Home » Kesehatan » Ibu dan Anak » Dampak Pertengkaran Orang Tua bagi Mental Anak

Dampak Pertengkaran Orang Tua bagi Mental Anak

Yuni Camelia Putri

Ibu dan Anak, News

Dampak Pertengkaran Orang Tua bagi Mental Anak

Bincangperempuan.com- Pertengkaran dengan pasangan merupakan hal yang biasa terjadi. Kondisi ini seakan menjadi romansa dari hubungan yang telah terjalin. Tapi, pernahkan kamu berpikir tentang respon anak terhadap pertengkaran orang tuanya. Hal ini kerap luput dari pertimbangan pasangan yang sedang bertengkar.

Ketika pertengkaran berlangsung, tak jarang para orang tua melontarkan perkataan yang buruk seperti menjelekkan pasangan kepada sang anak. Meskipun hanya sesaat, penting untuk mempertanyakan tentang “apakah anak akan membenci keluarganya? Atau apakah anak akan menganggap pertengkaran orang tuanya sebagai hal yang normal?”.

Menanggapi hal ini, E. Mark Cummings selaku psikolog di Universitas Notre Dame menjelaskan bahwa anak selalu memperhatikan orang tuanya untuk memastikan keamanan mereka dalam keluarga. Hal ini menandakan bahwa orang tua yang menunjukkan pertengkaran di depan anaknya telah meninggalkan efek jangka panjang bagi kelangsungan hidup sang anak.

Dampak negatif pertengkaran orang tua terhadap kesehatan mental anak 

Perbedaan pendapat dalam hubungan menjadi hal yang umum terjadi. Tak hanya perbedaan pendapat, pasangan yang sudah memiliki anak memiliki potensi pertengkaran yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi kebanyakan pasangan.

Meskipun demikian, penting bagi setiap pasangan untuk mempelajari lagi tentang perdebatan yang sehat dan penyelesaian konflik agar tidak meninggalkan efek negatif bagi anak. Hal didasari oleh fakta bahwa anak merupakan peniru yang handal sehingga kondisi keluarga sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak dimasa depan. Nah sekarang, tentu saja timbul pertanyaan utama tentang apakah pertengkaran orang tua dapat mempengaruhi kesehatan mental anak?

Baca juga: Akhiri Stigma ‘Perawan Tua’ pada Perempuan Lajang

Jawabannya adalah iya. Untuk lebih jelasnya, Dr. Elviene G. Sp. KJ selaku psikiater dan Co-founder dari Ruang Empati menjelaskan bahwa pertengkaran orang tua yang dilakukan didepan anak akan menumbuhkan citra orang tua yang buruk dimata sang anak. Tak hanya itu, terjadi penurunan kualitas keamanan yang dirasakan oleh anak. Kondisi ini didorong oleh munculnya perasaan khawatir pada anak tentang potensi perceraian orang tuanya.

Pertengkaran yang dilakukan didepan anak juga akan mempengaruhi hubungan orang tua dan anak. Orang tua yang sering bertengkar cenderung lebih sedikit menghabiskan waktu dengan anak-anaknya. Alhasil, anak akan merasa sendirian dan kurang kasih sayang.

Tak hanya itu, beberapa anak yang mencoba untuk menjelaskan kondisinya kepada orang tua mereka justru mendapati penolakan. Akibatnya, anak cenderung memilih untuk menutup diri dari orang tua.

​Selain dampak diatas, sebuah penelitian yang yang diterbitkan oleh jurnal Child Development terhadap anak-anak di Amerika Serikat pada tahun 2012 menemukan dampak negatif lainnya dari pertengkaran orang tua bagi anak. Beberapa dampak yang dihasilkan yaitu:

