Home » News » WomenUnlimited, Saatnya Mengakhiri #Malepanel

WomenUnlimited, Saatnya Mengakhiri #Malepanel

Bincang Perempuan

News

JUMLAH perempuan separuh dari populasi dunia. Namun suara perempuan masih belum mendapatkan representasi di ruang publik.  Seperti disampaikan Duta Besar Kanada, Cameron MacKay, disela-sela peluncuran situs data narasumber perempuan, WomenUnlimited.id, Kamis (25/3).

“Komitmen insklusi gender tidak pada malepanel dimana posisi perempuan hanya sebatas peran moderator ataupun fasilitator harus diakhiri. Dengan mengakhiri male panel, perempuan dapat berpartisipasi dalam keberagaman. Memberikan ruang bagi perempuan untuk sebuah kesetaraan adalah cara paling tepat untuk menghindari kemiskinan,”

Cameron MacKay
Duta Besar Kanada, Cameron MacKay (gambar screenshot zoom meeting saat virtual launching situs WomenUnlimited. id

Situs WomenUnlimited. id merupakan bagian dari program kepemimpinan perempuan yang diinisiasi oleh Hivos Southeast Asia dan dikelola oleh Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial  sebagai organisasi afiliasi di Indonesia. Situs ini menampilkan profil perempuan pemimpin Indonesia dari berbagai bidang ilmu dan keahlian. Situs ini terselenggara atas dukungan Global Affairs Canada dan Kedutaan Besar Belanda, serta kerjasama dengan We Lead dan PPMN

Peluncuran situs WomenUnlimited. Id diramaikan dengan penampilan Kahi Ata Ratu, seorang pemain Jungga asal Sumba. Serta diskusi publik yang berjudul “Voicing the Silenced : Memperkuat Suara dan Kepemimpinan Perempuan. Sejumlah narasumber terlibat dalam diskusi yang dipandu jurnalis senior, Sonya Hellen Sinombor. Yakni Research Fellow, La Trobe Law School, Australia, Dr. Dina Afrianty, UN Women Indonesia/ Liaison to ASEAN Jamshed M. Kazi, Redaktur Senior Harian Kompas, Ninuk Pambudy  dan Perempuan Adat dan Aktivis Muda, Olvy Tumbelaka.

Dina Afrianty, menekankan pentingnya jaringan bagi perempuan di ruang publik. Sebagai akademisi, ruang lingkup masih terbatas dalam area kampus sehingga sulit meminta kesetaraan.  Langkah strategis terbaik adalah bagaimana mencari “kekuatan” bersama untuk menguatkan posisi perempuan di mata publik.

“Ini menjadi tantangan kami, akademisi perempuan untuk bisa lebih setara. Bukan hanya di sini saja tapi budaya patriaki sangat mengakar. Padahal bagaimana kita menjadikan laki-laki sebagai sekutu untuk menjadikan kita sama membangun banyak hal, ” paparnya.

Penguatan jaringan akan sangat efektif menyuarakan posisi perempuan. Pasalnya hingga saat ini suara perempuan masih kurang terdengar dalam membangun pengetahuan dan perubahan sosial, sebagai akibat refleksi masyarakat yang masih dikuasai kultur patriarki

“Platform womenunlimited dapat menjadi rujukan semua pihak pemegang kebijakan ketika mereka membuat sebuat program atau kebijakan,” lanjutnya.

Sementara itu, representasi perempuan di media massa, disampaikan Ninuk dapat dilihat dari konten dan peran perempuan itu sendiri.  Representasi dikatakan Ninuk umumnya disebut menggambarkan budaya.

“Media tidak harus terjebak dengan gambaran budaya. Media harus mengubah keadaan yang lebih baik dari sisi gender.  Era digital dapat melanggengkan stereotif,  namun dapat juga memberikan gambaran positif. Media punya peran besar dalam menggeser opini,” lanjutnya.

Ninuk juga mengingatkan, perempuan harus memiliki nilai tawar lebih karena ini akan memudahkan kepentingan untuk bisa merealisasikan tujuan perempuan di masa depan. Leadership, menjadi penting bagi perempuan.  

“Jumlah saja tidak cukup, namun harus ada yang dapat mengambil peran pengambil kebijakan, sehingga isu-isu perempuan menjadi penting dan ruang redaksi menjadi sensitif gender,”

Ninuk Pambudy

Ninuk juga tidak menapik, terkadang perempuan sendiri yang membatasi atau menahan diri dalam pengambilan peran sebagai akibat faktor lingkungan.

