-kincir dan sekarang mikro hidro menunjukkan komitmen dari komunitas untuk pengelolaan energi terbarukan.  Tumbuh dari tingkat tapak,” jelasnya

Pengembangan energi terbarukan di tingkat komunitas , bukan saja tentang penurunan emisi gas rumah kaca di bidang energi, akan tetapi juga soal deforestasi dan degradasi lahan. Perlu kelembagaan pembangkit listrik berbasis desa. “ JETP harus mengalokasi dananya untuk pembangkit energi terbarukan di skala desa dan komunitas,” lanjutnya. JETP merupakan program pendanaan  merupakan program pendanaan senilai AS$20 miliar (setara Rp300 triliun) yang diluncurkan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali (15/11/2022). Pendanaan ini adalah hasil kesepakatan antara Indonesia dan International Partners Group (IPG), yang disalurkan lewat komitmen sektor publik dan investasi swasta, masing-masing sebesar AS$10 miliar.

Tri Mumpuni, Direktur Eksekutif Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka) dalam diskusi daring bertajuk “JETP dan Inisiatif Transisi Energi di Akar Rumput”, bertajuk “JETP dan Inisiatif Transisi Energi di Akar Rumput”, Selasa (20/6/2023).menilai, sebagai pendanaan transisi energi yang mengusung prinsip berkeadilan, JETP harus menjadikan masyarakat dan komunitas lokal sebagai pelaku utama dalam proyek transisi energi.

“Kecendrungan JETP  akan dialokasikan untuk pembangkit-pembangkit skala besar, dengan mengabaikan kemampuan masyarakat untuk mengelola energi terbarukan. Ada banyak praktik baik di Indonesia, menggantikan posisi energi batu bara, “ jelasnya.

Pemerintah selalu melihat kebutuhan energi skala besar,  Moko bilang memutus oligarki dengan menganti kepemilikan, pemilik serta pembangkit energinya. “ Energi rakyat yang harus kita dorong itu ya memang masyarakat yang menggiatkannya, skala kecil. Bukan energi terbarukan skala besar yang pemiliknya adalah orligarki,” ucap Moko. (Elviza Diana)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Small Newsrooms Do Big Work, Media Kecil dengan Langkah Besar

High Value Women

Apakah “High Value Women” Berarti Sempurna?

Sindrom Menyalahkan Perempuan: Menyoroti Beban Tidak Adil

Leave a Comment