Home » News » Conscious Beauty: Menantang Standar Kecantikan Patriarki

Conscious Beauty: Menantang Standar Kecantikan Patriarki

Bincang Perempuan

News

Conscious Beauty: Menantang Standar Kecantikan Patriarki

Bincangperempuan.com-  Selama berabad-abad, standar kecantikan telah didominasi oleh konstruksi patriarki yang mempengaruhi cara perempuan memandang diri mereka sendiri dan dunia melihat mereka. Perempuan sering kali ditekan untuk memenuhi ekspektasi kecantikan yang sempit, berfokus pada penampilan fisik yang dianggap ideal oleh masyarakat patriarkal.  Namun, dengan semakin berkembangnya gerakan kesadaran kecantikan atau conscious beauty, perempuan di berbagai belahan dunia mulai mendefinisikan ulang arti kecantikan dengan pendekatan yang lebih inklusif, etis, dan berkelanjutan.

Patriarki telah lama mengatur standar kecantikan yang memberi tekanan besar pada perempuan. Standar-standar ini sering kali tidak realistis, menekankan pada penampilan fisik yang memenuhi kriteria tertentu, seperti tubuh langsing, kulit cerah, rambut panjang, dan wajah tanpa cela. Standar tersebut tidak hanya membatasi ruang gerak perempuan, tetapi juga menciptakan hierarki kecantikan yang secara tidak langsung memarjinalkan mereka yang tidak sesuai dengan citra “ideal” tersebut.

Menurut Naomi Wolf dalam bukunya The Beauty Myth, industri kecantikan dan media memainkan peran besar dalam menciptakan mitos kecantikan yang menempatkan perempuan dalam posisi subordinat. Perempuan dipaksa untuk memenuhi harapan ini melalui berbagai produk kecantikan, prosedur estetika, dan standar penampilan yang melelahkan, sehingga membuat kecantikan menjadi komoditas yang terjual.

Baca juga: Mengatasi Standar Kecantikan Disney yang Tak Realistis

Melawan narasi patriarkal

Conscious beauty adalah gerakan yang mempromosikan kesadaran tentang produk kecantikan dan praktik yang lebih berkelanjutan, etis, dan inklusif. Gerakan ini melibatkan berbagai elemen seperti transparansi dalam bahan-bahan produk, keberlanjutan lingkungan, serta keadilan gender dan ras dalam merepresentasikan kecantikan. Gerakan ini muncul sebagai respons terhadap dominasi patriarki dalam industri kecantikan, yang selama ini lebih mengutamakan keuntungan daripada kesehatan konsumen dan kesejahteraan lingkungan.

Tidak hanya sekadar mempromosikan produk-produk alami atau berkelanjutan, tetapi gerakan ini juga menantang persepsi kecantikan yang selama ini terpusat pada penampilan fisik. Conscious beauty mendorong perempuan untuk mengadopsi pendekatan kecantikan yang lebih sehat, dengan memprioritaskan kesejahteraan fisik dan mental daripada sekadar tampilan luar yang sempurna. Misalnya, perempuan yang terlibat dalam gerakan ini mulai memperhatikan bahan-bahan dalam produk kecantikan yang mereka gunakan, memilih produk yang ramah lingkungan, tidak diuji pada hewan, dan diproduksi dengan etika yang baik.

Mengatasi eksploitasi dan diskriminasi

Salah satu tujuan utama dari conscious beauty adalah untuk mendefinisikan kecantikan dengan cara yang lebih inklusif, melampaui batas-batas tradisional yang sering kali eksploitatif dan diskriminatif. Di berbagai belahan dunia, perempuan dari latar belakang budaya dan etnis yang beragam mulai menolak standar kecantikan tunggal yang telah lama diterapkan oleh budaya patriarki Barat.

Contohnya, di beberapa negara Afrika dan Asia, perempuan kini mulai merayakan kecantikan alami mereka dengan menghargai warna kulit mereka sendiri dan menghentikan praktik pemutihan kulit yang merusak kesehatan. Gerakan ini juga mendapatkan dukungan dari berbagai selebritas dan tokoh publik yang mengadvokasi kecantikan alami serta menolak produk-produk kecantikan yang mendukung standar kecantikan yang bias.