  • Penurunan kinerja kognitif yang ditandai dengan sulitnya mengatur emosi dan fokus. Kondisi ini didorong oleh stres yang dirasakan oleh anak.
  • Merusak kemampuan dalam memecahkan masalah. Anak yang tumbuh di keluarga yang penuh konflik memiliki tingkat kemampuan memecahkan masalah yang sangat rendah. Akibatnya, anak juga berpotensi mengalami putus sekolah dan nilai yang buruk.
  • Memperburuk hubungan dengan saudara dan orang lain. Pertengkaran orang tua meningkatkan permusuhan antara anak atau anak dengan orang lain. Anak akan menerapkan perlakuan yang sama dengan apa yang dilihat selama orang tua bertengkar. Ketika beranjak dewasa, anak akan sulit untuk mempertahankan hubungan yang sehat karena terbiasa dengan perselisihan keluarga dan krisis kepercayaan terhadap orang lain.
  • Memiliki kepribadian yang buruk. Anak yang tumbuh di keluarga yang sering konflik cenderung bersifat nakal dan sering bermasalah. Hal ini karena mereka mengalami masalah sosial sehingga sulit beradaptasi dengan lingkungan baru.
  • Gangguan makan. Terdapat beberapa penelitian yang mengaitkan gangguan makan seperti bulimia dan anoreksia yang dialami oleh anak karena pertengkaran orang tua. Gangguan makan ini diderita karena hilangnya nafsu makan karena pertengkaran yang terjadi.
  • Menggunakan zat berbahaya. Beberapa remaja yang berasal dari keluarga yang sering bertengkar memilih untuk menggunakan narkoba dan pesta minuman keras daripada menghabiskan waktu dirumah. Hal ini dilakukan untuk menghibur diri dari kondisi rumah yang penuh dengan masalah.
  • Memandang negatif kehidupan. Pertengkaran orang tua di depan anak hanya meningkatkan pandangan negatif anak terhadap keluarga dan kehidupan. Tak hanya itu, anak yang terus melihat pertengkaran orang tuanya memiliki harga diri yang rendah.

Baca juga: Irna Riza Yuliastuty, Berjuang untuk Kesetaraan Disabilitas

Cara mengurangi dampak negatif pertengkaran orang tua terhadap mental anak

Perselisihan menjadi hal yang sulit untuk dikendalikan. Meskipun pertengkaran dilakukan secara tertutup, orang tua tidak menyadari jika anak masih dapat mendengarkan pertengkaran mereka dari ruang lainnya. 

Bagi anak, pertengkaran orang tua telah meninggalkan dampak negatif bagi kelangsungan hidupnya. Untuk mencegah dampak negatif ini, beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu:

  • Tentukan ruang pribadi dan waktu untuk membahas perselisihan seperti mendiskusikan masalah setelah anak tidur.
  • Diskusi dengan anak tentang pertengkaran yang terjadi. Orang tua dapat mencoba untuk berbicara dan menanyakan perasaan anak setelah menyaksikan pertengkaran orang tuanya.
  • Belajar berkomunikasi dengan benar untuk meminimalisir argumen negatif.
  • Cobalah berbaikan didepan anak setelah bertengkar. Cara ini dilakukan untuk mengajari anak agar lebih hormat dan sayang terhadap orang sekitarnya.
  • Yakinkan anak bahwa pertengkaran tersebut hanyalah perselisihan argumen yang tidak akan menjadi masalah yang besar. Tegaskan bahwa tidak akan ada perceraian yang terjadi karena konflik tersebut.​
  • Pastikan anak memahami bahwa mereka berada dalam keluarga yang kuat dan sehat meskipun terjadi pertengkaran akibat perbedaan pendapat.

Sumber:

  • Amy Morin, LCSW, 2019. “How Parents Fighting Could Affect a Child’s Mental Health”, dalam verywellfamily
  • Kurt Smith, PsyD, LMFT, LPCC, AFC, 2022. “Can Parents Fighting Affect a Child’s Mental Health?”, dalam PsychCentral

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Kasus Perempuan di Afghanistan dan Refleksinya terhadap Indonesia

Pengaling Cemara Laut, Mitigasi Perempuan Adat Menghadapi Perubahan Iklim 

Cahaya Perempuan Women Crisis Centre

Dampingi 23 Desa dan 9 Kecamatan, Upaya CP WCC Turunkan Angka KDRT di Bengkulu 

2 Comments

  1. Penting bagi orang tua untuk tidak bertengkar dengan pasangan di depan anak mereka. Pun juga untuk tahu apa, kapan, dan bagaimana menyampaikan perselisihan yang terjadi kepada anak. Apakah anak harus tahu? Kapan mereka harus tahu? dan Bagaimana cara memyampaikannya?

    Reply
    • halo kak kinanti, anak tetap harus tahu pertengkaran orang tuanya karena ia akan mempengaruhi hubungan yang mereka dan orang tua kedepannya. Namun, anak tidak harus menjadi penengah pertengkaran ya, kak👋 Sebisa mungkin, orang tua harus menjauhi anak dari situasi tersebut. Setelah tenang, kakak bisa mencoba untuk mengkomunikasikan dengan anak secara perlahan, ya.
      Caranya, orang tua dapat menyampaikan secara lembut dan jelas kepada anak tentang pertengkaran mereka melalui sudut pandang orang tua mengenai situasi tersebut agar anak dapat memahaminya.

      Reply

Leave a Comment