Home » News » Vasektomi: Syarat, Biaya, dan Fakta yang Perlu Kamu Tahu

Vasektomi: Syarat, Biaya, dan Fakta yang Perlu Kamu Tahu

Vasektomi Syarat, Biaya, dan Fakta yang Perlu Kamu Tahu

Bincangperempuan.com- Saat berbicara soal kontrasepsi, yang langsung terlintas di kepala biasanya adalah IUD, pil KB, atau implan—semuanya identik dengan perempuan. Tak heran, selama ini beban pengendalian kehamilan lebih banyak dibebankan pada tubuh perempuan. Tapi pernahkah kamu bertanya, adakah kontrasepsi yang ditujukan untuk laki-laki?

Kalau biasanya topik kontrasepsi selalu diarahkan ke perempuan, sekarang saatnya kita bicara mengenai kontrasepsi untuk laki-laki. Salah satunya vasektomi, prosedur medis ini dirancang untuk pria sebagai bentuk kontrasepsi permanen yang efektif dan minim risiko.

Vasektomi dilakukan dengan memotong saluran sperma (vas deferens), sehingga sperma tidak ikut keluar saat ejakulasi. Prosedur ini bersifat permanen, tapi penting untuk dicatat bahwa vasektomi tidak memengaruhi performa seksual, orgasme, atau gairah. Jadi, mitos soal “kejantanan hilang” karena vasektomi justru adalah hal yang keliru.

Bagaimana Prosedurnya?

Secara teknis, vasektomi dilakukan dengan membuat lubang kecil pada skrotum (buah zakar), lalu menarik saluran vas deferens ke luar untuk dipotong dan diikat. Setelah itu, area tersebut ditutup kembali dengan jahitan kecil. Dengan memutus jalur sperma, maka sperma tidak bisa bercampur dengan air mani, sehingga mencegah kehamilan.

Vasektomi biasanya direkomendasikan bagi laki-laki yang benar-benar yakin tidak ingin memiliki anak lagi. Operasi untuk membuka kembali saluran sperma memang mungkin dilakukan, tapi tidak selalu berhasil. Karena itu, penting agar keputusan ini dibicarakan bersama pasangan.

Baca juga: Kenapa Angka Kelahiran Menurun Belakangan Ini?

Apakah Vasektomi Efektif?

Sangat efektif! Menurut berbagai sumber, tingkat keberhasilan vasektomi dapat mencapai 99%. Artinya, dari 100 perempuan yang pasangannya sudah menjalani vasektomi, hanya kurang dari satu orang yang mungkin hamil dalam waktu setahun.

Meski begitu, setelah prosedur vasektomi dilakukan, masih dibutuhkan waktu 8–16 minggu agar benar-benar bebas dari sperma. Tes lanjutan disarankan untuk memastikan tidak ada sperma tersisa di air mani. Dalam kasus langka, saluran yang sudah dipotong bisa menyatu kembali, tapi ini sangat jarang terjadi.

Jenis-jenis Vasektomi

Melansir dari Healthline, terdapat dua jenis vasektomi yang umum dilakukan:

  1. Vasektomi Konvensional
    Dokter membuat sayatan kecil di skrotum, lalu mengangkat dan memotong vas deferens. Setelahnya, saluran diikat atau dibakar (kauterisasi), lalu luka dijahit.
  2. Vasektomi Tanpa Pisau (No-Scalpel Vasectomy)
    Metode ini lebih modern. Dokter menggunakan alat khusus untuk menjepit vas deferens tanpa sayatan besar, hanya dengan lubang kecil. Prosedurnya cepat, minim risiko, dan biasanya tidak memerlukan jahitan.

Pemulihan Setelah Vasektomi

Pemulihan vasektomi relatif cepat. Beberapa gejala umum setelah operasi antara lain pembengkakan ringan, perdarahan kecil, dan rasa tidak nyaman di skrotum. Untuk mengatasinya, gunakan kompres dingin dan hindari aktivitas berat selama 5–7 hari. Ejakulasi juga sebaiknya ditunda setidaknya seminggu.

Gunakan celana dalam yang ketat agar skrotum tetap tersangga dengan baik, dan pastikan untuk  mematuhi anjuran dokter selama masa pemulihan.

Baca juga: Paradoks Mahasiswa: 40,5% Terlibat FWB tapi Edukasi Seks Tetap Jadi Tabu

Apakah Vasektomi Legal di Indonesia?

Ya, vasektomi legal dan bahkan menjadi bagian dari program KB nasional. Sayangnya, karena masih minimnya sosialisasi dan banyaknya stigma sosial (misalnya dianggap bikin “tidak jantan”), metode ini belum sepopuler kontrasepsi perempuan.

BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) menetapkan beberapa syarat untuk pria yang ingin menjalani vasektomi:

  • Berusia di atas 35 tahun
  • Sudah memiliki dua anak (anak kedua minimal berusia 5 tahun)
  • Mendapat persetujuan tertulis dari istri
  • Memberikan persetujuan (informed consent) secara sadar
  • Tidak memiliki masalah kesehatan tertentu yang dapat menghambat prosedur vasektomi

Namun, syarat-syarat ini masih dianggap terlalu ketat bagi sebagian orang. Misalnya, bagi pasangan yang merasa cukup dengan satu anak, atau individu yang memilih untuk hidup childfree sejak awal. Padahal, keputusan untuk tidak memiliki anak adalah hak reproduksi yang juga patut dihormati. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, laki-laki bisa memilih untuk menjalani vasektomi setelah melewati usia legal (18–21 tahun), tanpa harus memiliki anak terlebih dahulu atau mendapat izin pasangan.

Perbedaan kebijakan ini mencerminkan bagaimana perspektif terhadap tubuh dan keputusan reproduksi laki-laki masih sangat diatur oleh norma dan kontrol negara, termasuk dalam institusi pernikahan. Maka dari itu, penting mendorong diskusi yang lebih terbuka dan progresif mengenai akses vasektomi di Indonesia—terutama bagi mereka yang sadar dan siap membuat pilihan hidup jangka panjang, termasuk keputusan untuk tidak memiliki anak.

Berapa Biaya Vasektomi?

Biaya vasektomi bervariasi tergantung rumah sakit atau klinik yang menyelenggarakan. Jika melansir data dari situs Alodokter, biayanya berkisar dari Rp1.700.000 hingga Rp13.000.000.

Namun, menurut Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo saat diwawancarai Antara, biayanya berkisar Rp2.000.000 hingga Rp3.000.000. Bahkan, beberapa fasilitas kesehatan menyediakan vasektomi gratis melalui BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).

Vasektomi adalah Bentuk Tanggung Jawab yang Setara

Pada akhirnya, vasektomi adalah wujud kesetaraan dan tanggung jawab bersama dalam merencanakan keluarga. Kontrasepsi bukan hanya urusan perempuan. Jika kamu dan pasangan sudah yakin tidak ingin menambah anak, vasektomi layak dipertimbangkan.

Referensi:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Mendobrak stigma negatif masyarakat terhadap aborsi

Mendobrak Stigma Negatif Masyarakat Terhadap Aborsi 

#WomenInMaleFields: Menggugat Norma Gender di Media Sosial

Bagaimana Perempuan Indonesia Menjalani Masa Menopause?

Leave a Comment