Home » News » Media Sulit Apresiasi Prestasi Perempuan

Media Sulit Apresiasi Prestasi Perempuan

Yuni Camelia Putri

News

Media Sulit Apresiasi Prestasi Perempuan

Bincangperempuan.com-  Media memegang peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap perempuan dan prestasi yang dimilikinya. Ironinya, hanya sedikit media yang mengapresiasi prestasi perempuan. Hal ini disebabkan oleh stereotip gender dan kurangnya representasi perempuan dalam media. Streotip gender yang berkembang di media telah mempengaruhi apresiasi terhadap perempuan, dimana perempuan masih dianggap kurang mampu atau tidak layak untuk berada di posisi kepemimpinan atau bidang yang dianggap “maskulin”. Hal ini juga didorong oleh kurangnya representasi perempuan dalam media yang dapat mempengaruhi apresiasi terhadap prestasi mereka. Perempuan seringkali tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk tampil di media.

Jika melihat berita atau artikel yang ditayangkan di internet dan media sosial, perempuan kerap kali mendapatkan pelabelan yang seksis untuk menarik perhatian pembaca. Media seolah lebih suka memberikan pelabelan negatif terhadap perempuan seperti “Pangeran Harry menikah dengan Janda” daripada “Artis berbakat Meghan Markle akan menikah dengan Pangeran Harry”. Hal ini lah yang masih menjadi permasalah untuk mempromosikan kesetaraan gender dan meningkatkan apresiasi terhadap prestasi perempuan dalam media. Media terkesan masih menolak untuk memberikan ruang yang sama untuk laki-laki dan perempuan yang tampil di media.

Sebenarnya, hal ini sudah ada sejak lama dimana prestasi perempuan selalu diabaikan oleh media. Salah satu contohnya adalah sejarawan sains Meitner yang memberikan banyak penemuan baru di bidang kimia nuklir dan fisika yang harus menyaksikan rekan laki-lakinya menerima penghargaan nobel atas penemuan bersama.  Kala itu, media lebih menyoroti pencapaian dari rekan Meitner daripada kerja sama kedua ilmuwan ini.

Baca juga: Marak Perselingkuhan,Kenapa Perempuan yang Disalahkan?

Tindakan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang apakah prestasi perempuan tidak layak untuk ditayangkan? Hal ini seolahnya menunjukkan adanya unsur kesengajaan yang menganggap bahwa pencapaian perempuan dan laki-laki tidak dapat disetarakan. Media dianggap terus menyerang hak-hak perempuan untuk kepentingan pribadi yang dinilai lebih menguntungkan. Padahal, mengapresiasi prestasi perempuan sangatlah penting untuk mencapai kesetaraan gender dan menghilangkan stereotip gender yang merugikan perempuan hingga saat ini.

Fisik dan status lebih penting dari prestasi

Pemberitaan terkait perempuan di media masih cenderung berfokus pada penampilan fisik perempuan dan statusnya daripada prestasinya. Media lebih gemar memberikan kata “cantik atau seksi” daripada “cerdas dan kuat” dalam memberitakan prestasi perempuan di internet. Memang benar jika media berperan aktif dalam memperjuangkan hak perempuan, tapi apakah perlu mengapresiasi mereka dengan tampilan fisik dan statusnya saja?

Padahal, prestasi yang diraih oleh perempuan merupakan wujud dari kerja kerasnya dalam meniti karier dan kehidupan yang diinginkan. Prestasi yang dicapai seolah tidak ada gunanya karena status dan penampilan fisik yang dianggap lebih layak untuk dibahas oleh media. Media benar-benar perlu mengubah kebiasaannya ini untuk mengapresiasi prestasi yang dimiliki oleh perempuan.

Obyektifikasi seperti cantik yang disematkan media dalam memberitakan prestasi perempuan hanya akan semakin memperburuk pandangan masyarakat terhadap perempuan. Pada akhirnya, masyarakat akan memandang bahwa perempuan yang tidak memiliki penampilan menarik, kinerjanya tidak layak disorot oleh media.

Meskipun demikian, pemberitaan yang hanya fokus pada penampilan fisik dan status perempuan daripada prestasinya tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Media hanya berusaha untuk memenuhi tuntutan pasar yang lebih tertarik dengan obyektifitas perempuan. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia masih menempatkan tubuh perempuan sebagai objek sehingga sulit untuk menghargai prestasi perempuan tanpa adanya unsur seksis.