“Lingkungan tempat bekerja itu mempengaruhi, dimana akhirnya saya siap untuk mengambil tanggungjawab itu. Kuncinya banyak berjejaring, berdiskusi, dan memiliki komitmen maju untuk menjadi leader,” beber Ninuk yang pernah menjadi Pemred perempuan pertama di Harian Kompas.

NARASUMBER : Sejumlah pembicara yang hadir dalam launching situs WomenUnlimited. id. (gambar screenshot zoom meeting saat virtual launching)

Perempuan Adat dan Aktivis Muda, Olvy Tumbelaka mengaku optimis semua kalangan perempuan, baik muda ataupun dewasa mampu menjadi corong dan agen perubahan.    

Ia mencontohkan perempuan adat.  Secara kelokalan, perempuan yang masih terbelenggu aturan adat dan kultur patriaki kental ini terus mendobrak kebiasaan yang ada turun temurun.

Membuka sekolah perempuan, Olvy mengkorfirmasi dirinya tidak tunduk pada aturan lama yang mengekang perempuan dalam bersuara dan berkeinginan. Meskipun Ia akui, remehan menjadi penyemangat untuk makin membuka wawasan perempuan diwilayahnya.

“Kita membuka ruang belajar bersama, meningkatkan kapasitas, membentuk aliansi. Dari situ saya yakin akan tumbuh, perempuan-perempuan berani bersikap, tau apa yang mereka mau, komitmen dan meluaskan jaringan, ” paparnya.

Komitmen UN Women Mengakhiri #Malepanel

UN Women Indonesia/ Liaison to ASEAN Jamshed M. Kazi, menyampaikan komitmennya agar semua stakeholder dapat menciptakan ruang kerja yang aman bagi perempuan. Komitmen bersama dibutuhkan untuk memastikan suara-suara perempuan didengar.

“Perempuan memiliki semangat dan komitmen untuk fokus dibidangnya. Seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah membuktikan bahwa dengan komitmen jelas akan tercipta leadership,” katanya.

Jamshed juga menyerukan untuk berkatalah ‘tidak’ terhadap undangan forum yang berisi hanya pembicara laki-laki.

“Berikanlah posisimu untuk pembicara perempuan”

Jamshed M. Kazi

Bengkulu Diwakili Delapan Perempuan

Sementara itu, dalam peluncurkan WomenUnlimited.id, ada 8 narasumber perempuan asal Provinsi Bengkulu yang terjaring database. Yakni Atik Mahira (bidang hak dan perlindungan anak, serta disabilitas), Fonika Thoyib (bidang gender dan seksualitas, hak dan perlindungan anak, serta literasi digital), Irna Riza Yuliastuty (Bidang disabilitas, gender dan seksualitas) Retno Agustina Ekoputri (Bidang ekonomi dan keuangan, kemiskinan dan pembangunan), Susi Handayani (bidang hak kesehatan dan reproduksi seksual, dan perlindungan anak), Titik Kartika (pakar gerakan perempuan dan lingkungan), Wahyu Widiastuti ( perempuan, politik, media dan gender) serta Uli Artha Siagian (Lingkungan dan hak adat) Selain memiliki kompetensi dibidangnya, mereka Mempunyai nilai yang non diskriminatif dan adil gender, Bebas dari afiliasi dengan korporasi tambang dan rokok serta Lolos dalam seleksi awal pada pertanyaan tentang nilai dasar.

Perwakilan dari WomenUnlimited.id, Tunggal Pawestri, mengatakan situs womenunlimited.id diperlukan untuk menjawab ketersediaan narasumber perempuan sesuai dengan kompetensinya.

“Ada sekitar 200 nama yang sudah kami terima, kami mentargetkan tahun ini ada 500 nama. Ini masih jauh dari sempurna namun akan terus kami lengkapi. Masih banyak bidang-bidang yang masih didominasi laki-laki,” katanya.(betty herlina)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Belum Resmi Diluncurkan, “Mela Lapor’ Sudah Terima 15 Aduan

Saatnya Mengakhiri Stigma Menstruasi

MeToo, Dukungan Untuk Penyitas Kekerasan Seksual

#MeToo, Dukungan untuk Penyintas Kekerasan Seksual

Leave a Comment