Home » News » Sexual Grooming, Bentuk Kekerasan Seksual yang Jarang Disadari

Sexual Grooming, Bentuk Kekerasan Seksual yang Jarang Disadari

Yuni Camelia Putri

News

Bincangperempuan.com- B-pers, pernahkah kamu mendengar tentang sexual grooming? Menurutmu, apakah sexual grooming sama dengan child grooming? Singkatnya, child grooming merupakan bagian dari sexual grooming. Sexual grooming adalah upaya predator seksual untuk membangun hubungan dengan orang dewasa, remaja atau anak untuk melecehkan dan mengeksploitasi korban. 

Sexual grooming memiliki cangkupan yang luas dalam konteks kekerasan seksual. Biasanya, pelaku akan membangun kepercayaan korban untuk mengendalikan, mengisolasi, dan memanfaatkan korban secara fisik, seksual, dan emosional. Kebanyakan kasus yang ditemukan yaitu korban memiliki ketertarikan dengan pelaku karena memiliki fisik yang menawan, sifat yang suka menolong, dan baik hati ketika mendekati korban.  

Rasa percaya yang berhasil dibangun oleh pelaku sexual grooming terhadap korban digunakan sebagai celah untuk mengancam, melakukan kekerasan, dan memaksa korban untuk melakukan aktivitas seksual yang tidak diinginkan. Ironinya, anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang berada dalam kondisi yang buruk menjadi korban dari sexual grooming.

Baca juga: Lima Mahasiswi Bengkulu Raih Medali Emas di Kompetisi Inovasi Sedunia

Tahapan sexual grooming

Sexual grooming menjadi permasalahan serius yang kerap diabaikan oleh orang disekitar. Umumnya, orang-orang tidak akan menyadari bahwa orang terdekatnya menjadi target dari pelaku sexual grooming. Kenapa hal ini dapat terjadi? 

Perlu diketahui jika pelaku sexual grooming memiliki pola grooming tertentu untuk melancarkan aksinya. Pola ini terbagi atas beberapa tahapan yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama untuk mengurangi kecurigaan orang-orang sekitar. Dilansir dari Psychology Today, berikut ini tahapan sexual grooming yang biasanya dilakukan oleh pelaku.

  1. Pelaku sexual grooming cenderung memilih korban yang berada dalam kondisi terburuk atau mudah didekati. Mereka akan mengamati korbannya terlebih dahulu selama beberapa waktu. Selanjutnya, pelaku akan mulai menghubungi atau mendekati korban untuk membangun hubungan emosional.
  2. Setelah memiliki target korban, pelaku akan mulai menghubungi atau mendekati korban untuk membangun hubungan emosional. Mereka akan mencoba untuk memulai obrolan santai dengan korban agar dapat menjadi temannya. Pada tahap ini, pelaku berusaha untuk menurunkan kewaspadaan korban dengan bersikap ramah dan menarik.
  3. Selanjutnya, pelaku sexual grooming akan menunjukkan perhatian berupa pujian atau hadiah yang diberikan kepada korban. Cara ini dilakukan pelaku untuk meningkatkan keterikatannya terhadap korban.
  4. Setelah berhasil membangun keterikatan dengan korban, pelaku akan mengisolasi korban. Mereka akan meminta korban untuk menjauh dari keluarga dan orang terdekatnya agar dapat menguasai korban sepenuhnya. Di tahap isolasi, pelaku akan membuat korban percaya bahwa mereka adalah satu-satunya orang yang dapat dipercayai.
  5. Pelaku akan melakukan perilaku kasar dan menghilangkan kepekaan korban terhadap kekerasan seksual untuk menormalisasi aksinya. Pada titik ini, setelah terputusnya hubungan korban dengan orang terdekatnya, pelaku akan melancarkan aksinya dengan berbagai cara seperti  memberikan korban alkohol, narkoba, atau menunjukkan konten pornografi, hingga foto atau video yang tidak senonoh.
  6. Tahap terakhir yang dilakukan oleh pelaku adalah mempertahankan kontrolnya terhadap korban. Pelaku sexual grooming akan menggunakan kedekatannya dengan korban atau melakukan kekerasan fisik untuk memanipulasi. Mereka akan mengancam atau memeras korban agar tetap dapat melakukan tindakan yang tidak senonoh terhadap korban.