Apa yang seharusnya dilakukan oleh media?

Representasi perempuan di media yang hanya berfokus pada kondisi fisik dan statusnya daripada prestasi yang dimiliki harus dihentikan. Media dituntut harus bersikap adil dalam memberikan prestasi perempuan agar memperkuat kesetaraan gender di Indonesia. Media dapat mengubah cara dalam mencerminkan perempuan tanpa mengubah identitas dari media itu sendiri.

Untuk menangani hal ini, ada beberapa hal yang harus ditekankan oleh media untuk meningkatkan apresiasi terhadap perempuan. Setidaknya, terdapat tiga hal yang harus menjadi yang dapat dilakukan oleh pihak media untuk mengapresiasi perempuan tanpa menambahkan unsur seksis didalamnya.

Mulailah dari diri sendiri

Tidak mudah untuk memulai suatu hal positif baru untuk diri sendiri. Tekanan sosial dan skeptis menyebabkan banyak orang sulit untuk mengapresiasi perempuan. Meskipun demikian, media biasanya memiliki kendali atas pembuatan berita utama yang dapat mengubah perspektif negatif masyarakat. Tim media harus memfokuskan untuk mengapresiasi prestasi perempuan tanpa menambahkan unsur seksi didalamnya.

Baca juga: Pelaksanaan UU TPKS di Perguruan Tinggi Perlu Dukungan Banyak Pihak

Media dapat menampilkan prestasi atau berbagai hal positif tanpa memandang jenis kelamin. Ros Atkins, seorang jurnalis di BBC mengatakan bahwa ia mendapati dirinya telah mewakili perempuan untuk mencapai kesetaraan tetapi beberapa media masih sulit untuk mengapresiasi keterwakilan dan apresiasi terhadap perempuan dalam media. Atkinks mengajak tim dan seluruh media untuk berkontribusi dalam mengatasi bias gender di media. Menurutnya, seorang jurnalis mulai menghargai perempuan sehingga media yang disajikan dapat lebih mengapresiasi perempuan dan laki-laki tanpa adanya unsur seksis dan diskriminasi didalamnya.

Mempromosikan prestasi dan perjuangan perempuan

Media harus terlibat aktif dalam mempromosikan prestasi dan perjuangan perempuan kedalam sejarah. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah menghubungkan jejak perjuangan dan prestasi mereka. Salah satu contohnya, media inggris yang memberitakan kejuaraan sepak bola perempuan Eropa pada juli 2022. Mereka berfokus pada prestasi dari kemenangan klub sepak bola perempuan sehingga mendorong perempuan lainnya untuk mendaftar sebagai pemain sepak bola. Promosi yang dilakukan oleh media terhadap prestasi perempuan dapat mengubah keadaan secara perlahan untuk menghapus diskriminasi perempuan.

Mengembangkan pola pikir yang positif

Pola pikir yang positif dapat menyelesaikan permasalahan kesetaraan gender terutama dalam apresiasi atas prestasi perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa pola pikir positif yang berkembang dapat mencapai perubahan yang signifikan. Selain itu, media harus memiliki wawasan yang luas untuk menginspirasi masyarakat dalam upaya mengurangi bias gender dan menghargai prestasi perempuan.

Setiap kemajuan yang positif yang dihasilkan dari pola pikir yang berkembang harus dirayakan. Mengembangkan pola pikir yang positif dapat menjadi alat untuk mendukung perempuan melalui media yang ditayangkan. Penelitian menemukan bahwa mereka yang memiliki pola pikir positif yang berkembang terhadap orang lain cenderung menghadapi bias tertentu dan lebih terbuka untuk membahas kesenjangan gender dan mengapresiasi pencapaian mereka dalam berbagai hal.(**)

Sumber:

  • Anetta Rattan, Siri Chilazi, Oriane Georgeac, and Iris Bohnet, 2019. “Tackling Underrepresentation of Women in Media”, dalam Harvard Business Review
  • Kate Mosse, 2023. “Why are women’s achievements so easily overlooked or misattributed?”, dalam Harpers Bazaar
  • Ursula Florene, 2018. “Media yang Sulit Mengapresiasi Prestasi Perempuan”, dalam Magdalene

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Media dan Gender

Artikel Lainnya

Perempuan Desa Pondok Kelapa, Berjuang Menghadapi Abrasi  

FPPI Siap Bersinergi Entaskan Kemiskinan di Bengkulu

Keterikatan Perempuan dengan Kecantikan

Leave a Comment