88 Pelajar dari Empat Sekolah di Bengkulu
Bincangperempuan.com– Sebanyak 88 pelajar dari empat sekolah di Kota Bengkulu, SMP Negeri 4, SMPN 13, SMP Negeri 22 dan SMA Negeri 2 Kota Bengkulu mengikuti jambore agen perubahan yang digelar Yayasan Pusat Pendidikan untuk Perempuan dan Anak (PUPA), Jumat (19/01/2024). Para agen perubahan ini menjadi kekuatan utama dalam upaya pencegahan kekerasan di lingkungan sekolah yang ada di Kota Bengkulu.
Direktur PUPA Bengkulu, Susi Handayani mengatakan, agen perubahan ini pun akan menjadi salah satu komponen kunci di dalam pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kasus Kekerasan di sekolah. Dimana mereka akan dilibatkan untuk melakukan pencegahan terhadap berbagai bentuk kekerasan, baik itu perundungan (bullying), kekerasan berbasis gender online dan kekerasan seksual berbasis elektronik.
Baca juga: Absennya Rumah Aman bagi Korban Kekerasan Seksual di Bengkulu
“Mereka ini akan menyebarkan kebaikan dan juga mencegah rekan sejawatnya untuk melakukan tindak kekerasan. Nantinya para agen perubahan bertukar pengalaman mengenai praktik baik yang sudah dilakukan di dalam melakukan pencegahan dan penanganan isu KBGO dan KSBE yang dilakukan di sekolah masing-masing,” kata Susi.
Pelibatan anak dalam mencegah KBGO, kata Susi, sangat diperlukan. Ketertarikkan mereka
terhadap isu kekerasan yang terjadi di sekeliling mereka dapat diarahkan dalam hal positif
untuk menjadi agen perubahan. Melalui pengetahuan yang dimiliki anak dapat mengkampanyekan isu kekerasan dengan membuat poster dan video anti KBGO atau KSBE yang hasilnya disebar di sekolah dan media sosial untuk pencegahan dan penanganan kasus
KBGO/KSBE di sekolah.
Berdasarkan temuan Yayasan PUPA dalam proses diskusi dan workshop KBGO kepada
kelompok anak dan remaja sejak tahun 2021 di beberapa sekolah seperti SMP 4, SMP 13, SMP
22 dan SMA 2, menunjukkan bahwa pada dasarnya anak dan remaja di Bengkulu telah
mengenali kasus-kasus KBGO dalam kehidupan keseharian. Fenomena ini mereka temukan
langsung ataupun pengalaman dari orang-orang di sekitar. Selama hampir satu tahun melalui
beberapa workshop lanjutan dilakukan untuk merumuskan upaya pencegahan dan
penanganan KBGO bila terjadi.
Baca juga: #MeToo, Dukungan untuk Penyintas Kekerasan Seksual
Sementara itu, Kabid Pembinaan SD Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bengkulu, Deni Apriansyah juga turut memberikan apresiasi terhadap langkah pembentukan tim agen perubahan ini. Dia berharap kehadiran agen perubahan ini dapat mengurangi bahkan menghilangkan kasus kekerasan di lingkungan sekolah di Kota Bengkulu.
“Sebagai pilot projek, kami mengapresiasi langkah PUPA yang lebih dulu melangkah membentuk agen kewaspadaan terhadap kekerasan,” kata Deni.
Dia menyebutkan, langkah ini diharapkan menjadi model bagi upaya pencegahan kekerasan di sekolah lainnya.
“Tentu dengan agen ini setiap kekerasan maupun kasus bentuk lainya bisa di cegah kedepannya dan kita Disdik kota tentunya sangat mendukung hal tersebut,” pungkasnya.(**)