Keamanan digital, prinsipnya bersifat personal, berbanding dengan kenyamanan dan lebih baik mencegah,” kata Komi Kendy, trainer Keamanan Digital dan Cek Fakta AJI Indonesia, saat mengisi kegiatan Festival Jangan Asal Klik: Lindungi Data Pribadi dan Keaman Digital untuk Cegah KBGO dan KSBE, yang digelar Yayasan PUPA Bengkulu, Sabtu (21/01).
Komi mengatakan, keamanan digital adalah sebuah istilah yang mencakup semua upaya atau alat yang dapat digunakan untuk mengamankan aset digital penggunanya. Meliputi perangkat dan software atau aplikasi, seperti pelindung layar, GPS, kunci perangkat, mengaktifkan Find My Device. Termasuk jeli dalam memasang aplikasi seperti antivirus dan memastikan menggunakan konektivitas internet yang aman.
Upaya lain lanjut Komi, yang dapat dilakukan untuk menjaga keamanan digital yakni selalu mengupdate aplikasi dan perangkat, mendownload dari situs yang resmi. Mewaspadai bila ponsel terasa panas,baterai cepat habis atau ada notif mencurigakan. Jika terjadi, bersihkan dengan ativirus, atau factory reset.
Baca juga: Artificial Intelligence dan Ancaman Pornografi di Ruang Digital
“Rajin melakukan detok terhadap device, bisa dengan mengecek aktivitas di Google dengan Myactivity.google.com, mematikan fitur-fitur perekaman jejak digital atau
menghapus rekaman jejak digital seperti history saat menonton di Youtube. Menolak cookies yang meminta akses notifikasi dan subscribe, serta menghapus berkala jejak penelusuran di peramban dan search engine,” papar Komi.
Perlindungan Password
Komi juga mengingatkan, untuk penting melakukan perlindungan terhadap password. Jika memiliki beberapa akun di media sosial ataupun platform digital lain, biasakan menggunakan password yang berbeda.
“Rutin mengganti password minimal 2 bulan sekali, membuat kombinasi password yang kuat di mana menggunakan huruf besar, huruf kecil, simbol dan angka. Semakin panjang semakin baik, tidak menggambarkan identitas. Jangan lupa aktifkan two faktor autentification,” terang Komi.
Komi mengingatkan penting untuk melindungi identitas digital saat berselancar di internet. Identitas digital merupakan sekumpulan informasi tentang pribadi atau
organisasi di internet/ daring.
“Berbagai informasi tentang diri kita di dunia digital, terpisah-pisah, namun ketika disatukan akan merujuk pada diri kita,” lanjut Komi.
Temuan PUPA, Anak-Anak Takut Jadi Korban Cyberbullying
Direktur Yayasan PUPA, Susi Handayani mengatakan Aplikasi Mela Lapor yang digagas Yayasan PUPA mencatat ada 13 kasus KBGO yang terjadi sepanjang tahun 2022 di Bengkulu. Dari beberapa kasus yang dilaporkan lebih banyak ke bullying secara online atau cyber bullying dalam bentuk doxing, stalking, grooming. Kondisi tersebut menunjukkan rentannya remaja menjadi korban ketika melakukan aktivitas digital.
Sebagaimana kekerasan yang terjadi di ranah luring (offline), lanjut Susi, kasus KBGO menimbulkan dampak jangka panjang yang membekas pada korban. Dampak KBGO meliputi dampak psikologis, dampak sosial, dampak ekonomi, dampak politik, dan dampak fisik. Dalam konteks virtual, korban akan merasakan trauma yang panjang karena jejak digital yang bersifat fluid dan borderless, sehingga cepat menyebar, mudah disimpan, dikonsumsi hingga dihakimi oleh publik. KBGO yang umumnya terjadi tanpa persetujuan (no consent) dari korban, selanjutnya dapat menjadi pemicu trauma berlapis yang akan dialami korban dalam jangka panjang.
Hasil pengalaman PUPA ketika berinteraksi dengan peserta didik di sekolah, banyak dari anak- anak tersebut merasa takut dalam penggunaan media karena ketakutan dalam cyberbullying, dan informasi yang bersifat hoax, takut informasi pribadi tersebar, dijadikan bahan candaan dengan orang lain, penyalahgunaan internet sehingga membuka hal-hal yang dapat menjerumuskan ke dalam hal negatif. Takut terpengaruh oleh berita yang dibagikan tanpa tahu kebenarannya. Takut kecanduan atau tidak bisa hidup jika tidak ada internet. Takut menjadi korban dari pelaku yang memanfaatkan media sosial untuk menjerat korban.
Baca juga: “Mela Lapor” Aplikasi Pelaporan Kasus KBGO
“Terkait hal tersebut. Yayasan PUPA didukung ACT akan mengadakan Festival ‘Jangan Asal Klik”, sebagai satu media untuk menginformasikan dampak bila asal klik pada keamanan informasi pribadi kita, bagaimana mengidentifikasi tautan yang rentan pada keselamatan data diri, dan bagaimana menyuarakan pesan untuk tidak asal klik pada teman sebaya mereka dan masyarakat,” kata Susi.
Untuk diketahui, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menunjukkan bahwa kasus KBGO banyak menyerang perempuan karena berkaitan dengan identitas, tubuh, dan seksualitasnya. Komnas perempuan menyebutkan bahwa terdapat delapan bentuk KBGO yang banyak dilaporkan oleh masyarakat, yakni : upaya memperdaya, pelecehan online, peretasan, konten ilegal, pelanggaran privasi, ancaman distribusi foto/video pribadi, pencemaran nama baik dan rekrutmen online. (**)