Baca juga: Simalakama Biaya Penitipan Anak di Ibukota 

Cara mencegah sexual grooming

Sexual grooming menjadi bentuk pelecehan yang banyak dilakukan oleh pelaku kekerasan seksual. Pola sexual grooming berhasil memanipulasi korban ke dalam situasi yang menguntungkan pelaku. Georgia Winters, psikolog dari Farleigh Dickinson University menjelaskan jika perilaku grooming dapat menyerupai interaksi orang dewasa pada umumnya sehingga berhasil mengelabuhi orang di sekitarnya. 

Melihat banyaknya modus dari pelaku sexual grooming, Georgia Winters menyarankan seluruh pihak untuk bertanggung jawab secara pribadi untuk berhati-hati terhadap pelaku sexual grooming yang berkeliaran. Dikutip dari Connecticut Alliance to End Sexual Violence, beberapa cara untuk mencegah sexual grooming yang dapat dilakukan oleh lingkungan sekitar, yaitu:

  • Percaya pada instingmu. Jika kamu merasa terdapat kondisi atau perilaku yang aneh dari orang terdekatmu, cobalah untuk memastikan hal tersebut.
  • Pastikan setiap program pencegahan kekerasan seksual di lingkunganmu telah melibatkan anak, remaja, orang dewasa, dan kelompok rentan lainnya. Hal ini dilakukan agar proses perlindungan dilakukan secara menyeluruh agar terlindung dari sexual grooming dan tindak kekerasan seksual lainnya. 
  • Berikan rekomendasi program kepada organisasi dan pemerintah setempat untuk menciptakan kebijakan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
  • Cobalah untuk menjalin komunikasi yang baik terhadap individu yang menjadi kelompok rentan terhadap kekerasan seksual. 
  • Carilah tempat yang aman untuk menenangkan diri dan mendukung korban sexual grooming dan kekerasan seksual lainnya. 
  • Ajaklah seseorang untuk menyuarakan kekhawatiranmu agar tidak terjebak dalam modus pelaku sexual grooming. 
  • Bicaralah dengan orang terdekat jika melihat tindakan seseorang mencurigakan dan mengarah kepada seksualitas. 
  • Berikan contoh hubungan yang sehat dan tegakkan batasan untuk menunjukkan interaksi yang sehat kepada orang-orang disekitarmu. 
  • Pastikan untuk terus mengawasi orang terdekatmu terutama anak-anak dan remaja ketika berinteraksi atau beraktivitas dengan orang-orang disekitarnya. Hal ini dilakukan karena 30-50% kasus sexual grooming dialami oleh satu korban berpotensi menciptakan korban lainnya.

Sumber:

  • Elizabeth L. Jeglic Ph.D., 2023. “How to Recognize the Sexual Grooming of a Minor”, dalam Psychology Today
  • Shishira Sreenivas, 2022. “What Is Sexual Grooming?”, dalam WebMD
  • The Alliance, 2022. “Grooming 101: How to Spot it; How to Stop It”, dalam Connecticut Alliance to End Sexual Violence

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

gerakan perempuan, kekerasan seksual, kekerasan seksual pada anak, sexual grooming

Artikel Lainnya

Cara Efektif Mencegah Kekerasan Melalui Peran Agen Perubahan

Pengaduan PMI Perempuan Tahun 2022 Meningkat, Apa yang Terjadi?

Cahaya Perempuan Women Crisis Centre

Dampingi 23 Desa dan 9 Kecamatan, Upaya CP WCC Turunkan Angka KDRT di Bengkulu 

Leave a Comment