Kecantikan inklusif juga berarti merangkul keanekaragaman tubuh dan orientasi gender. Perempuan tidak lagi harus mengikuti standar tubuh ideal yang sempit seperti tubuh langsing atau kurus. Sebaliknya, gerakan ini mendukung semua tipe tubuh sebagai sesuatu yang indah dan layak dirayakan. Gerakan body positivity yang beriringan dengan conscious beauty telah memperjuangkan gagasan bahwa setiap orang, tanpa memandang ukuran atau bentuk tubuh, memiliki hak untuk merasa cantik dan percaya diri.

Baca juga: Rekonstruksi Perempuan dalam Kontes Kecantikan

Melampaui penampilan semata

Selain mendefinisikan ulang kecantikan dari segi inklusivitas, conscious beauty juga menekankan pentingnya kesadaran lingkungan dan etika dalam industri kecantikan. Produk kecantikan yang diproduksi secara massal sering kali menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang tidak hanya merusak kulit, tetapi juga mencemari lingkungan. Selain itu, praktik pengujian pada hewan masih banyak digunakan dalam proses pengembangan produk-produk kecantikan, sebuah isu yang mendapat perhatian khusus dari aktivis lingkungan dan hak asasi hewan.

Perempuan yang terlibat dalam gerakan ini mulai menghindari produk yang terbuat dari bahan kimia berbahaya dan memilih produk yang menggunakan bahan-bahan alami serta diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan. Selain itu, konsumen juga semakin kritis terhadap perusahaan yang tidak memiliki transparansi dalam proses produksinya, khususnya dalam hal pengupahan pekerja dan dampak sosial dari bisnis mereka.

Melalui pendekatan ini, conscious beauty juga menantang pola pikir patriarkal yang memanfaatkan kecantikan sebagai komoditas. Perempuan kini tidak hanya sekadar menjadi konsumen pasif, tetapi juga agen perubahan yang menuntut produk yang etis dan bertanggung jawab. Mereka memilih untuk mendukung perusahaan yang berkomitmen terhadap keberlanjutan dan memproduksi barang-barang yang tidak merugikan komunitas atau lingkungan.

Meredefinisi kecantikan

Salah satu aspek menarik dari conscious beauty adalah bagaimana perempuan dari berbagai budaya meredefinisi kecantikan sesuai dengan nilai-nilai lokal mereka. Di Amerika Latin, misalnya, gerakan kecantikan sadar juga mencakup advokasi untuk menghilangkan standar kecantikan yang menekankan pada warna kulit yang lebih terang. Di Asia, perempuan mulai menolak standar kecantikan yang mendorong operasi plastik untuk mencapai tampilan yang lebih “Barat” atau “ideal”.

Gerakan ini juga membuka ruang bagi perempuan untuk mengeksplorasi kecantikan mereka tanpa tekanan sosial. Di negara-negara Barat, misalnya, gerakan ini didukung oleh banyak tokoh publik yang berani tampil di hadapan publik tanpa menggunakan makeup, menekankan bahwa kecantikan tidak harus selalu diwujudkan melalui penampilan yang sempurna.

Selain itu, conscious beauty juga mendorong perempuan untuk menerima tanda-tanda alami tubuh seperti stretch marks, keriput, dan bekas luka sebagai bagian dari cerita hidup mereka, bukan sesuatu yang harus disembunyikan atau diperbaiki. Hal ini secara langsung menentang narasi patriarkal yang menganggap tubuh perempuan harus sempurna dan bebas dari cacat.

Gerakan conscious beauty membawa angin segar dalam cara perempuan memandang kecantikan. Berani bersikap menantang standar kecantikan patriarki yang sempit dan eksploitatif, perempuan kini memiliki kebebasan untuk mendefinisikan kecantikan mereka sendiri, tanpa harus tunduk pada ekspektasi yang tidak realistis. Gerakan ini tidak hanya tentang produk kecantikan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, tetapi juga tentang pemberdayaan perempuan untuk merangkul keanekaragaman dan keindahan dalam segala bentuknya. Lewat conscious beauty, perempuan dapat lebih bebas mengekspresikan diri mereka dan menghargai kecantikan yang berasal dari kesejahteraan fisik, mental, dan emosional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Tren Boneka Labubu

Media Sosial dan Hedonisme Di Balik Labubu  

Sri Astuti, Perempuan Pelestari Budaya Rejang Umeak Meno’o

Inovasi Sabun Batang Ramah Lingkungan dengan Eco Enzyme

Leave a Comment